Why?

44 10 21
                                    

*Present*

Author’s POV

Yah, meski dengan susah payah akhirnya Hui dapat membuat Yanan pindah dari ruang kerja ke kamarnya. Kini pria yang agak jauh lebih kecil dari Yanan itu hanya bisa mondar-mandir tidak jelas sembari memijit pelipis frustasi. Sementara Yanan tidur seperti orang mati. Masalahnya Yanan tidak menunjukkan gejala sakit, karena kalau itu terjadi ia bisa langsung memanggil dokter. Yanan itu… entahlah. Hui tidak mengerti ia kenapa.

“Haruskah aku memanggil Yuto?” monolognya.

“Ah tidak. Seharusnya aku menghubungi Yenan dulu.”

Baru saja Hui berpikir seperti itu, ia mendengar suara pintu terbuka diiringi sebuah suara manusia menggema yang sangat dikenalnya. Yah, itu Yenan.

“YANAN HYUUUUNG! AKU PULANG!”

Tanpa berpikir lagi Hui langsung keluar dari kamar Yanan. Dan kebetulan ia langsung berpapasan dengan Yenan dan Kino.

“Hui Hyung? Tumben kau ada di sini?” tanya Yenan.

“Ah itu… kemarilah. Kau juga Kino,” kata Hui sembari berjalan mendahului mereka masuk ke kamar Yanan.

“Eoh? Yanan Hyung kenapa? Dia tidak mati kan?!” heboh Yenan dengan raut paniknya saat tiba di dalam.

PLAK! Kino memukulnya hingga kekasihnya itu terhuyung hampir jatuh.

“Jangan bicara sembarangan! Kau bisa lihat dia masih bernapas!” kata Kino gemas sembari menunjuk Yanan di tempatnya.

“Ya aku kan cuma khawatir! Dia kenapa?”

Hui menghela napas lelah.
“Harusnya aku yang tanya kalian, dia kenapa?” tanya Hui.

Kino mendekat dan memegang kening sang calon kakak ipar. “Dia tidak demam.”

“Pagi tadi dia masih baik-baik saja. Dia bahkan baru saja bertemu Yuto untuk konsultasi,” jelas Yenan.

“Memang apa yang terjadi setelah kau datang?” tanya Kino pada Hui.

“Dia meneleponku untuk menunda tenggat waktunya. Tapi sambungan telepon langsung terputus begitu dia selesai bicara. Aku khawatir tentu saja dan langsung kemari. Dan kondisinya memang mengkhawatirkan saat aku datang."

“Mengkhawatirkan bagaimana?”

“Dia sudah tidur saat aku datang, di meja kerjanya. Lalu aku membangunkannya dan dia mulai bicara melantur. Astaga kenapa pula pula dia ini? Apa kita harus memanggil Yuto?”

“Ya ampun. Bagaimana bisa dia malah begini padahal baru saja pulang dari rumah sakit tadi siang? Apa ada masalah dengan konsultasinya?” kata Yenan.

“Tidak mungkin. Aku yakin dia tidak akan menyembunyikan apapun dari Dokter Adachi. Yanan Oppa mungkin…”

“Gajima… Jangan pergi… Jangan tinggalkan aku…”

Ucapan Kino terpotong saat Yanan tiba-tiba bicara masih dalam tidurnya. Sontak saja tiga pasang mata yang ada di sana menoleh ke arahnya. Lalu saling melempar pandangan terkejut.

“Eomma… Gajima…”

Yanan mengigau sembari mengerang pilu dalam tidurnya. Keningnya berkerut dan tubuh jangkungnya semakin meringkuk. Yenan yang untungnya paham pun segera duduk di samping kepala sang kakak dan mengusap-usap rambut hitamnya dengan lembut.

“Aku merindukanmu…”

🍬🍬🍬

A/n.

BUNGA BANGKE DEPRESOT.G

Entahlah chingudeul… aku rasa makin ga niat aja aku ngetik ini cerita… Tapi makasih buat kalian yang udah ngikutin sampe sini :” Bunga bangke terharu :”

Udah itu aja :) Selamat menikmati :)

A Little HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang