💔 Last time 🍬

65 10 69
                                    

Past

Di luar, salju turun meski tidak begitu deras. Dan aku hanya sedang duduk menemani Changgu di kamar rawatnya. Barusan ada Shinwon Hyung juga, tapi ia menitipkan Changgu padaku dan berkata untuk menuruti apapun keinginannya.

"Hyung, kau menyukai syal itu?"

Refleks aku menyentuh syal yang terlilit di leherku. "Tentu saja, ini syal yang bagus."

"Aku senang kalau kau menyukainya," kata Changgu sembari tersenyum.

"Oh iya, kau benar-benar tidak sibuk kan, Hyung?" Katanya lagi.

"Iya, kenapa?"

"Kalau begitu mau pergi bersamaku?"


🍬🍬🍬



Mungkin ini yang benar-benar disebut liburan. Kebetulan aku membawa mobil, jadi kami pun pergi dengan itu. Dan pada akhirnya sampailah kami di sebuah hamparan salju tempat orang-orang bisa bermain ski. Katanya Changgu ingin bermain ski.

"Hyung aku mau naik itu!" Kata Changgu sembari menunjuk kereta gantung yang melintas di atas.

"Loh? Katanya mau main ski?"

"Naik itu dulu baru kita main ski, ya? Boleh ya Hyung?"

Astaga, jujur saja aku ini takut ketinggian. Tapi aku tidak tahan melihat tatapan memelas Changgu. Dan entah kenapa pesan Shinwon Hyung untuk menuruti semua keinginannya terus terngiang di telingaku.

"Baiklah ayo!"

Kami pun menaiki kereta gantung itu yang didalamnya bisa muat empat orang. Aku duduk di samping Changgu sementara dihadapan kami ada sepasang kekasih muda.

"Keren! Aku suka pemandangan di atas sini!" Pekik Changgu girang.

"Aku senang kalau kau suka," kataku sembari menggusak rambutnya.

Aku lalu mencoba melihat ke bawah yang katanya pemandangannya keren. Oh tidak! Itu mengerikan!

"Hyung, kau takut?"

Aku menggeleng, "tidak kok!"

"Iya kau takut."

"Aku tidak…"

"Heeeee… kau takut."

Aku menghela napas. Kurasa tak ada salahnya mengaku. "Baiklah aku memang takut ketinggian."

Changgu tertawa. Ia lalu memelukku dari samping masih sambil tertawa. Kalau begini caranya aku juga tidak bisa marah meski ditertawakan.

"Adikmu menggemaskan ya?"

"Eh?"

Aku melirik ke arah wanita yang duduk di hadapanku sembari memeluk lengan pria di sampingnya. Ah adik ya? Syukurlah ia tidak berpikir yang tidak-tidak. 

"Y-ya… begitulah," jawabku sembari tersenyum kaku dan menggusak rambut Changgu.


🍬🍬🍬




Kereta gantung selesai, saatnya main ski. Hamparan salju ini tampak sangat sempurna untuk bermain meski ada banyak orang di sini.

"Hyung, aku lupa caranya bermain."

"Tak apa, pegang saja tanganku, aku akan menuntunmu."

Rasanya hatiku menghangat di tengah hamparan salju ini melihat senyumnya yang secerah matahari. Ia tampak sangat senang meluncur di atas salju dengan tangan yang menggenggam erat tanganku, seperti sedang menari dengan alunan musik alam.

"Kau lelah?" Tanyaku saat ia tiba-tiba berhenti.

Ia mengangguk.

"Tak apa, jangan memaksakan diri."

"Hyung, aku ingin memelukmu?"

Aku menggusak rambutnya gemas. Lalu merentangkan tangan dan ia langsung memelukku erat. Hangat.

"Hyung, kau ingin tahu sesuatu?"

"Apa?" Tanyaku sembari balas memeluknya dan mengusap-usap punggungnya.

"Kata Shinwon Hyung, kau menyukaiku?"

Deg. Apa-apaan ini?!

"Aku bisa dengar suara jantungmu loh. Sepertinya jawabannya iya."

Oke aku ketahuan. Ck, kenapa pula dadaku sejajar dengan telinganya. Eh, tapi apa ia paham "suka" yang dimaksudnya?

"Aku mengerti kok hyung apa suka yang dimaksud. Mungkin aku terlihat seperti anak kecil, tapi aku ini lebih dewasa dari yang terlihat."

Aku hanya diam, membiarkannya bicara dan mendengarkannya. Aku khawatir, apakah ini semacam pelukan perpisahan? Sebelum ia akan menghindariku dan menjauh dariku?

"Satu hal yang perlu kau tahu Hyung… aku juga menyukaimu."

Aku kaget. Apa?! Aku tidak salah dengar? Aku lalu mengurai pelukannya untuk menatap matanya lekat.

"Kau serius?!" Tanyaku.

"Apa aku terlihat sedang bercanda?"

Aku masih menatap mata hazelnya yang cantik itu lekat. Tidak ada tanda-tanda kebohongan di sana. Perlahan tanganku menyentuh wajahnya, mengusapnya dengan lembut. Untuk sesaat tidak ada yang membuka suara, kami hanya berbicara lewat tatapan. Lalu entah setan mana yang merasukiku, tiba-tiba saja aku mendekatkan wajahku dan mempertemukan bibir kami hingga tidak ada jarak diantara keduanya.

Aku tidak peduli lagi dengan tatapan orang-orang dan hanya memejamkan mata. Aku menikmati setiap detik yang terlewat saat bibir kami yang sama-sama dingin menempel. Hanya menempel, tanpa hasrat lebih dan hanya menyalurkan perasaan yang selama ini terpendam.

"Terimakasih untuk waktu-waktu berharga yang kau berikan untukku. Terimakasih juga untuk cinta yang kau berikan, aku bisa merasakannya dan bahagia karenanya," katanya saat tautan kami terputus.

Aku liat tubuhnya mulai melemas dengan bibir pucat. Tapi ia memaksakan senyum yang justru membuatnya terlihat lebih menyakitkan.

"Kau tampak pucat. Ayo kembali ke rumah sakit," kataku sembari kembali membawanya ke dalam pelukan.

Ia menggeleng. "Aku tidak mau mati di rumah sakit."

"YAK APA YANG KAU KATAKAN?!"

"Maafkan aku Hyung, tapi aku yakin kau pun tahu waktuku tidak lama lagi."

Aku memeluknya semakin erat saat kurasakan air mata mulai mengalir keluar dari mataku.

"Setidaknya hari-hari terakhirku menjadi indah saat ada kau di dalamnya. Sekali lagi terimakasih, Yanan Hyung. Aku mencintaimu."

🍬🍬🍬

A/n.

Maap semua, bunga bangke kasih bawang lagi 💔

Sebenernya aku mau bikin adegannya lebih dramatis lagi, pake darah dan semacamnya gitu. Tapi keknya aku pun ga kuat lagi, jadi aku buat gitu aja, intinya dia meninggalnya di pelukan Yanan makanya Yanan sampe depresi dan bergantung sama obat 💔

Udah itu aja… tapi belum ending kok… nanti aku akan buat ending kejutan


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Little HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang