📞 Kino's Call 📲

61 13 35
                                    

*present*

"Hyung! Tolong!"

Aku baru saja akan membaringkan tubuhku saat kulihat kepala Yenan menyembul dari balik pintu kamarku. Wajahnya tampak sedih dan frustasi. Aku hanya menatapnya datar sembari bangkit duduk.

"Ada apa lagi dengan Kino?" Tanyaku to the point.

Yenan masuk tanpa kupersilahkan. Lalu melangkah ke salah satu sudut kamarku dan duduk di sana sembari memeluk lutut.

"Seseorang atau sesuatu berulah lagi. Kali ini mereka seperti paparazi yang diam-diam memotretku yang kebetulan sedang bersama salah satu mantan pacarku. Lalu Kino menerima foto itu dan yah… kau bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya," jelas Yenan.

Aku memijit pelipisku, ikut frustasi. "Mantanmu yang mana lagi? Dan untuk apa kau bersamanya?"

Bukan apa-apa, begitu-begitu Yenan populer di kalangan para gadis. Aku bahkan tidak ingat pasti berapa kali dia berganti pacar. Tapi dengan Kino mungkin yang paling awet, sekitar dua tahun? Entahlah.

"Song Yuqi."

"Oh yang dari China itu?"

Yenan mengangguk. "Aku bersumpah hubungan kami dan perasaanku padanya sudah benar-benar berakhir. Aku hanya membantunya yang kesulitan dengan bahasa korea atau bahasa inggris sementara ia tersesat di sekitar hotelku. Sumpah, hanya itu, Hyung!"

"Kau sudah menjelaskannya pada Kino?"

"Sudah, tapi dia masih kesal dan memblokir akunku."

Astaga aku sudah mulai mengantuk tapi sepertinya semesta belum mengizinkanku untuk tidur. Aku pun mengambil ponselku dan mendial nomor Suster Kang, yah aku belum mengganti nama kontaknya. Tak butuh waktu lama, panggilanku diangkat. Tapi…

"KALAU KAU MENELPONKU HANYA UNTUK PENGAMPUNAN BAGI YENAN, ITU TIDAK AKAN TERJADI!"

Aku terkejut, begitu juga Yenan.

"Tunggu! Jangan ditutup dulu!"

Yenan menatapku penuh harap. Dan aku memberinya isyarat untuk percaya saja padaku sembari aku berpikir.

"Aku tahu aku tahu. Kau sangat kesal padanya bukan? Aku pun sama, uhuk! Aku jadi tidak bisa, uhuk! Tidur," kataku.

"Wah aktingmu sangat hebat hyung, Kino pasti kasihan padamu dan langsung memaafkanku saja," komentar Yenan berbisik.

"AKU BATUK SUNGGUHAN!" Teriakku sembari menjauhkan sedikit ponselku.

"Ah, Oppa, kau baik-baik saja?" Kata suara di seberang sana.

"Nee, aku tak apa. Tapi soal Yenan…"

"HWEEEEEE OPPAAAAAA! AKU SANGAT KESAL HWEEEEEE!"

"D-dia menangis?" Tanya Yenan.

Aku mengendikkan bahu. Ngomong-ngomong aku memasang mode speaker supaya Yenan juga ikut mendengarnya sekalian.

"Kino, kau…"

"Hiks menurutmu wanita mana hiks yang sanggup hiks melihat pacarnya hiks bersama mantannya?"

"Tentu saja ti…"

"Mantannya juga sangat cantik! Arrrgh pokoknya aku kesal!"

"Kau lebih cantik…"

"Pembual! Kau bahkan tidak tertarik pada wanita, kan?! Bagaimana kau bisa tahu aku yang lebih cantik atau dia yang lebih cantik, hah?!"

Aku menarik napas dalam. Kadang aku tidak mengerti dengan perasaan rumit seorang wanita.

"Iya iya aku tau kau sangat kesal. Yang penting kau buka saja blokirnya sekarang. Aku pusing mendengar raungan Yenan," kataku yang masih menempelkan ponsel di telinga sembari melirik Yenan yang sebenarnya hanya hampir menangis di sudut kamarku.

"HYUNG! AKU TIDAK MERAUNG!"

Aku menggulirkan bola mata tanpa mempedulikannya sembari fokus mendengar apa yang akan dikatakan gadis itu dari seberang sana.

"Kau dengar kan teriakannya? Apa kau juga tidak kasihan padaku yang harus tuli saat infeksi paru-paru yang kualami ini juga sudah cukup parah?"

"Eum… itu…"

"Aku tahu dia memang mengesalkan. Tapi percayalah dia hanya mencintaimu saja seorang, oke?"

"Huh, tapi…"

"Aku akan menamparnya untukmu kalau perlu, bagaimana?"

Kudengar Kino seperti menghela napas dari seberang sana. Sepertinya ia sudah berhenti menangis.

"Baiklah-baiklah. Aku akan membukanya. Tapi tolong katakan padanya jangan mengirimiku pesan sampai besok."

"Iya iya. Sudah ya."

PIP. Aku memutus sambungan sebelum Kino mengatakan sesuatu lagi dan meletakkan ponselku di nakas. Lalu kulirik Yenan yang sedang tersenyum pada layar ponselnya masih sambil duduk di sudut kamarku.

"Jangan langsung mengiriminya pesan," peringatku.

"Iya iya, aku dengar kok tadi," jawabnya dengan bibir yang seketika menekuk.

"Temui saja dia besok, lalu berikan hadiah atau semacamnya dan meminta maaf dengan benar meski mungkin kau tidak salah."

"Iya Hyung."

"Nah, sekarang keluarlah dari kamarku dan tidur sana!"

Yenan bangkit dari duduknya dan bersiap untuk keluar. Dan aku baru ingat sesuatu.

"Tunggu sebentar!"

"Hmmm?" Yenan menoleh menatapku.

"Kemari," kataku sembari memberi isyarat dengan jari telunjukku.

Dengan polosnya ia hanya menurut dan menghampiriku lagi. Lalu saat jaraknya sudah benar-benar dekat…

PLAK!

"HYUUUUUUNG!"

"Maaf, hanya mewakilkan kekasihmu."

"KAU KEJAAAAAAM!"

🍬🍬🍬

A/n.

Aku gabut aku kesel sama gform yang ngajak gelud, tapi otak lancar buat ngetik :=)

Jadilah update :=)

Udah itu aja, aku males ngomong banyak2, daah

A Little HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang