🎮Chillin👌

36 11 22
                                    

*Past*

"Hyung! Tidak bisa kah kau mengalah sekali saja pada anak kecil?"

"Anak kecil? Kukira kau sudah besar?"

"Hyung!"

Kami mengobrol masih sambil fokus pada layar monitor. Kulirik sekilas Changgu yang cemberut lucu sambil menyuapkan keripik kentang ke mulutnya. Lalu kembali fokus ke layar untuk mengalahkannya dalam sebuah permainan.

"Maaf saja ya, tapi aku ini orangnya sangat kompetitif," kataku.

"Lihat saja. Kau pikir aku tidak bisa mengalahkanmu?" Katanya.

"Coba saja."

Kami kembali fokus penuh pada layar monitor. Sesekali aku meliriknya, dan dia hanya fokus sepenuhnya pada game. Dia manis sekali. Ah, tidak! Aku juga harus fokus untuk mengalahkannya.

“Ada apa denganmu Hyung? Kau hampir menabrak tembok terus,” katanya.

“Diam kau!”

“Hahahaha!”

Singkat cerita, -singkat saja karena penulis cerita ini tidak tahu caranya bermain video game- permainan berakhir. Dan untuk kesekian kalinya, tetap aku yang menang.

“Yanan Hyung curang!”

“Apanya? Tidak tuh. Kau saja yang payah,” kataku sembari terkekeh.

Changgu berdiri dan berkacak pinggang. “Aku tidak payah!”

“Mau tanding ulang?” tawarku.

“Huh, ayo saja. Eum... tapi apa kau masih punya camilan lagi? Keripik dan sodanya habis.”

Aku langsung bangkit dari dudukku. Lalu menggusak rambutnya gemas sebelum berlalu untuk mengambil beberapa camilan lagi.

“Tunggu di sini, akan kuambilkan.”

Aku kembali ke ruang tengah dimana aku bermain video game bersamanya. Aku kembali dengan membawa beberapa bungkus makanan ringan, beberapa kotak jus buah dan susu.

“Dimana sodanya?” tanya Changgu.

“Kita ini orang penyakitan, dan soda tidak bagus untuk kesehatan, tidak boleh terlalu banyak. Kita minum jus buah dan susu saja oke?”

“Huh, baiklah. Kalau begitu jus buah untukmu dan susunya untukku,” katanya sembari merebut sekotak susu stoberi dan langsung meminumnya.

"Eoh, kenapa harus begitu?" Tanyaku.

"Susu untuk tumbuh tinggi. Kurasa Hyung sudah terlalu tinggi, jadi kau tidak membutuhkannya."

Lagi-lagi aku menggusak rambutnya gemas. Astaga ada-ada saja anak ini. Dan aku selalu berhasil dibuatnya gemas sampai berdebar-debar hanya karena tingkah dan wajah polosnya.

"Baiklah kau minum susunya. Setelah itu kita sambung main lagi."

"Huum!"

Setelah itu kami pun melanjutkan permainan. Kami main dengan serius. Tapi justru ekspresi serius Changgu membuatku sedikit oleng dan hilang konsentrasi.

"Kemana aura jagoanmu Hyung?"

"Aish diamlah!"

Suara hujan deras diluar sana beradu dengan suara musik dari video game yang sengaja kukencangkan. Permainan terus berlanjut meski performaku semakin menurun. Dan pada akhirnya, dia lah yang menang.

"Yeay! Aku menang!" Pekiknya girang.

"Iya deh iya, kau menang, meski hanya sekali di saat terakhir," kataku dengan memelankan suara di kalimat terakhir.

"Aku tidak peduli! Pokoknya aku menang!"

Astaga dia masih mendengarnya ternyata.

"Lalu sekarang apa? Mau main lagi?" Tanyaku.

Changgu menggeleng. "Aku lelah."

Aku tersenyum maklum. Ia memang tidak boleh dibuat terlalu lelah. Efek kemoterapinya juga mungkin masih ada. Aku pun lalu duduk di sofa.

"Kemarilah, kau bisa berbaring di sini saja," kataku sembari menepuk-nepuk paha.

Tanpa kuduga, Changgu langsung saja menghampiriku dan menggunakan pahaku sebagai bantal. Aku bisa melihat wajahnya yang pucat dan mata cokelatnya yang berbinar menatapku.

"Terimakasih, Yanan Hyung," katanya.

"Eoh? Untuk apa?" Tanyaku tak paham.

"Yah, untuk semuanya. Aku tahu kok aku ini merepotkan. Tapi terimakasih," katanya lagi.

"Tidak usah dipikirkan. Aku tidak merasa direpotkan kok. Aku justru senang karena sekarang temanku bertambah satu," jawabku sembari mengusap-usap rambutnya.

"Benarkah? Memang temanmu sedikit ya sampai satu teman saja sepertinya sangat berarti?" Tanyanya polos.

Aku mengangguk. "Suatu saat kau akan mengerti mana orang-orang yang sungguhan temanmu, dan mana yang bukan. Sekadar kenal belum tentu teman."

Changgu tidak menjawab dan malah memejamkan mata. "Aku ngantuk, Hyung."

"Tidurlah."

Setelah itu, aku pun hanya mengusap-usap rambutnya hingga ia benar-benar tertidur di pangkuanku. Wajahnya yang manis tampak begitu damai saat kedua mata cantiknya terpejam. Aku tidak bosan meski hanya memandanginya. Bahkan saat intensitas hujan mulai mengecil sampai akhirnya berhenti.

"Mimpi indah," kataku, sebelum akhirnya aku juga jatuh tertidur.

🍬🍬🍬

A/n.

Keknya aku ga punya catatan.

Cuma maaf aja hari ini aku upload kemaleman :)

Dadah :)

A Little HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang