*Present*
"Hyung, aku mau pergi dengan Kino. Kau bawa saja mobilnya pulang sendiri ya?" Kata Yenan padaku saat kami bertemu kembali di taman rumah sakit.
"Kenapa tidak mengantarku pulang saja dulu lalu kalian pergi dengan mobilnya?" Balasku.
"Boleh juga kalau kau ingin begitu. Bagaimana, Kino? Tak apa kan kalau kita mengantar Yanan Hyung pulang dulu?" Tanya Yenan pada Kino yang ada dalam rangkulannya.
Kino mengendikkan bahu acuh. "Kenapa tidak? Lagipula rumah kalian searah dengan Namsan Tower kan?"
"Oke oke."
Kali ini Yenan yang menyetir. Lalu Kino di sampingnya sementara aku di kursi tengah. Dan entah kenapa aku merasa lelah dan ingin tiduran.
"Hyung, kau sakit?"
"Yak! Pertanyaan bodoh macam apa itu?!" Protes Kino sembari memukul lengan Yenan.
Aku terkekeh. Benar, aku kan sudah jelas punya penyakit. Kenapa harus ditanyakan lagi?
"Astaga bukan itu maksudku! Yanan Hyung memang tidak sehat, tapi tidak biasanya terlihat lesu begitu," jelas Yenan.
"Molla. Aku hanya ingin begini," kataku tanpa mengubah posisi.
"Kau masih memikirkan sesuatu yang berat?" Tanya Kino.
"Entahlah."
"Kalau kau lelah istirahatlah, Hyung. Aku bisa bicara dengan Hui Hyung untuk memperpanjang tenggat waktumu," kata Yenan.
"Tidak usah. Aku masih bisa menyelesaikannya. Kalau tidak biar aku sendiri saja yang menelfonnya."
"Baiklah."
Perjalanan pulang rasanya lebih sepi, padahal di mobil ini bertambah satu orang. Mungkin karena aku sedikit pusing dan hanya diam. Lalu Yenan yang harus fokus menyetir hanya sesekali mengobrol dengan Kino.
"Hyung tak apa kan kalau hanya kutinggal sendirian di rumah?" Kata Yenan saat kami sudah tiba di depan rumah.
Aku menatapnya datar. "Kau selalu berkata begitu setiap akan pergi. Ayolah aku bukan anak kecil."
"Aku hanya khawatir Hyung ku sayang," kata Yenan lagi sembari mencubit kedua pipiku yang hanya kubiarkan.
"Pergi sana."
Yenan melepaskan cubitannya dengan senyum tanpa dosa sementara Kino di sampingnya tertawa.
"Baiklah kami pergi. Langsung hubungi kami kalau terjadi sesuatu."
"Ya."
🍬🍬🍬
Di rumah, tak ada yang bisa kulakukan selain duduk di ruang kerja, membuka laptop di meja, mencoba menggali inspirasi apapun dari dalam otakku. Tapi percuma. Pada akhirnya aku menutup laptopku dan meletakkan kepala di atas meja.
Aku ambil ponsel yang tergeletak di meja. Kudial nomor seseorang yang kebetulan langsung diangkat.
"Hyung, sepertinya aku drop lagi. Tolong mundurkan tenggat waktunya satu minggu. Terimakasih."
Aku langsung menutup tanpa harus repot-repot mendengar jawabannya. Aku yakin dia paham kondisiku yang kerap tidak stabil.
Iseng, kubuka laci yang ada di meja. Ada beberapa alat tulis dan sebuah figura kecil. Kuambil figura itu dan kuamati foto yang ada di dalamnya. Astaga aku masih saja menyimpannya.
Foto itu kuambil saat aku menjemputnya ke sekolahnya. Lalu ia merengek ingin jalan-jalan ke taman hiburan alih-alih pulang ke rumahnya. Saat itu ia tampak sangat senang sekali dan aku mengambil fotonya tanpa dia sadari.Dia selalu dalam keadaan tersenyum setiap kali aku datang untuk melihatnya.
Maaf Somi, panda besarmu ini berbohong. Sebenarnya sudah lama sekali aku tidak melihatnya sejak ia keluar dari rumah sakit. Yah, aku tahu dia ada dimana. Tapi aku belum berani untuk datang kesana meski hanya untuk melihatnya.
Namun, aku yakin satu hal. Dia pasti sedang tersenyum saat ini. Dia sudah bebas dari rasa sakit dan berbagai macam alat kemoterapi. Dia sudah tidak perlu merasakan hambarnya bubur rumah sakit. Aku yakin, dia sudah bisa tersenyum lebih lebar di tempatnya sekarang.
🍬🍬🍬
A/n.
Sepertinya tulisanku kali ini lebih berantakan. Entahlah moodku jelek tanpa sebab kayak Yanan. Mianhaeyo :")
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Happiness
Romance"Aku tahu ini salah, tapi pertemuan denganmu tidak akan pernah kusesali" WARN! BxB GS Kok bisa? bisa dong, infinifty gitu loh 😎