🎄New Year🎉

43 11 50
                                    

Past

Rasanya waktu berjalan begitu cepat hingga tak terasa tahun pun akan segera berganti. Orang-orang biasanya akan sibuk menyiapkan pesta penyambutan tahun baru atau apapun, kecuali aku. Aku terlalu malas rasanya untuk melakukan itu. Seharian ini aku hanya sibuk dengan pekerjaan menulisku.

"Hyung mau ikut tidak?" Tanya Yenan yang entah darimana karena aku hanya mendengar suaranya dari luar ruanganku.

"Kemana?"

"Ke rumah Kino. Kami akan mengadakan pesta barbaque di sana untuk merayakan tahun baru."

"Tidak aku malas," jawabku.

Tak lama tiba-tiba saja kepala Yenan muncul menyembul dari balik pintuku. Astaga aku kaget.

"Ayolah, Hyung. Memang kau punya rencana apa malam ini?"

Aku mengendikkan bahu acuh. "Entahlah, mungkin aku hanya akan menculik Changgu atau semacamnya."

BRAAAK! Lagi-lagi aku harus dibuat kaget saat Yenan membanting pintuku dan langsung berlari menerobos masuk. Ia lalu menghampiriku di meja kerja, memutar kursiku hingga berhadapan dengannya dan mengguncang bahuku.

"Hyung! Aku membiarkanmu melakukan apapun meski melanggar kodrat seorang pria, tapi tidak dengan tindakan kriminal!"

Astaga. Aku hanya menatapnya datar.

"Kalau kau sangat ingin melakukan 'itu' aku bisa menghubungi mucikari yang juga menawarkan beberapa laki-laki cantik, kau tinggal pilih satu atau dua kalau perlu!"

"Yenan aku tidak…"

"Aku tahu Hyung, aku tahu. Kau sangat menyukai Changgu. Tapi tolong, dia masih anak di bawah umur."

Astaga ada apa dengan isi kepala anak ini? Kesal, aku pun menghempaskan tangannya yang masih bertengker di bahuku.

"Hentikan pikiran jorokmu itu. Aku juga masih cukup waras untuk tidak berbuat aneh-aneh padanya."

"Baiklah. Lalu kau mau apa?"

🍬🍬🍬

Aku memang pergi ke tempat dimana Changgu berada, tapi tidak benar-benar menculiknya secara harfiah. Aku hanya datang ke ruangannya di rumah sakit sembari membawa kado natal untuknya. Yah, saat natal aku tidak datang untuk menemuinya.

"Selamat natal! Maaf agak terlambat."

Changgu menerimanya sembari tersenyum manis. "Tak apa, Hyung, terimakasih."

"Wah, buku catatan dan beberapa kotak susu pisang?" Katanya lagi setelah membuka bungkusan kadonya.

Aku tersenyum kaku sembari menggaruk tengkuk yang tidak gatal. "Aku ingin membelikanmu novel tapi tidak tahu novel apalagi yang ingin kau baca. Lalu aku tidak tahu apalagi yang akan kau sukai selain menulis dan meminum susu pisang jadi…"

"Terimakasih Hyung. Aku suka!" Ujarnya penuh semangat.

"Oh iya, aku juga punya hadiah untukmu," katanya sembari bangkit dari tempat tidurnya dan melangkah menuju sebuah lemari yang ada di ruangan itu.

Aku hanya diam menunggu. Hingga ia memberiku sebuah kantong kertas berwarna merah mengkilap. Matanya yang berbinar seperti memintaku untuk langsung membukanya, yang tentu saja kulakukan. Ternyata di dalamnya ada sebuah syal rajut dan sarung tangan.

"Pakailah, jaket yang kau pakai sepertinya tidak cukup hangat untuk hari-hari dingin di musim ini," katanya.

"Terimakasih," kataku sembari memakainya, ini cukup hangat dan nyaman memang.

A Little HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang