💉Chemotheraphy🚪

39 9 30
                                    

*Past*

Seperti hari-hari sebelumnya, aku datang ke rumah sakit hanya untuk bertemu Changgu. Namun, kali ini tidak di taman. Kata Kino Changgu sedang ada di kamarnya.

"Ini kamar Changgu. Kau bisa masuk," kata Kino setelah mengantarku hingga tiba di ruangan yang dimaksud.

"Terimakasih."

Setelah itu Kino mengangguk sebelum berlalu dan aku mulai masuk.

Di sana Changgu sedang duduk bersandar di kepala ranjangnya. Ia tampak sibuk dengan sebuah buku di tangannya. Ia bahkan tidak menyadari kedatanganku hingga aku duduk di kursi yang ada di samping ranjangnya. Aku jadi tidak ingin menggangunya. Ekspresinya yang serius saat membaca tampak sangat menggemaskan.

"Eoh? Yanan Hyung? Sejak kapan?"

Aku tersenyum sembari masih menatap wajahnya.

"Hai Changgu! Belum lama kok, baru sepuluh menit mungkin," Sapaku.

"Itu sudah lama Hyung. Kenapa kau diam saja kalau kau datang?" Tanyanya lagi.

"Kau tampak sangat menikmati bacaanmu, aku hanya tidak ingin mengganggumu," jawabku.

Changgu terkekeh. Astaga manis sekali.

"Aku hanya membaca cerita fiksi karena bosan. Mau apa Hyung kemari?" Tanyanya.

"Yah, seperti biasanya saja, untuk bermain denganmu."

"Tapi maaf Hyung, aku tidak akan bermain hari ini," kata Changgu.

"Kenapa?"

"Hari ini aku ada jadwal kemoterapi," jawab Changgu sembari tersenyum.

Astaga apakah dia sudah lupa caranya memasang ekspresi sedih? Dia selalu tersenyum di setiap situasi.

"Kalau begitu aku akan menemanimu saja."

Changgu menatapku dengan mata berbinar. "Hyung mau menemaniku kemo?"

Aku hanya mengendikkan bahu. "Kenapa tidak?"

"Hyung yakin? Akan sangat lama loh," kata Changgu.

"Iya, aku akan menemanimu."

Tak lama setelah aku berkata begitu, seorang laki-laki bertubuh mungil dengan pakaian dokter masuk. Kulihat nametag nya, di sana tertulis 'Jo Jinho'

 Kulihat nametag nya, di sana tertulis 'Jo Jinho'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini waktunya. Kau siap?" Tanya dokter itu ramah pada Changgu.

Changgu mengangguk lucu. "Huum. Seperti biasa saja, dokter."

"Baguslah. Kau anak yang kuat," kata dokter itu lagi sembari mengusap rambut tipis Changgu.

"Tapi dia juga boleh ikut menemani kan?" Tanya Changgu sembari menunjukku.

Sang dokter menoleh lalu mendongak menatapku. Ia tersenyum ramah yang juga kubalas sembari mengangguk sopan.

"Tentu saja boleh."

A Little HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang