Doyoung melambaikan tangannya ke arah mobil hitam yang sudah melaju pergi. Ayah, ibu, dan kakaknya akan menghabiskan akhir pekan di pedesaan tempat bibinya tinggal. Mereka langsung berangkat setelah mengantar Doyoung sampai di gerbang sekolah.
"Hey kelinci, dimana kawananmu?" ledekan Yuta menyambut hari Jumat Doyoung. Orang Jepang itu memang tidak pernah bisa membiarkan orang lain merasa tenang. Doyoung segera berlari masuk sebelum preman yang lain datang dan ikut membully-nya.
Di kelas, Jaehyun dan Taeyong sudah duduk manis di bangku mereka. Taeyong, tidak seperti biasanya, sudah membuka buku dan menulis sesuatu di sana. Aneh.
"Yak, Lee Taeyong, apa ini benar-benar dirimu? Bagaimana kau bisa jadi serajin ini dalam semalam, hah?" puji Doyoung tidak percaya. Baru kemarin anak itu dihukum guru karena tidak mengumpulkan tugas.
"Kkkk, rajin apanya? Yongie belum mengerjakan PR biologi, jadi dia menyontek punyaku." sergah Jaehyun sambil tertawa.
Muka Doyoung jadi masam. Ia paling tidak suka melihat orang menyontek. Ia saja harus berusaha mati-matian untuk bisa menjadi juara umum kedua di sekolah mereka. Dan sekeras apapun ia berusaha, ia masih tidak bisa mengalahkan Jaehyun di posisi pertama. "Dasar pemalas,"
Gerutuan Doyoung terputus saat Bu Kim masuk kelas. Tanpa ba-bi-bu ia langsung meminta ketua kelas mengumpulkan PR.
Pelajaran biologi menjadi pembuka hari itu. Mereka tidak ada jadwal praktikum, jadi tidak perlu ke lab. Di akhir, Bu Kim mengumumkan pembagian kelompok untuk tugas minggu depan. Sialnya, Jaehyun harus sekelompok dengan Johnny dan Yuta.
Selama pergantian jam, Doyoung kembali membicarakan masalah menginap di rumahnya nanti malam. Jaehyun sebenarnya sudah izin dan diperbolehkan oleh appa-nya, tapi akan lebih seru kalau mereka menggoda Doyoung dulu.
"Doy kau tahu, kalau kau berdiri di depan cermin saat tengah malam, kau bisa melihat hantu-hantu di sekitarmu." kata Taeyong dengan serius. Ini sudah kesekian kalinya ia mengompori pemuda yang mirip kelinci itu.
Doyoung sudah muak dan benar-benar kesal. Dengan muka cemberut ia kembali ke bangkunya, tidak lupa menendang kasar kursinya sebelum duduk. Sejeong, gadis yang menjadi teman sebangkunya, menoleh dengan tatapan mematikan.
Taeyong yang melihat hal itu menjadi semakin senang. Ia tertawa terbahak-bahak sambil menggebrak-gebrak meja. Tapi detik berikutnya ia langsung diam saat Pak Osaki tiba-tiba muncul di depan pintu.
Guru yang satu ini masih cukup muda. Tapi jangan salah, meskipun muda Pak Osaki terkenal sangat tegas. Ia tidak akan segan mengusir siapapun yang melanggar tata tertibnya. Kalau sudah lewat tiga kali, nilai matematika mereka akan dikosongkan.
Selama pelajaran berlangsung, Jaehyun tidak bisa berhenti cekikikan. Taeyong yang duduk di sebelahnya sejak tadi berusaha bersembunyi. Ia menggunakan tubuh orang yang duduk di depannya untuk menghindari tatapan Pak Osaki agar tidak ditunjuk untuk menjawab soal.
Setiap Pak Osaki mengedarkan pandangan, Taeyong akan semakin merendahkan tubuhnya. Membuat lubang di kedua pipi Jaehyun terus muncul karena mengulum senyum. Tanpa ia sadari, seseorang di seberang ruangan sedang mengamati dengan tajam.
"Ah, jantungku rasanya mau lepas." keluh Taeyong saat pelajaran berakhir, salah satu tangan mengelus dada. Posisi duduknya sudah mendelosor menyerupai orang berbaring.
Doyoung mau tidak mau tersenyum melihat sahabatnya lagi-lagi bersikap dramatis. Pipi Jaehyun bahkan sudah pegal karena sejak tadi menahan tawa.
Setelah bel istirahat berbunyi, siswa di kelas Jaehyun berlomba-lomba keluar. Hampir semua orang pergi, menyisakan beberapa orang saja termasuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JohnJae - SERAPHYM
FanfictionOriginal story idea is NOT mine. Credits to the rightful owner(s). Hal aneh terjadi pada Seo Johnny. Tanpa ia ketahui, Johnny mewarisi kondisi tertentu dari leluhurnya. 'Sesuatu' ini bisa memberinya kekuatan sekaligus masalah. Ia harus belajar men...