18. Mau lihat lagi?

590 94 2
                                    

⚠⚠⚠
 
 
 


 
 
Jejak musim gugur menghiasi hutan itu, mulai dari tanah yang sepenuhnya tertutup warna kuning hingga cokelat dari daun tua, hingga kanopi hutan yang seolah terbuka karena daun-daun sudah rontok. Meski sebentar lagi semuanya akan tertutup salju. Jaehyun duduk memelas di bawah salah satu pohon yang hampir gundul, menyesali kelakuannya tadi malam.

Entah kenapa tangannya terasa gatal, dan jiwa usilnya seolah memberontak semalam. Ia mengunci Johnny di kamar mandi. Niatnya, Jaehyun akan membuka kunci itu setelah bernegosiasi agar pemuda raksasa itu mengembalikan kalungnya. Tapi siapa yang tahu, ia terlalu lelah hari itu, belum lima menit menyentuh bantal ia ketiduran. Dan membangunkan Jaehyun dari tidurnya adalah PR besar. Jadi sekeras apapun Johnny berteriak dari dalam, Jaehyun tidak bangun.

"Pantas saja aku bermimpi dikejar-kejar zombie semalam," gerutu Jaehyun, tangannya mengusak-usak rambut coklatnya hingga tak berbentuk.

Dan sekarang, ia harus menemani Johnny lari pagi sebagai hukuman. Membawakan botol air minum, handuk kecil, dan ponselnya. "Kalau aku terlalu lelah saat pulang nanti, kau juga harus menggendongku." tambah Johnny tadi sebelum menghilang lebih jauh ke dalam hutan.

Jaehyun bukanlah orang yang suka bangun pagi. Jadi jelas hukuman ini cocok untuknya. Ia sudah menyerah mengikuti pemuda jangkung itu sejak tadi, dan memilih menunggu. Matanya hampir tertutup saat tiba-tiba terdengar suara kemeresak, bunyi daun-daun kering yang dipijak.

"Air," umum Johnny saat sosoknya sudah terlihat oleh mata Jaehyun. Jaehyun buru-buru berdiri memberikan botol transparan itu pada sang empu, tidak mau kena omel lagi karena terlalu lambat.

Mereka berdua duduk bersandar di pohon yang sama, sejenak diam. Johnny berusaha menenangkan nafasnya, sementara Jaehyun kembali meringkuk, lututnya ditekuk, menjaga tubuhnya tetap hangat.

"Kau punya rahasia?" Johnny memecah hening.

Jaehyun diam sesaat, mencoba menebak ke mana arah pembicaraan ini. "Wae? Hyung punya? Rahasia?" Jaehyun malah balik bertanya, sedikit berharap kalau orang itu tidak akan marah.

"Isseo. Kau mau tahu?"
[Ada.]

Si rambut coklat menghela nafas sedikit keras. "Rahasia ya rahasia. Kenapa harus dibagi pada orang lain," timpal Jaehyun, mau tak mau merasa keren dengan jawaban itu. Tapi sebenarnya ia juga penasaran.

"Ck, ya sudah," geram Johnny kesal. Jarang-jarang ia mau bercerita dengan orang lain, tapi bocah ini malah mengejeknya.

Jaehyun tersenyum geli, tahu kalau pemuda di sampingnya sedang marah. "Ya kalau Hyung mau cerita, ya cerita saja." bujuknya kali ini. Tapi sepertinya sudah terlambat. Orang itu tetap diam, hanya terdengar bunyi ranting yang sengaja dipatah-patahkan oleh tangan Johnny.

"Hyung," bujuknya lagi.

"..."

Jaehyun menghela nafas lagi. "Arasseo, aku minta maaf. Cerita saja Hyung, aku mau tahu rahasiamu." katanya, berusaha membuat omongannya terdengar seantusias mungkin.

"..." Johnny masih diam.

Mata Jaehyun diputar malas. Ia tidak habis pikir, ternyata seorang Seo Johnny yang garang bisa bersikap kekanakan juga. "Apa itu tentang sayapmu, Hyung?"

Seolah tersengat listrik, kepala Johnny langsung menoleh ke arah Jaehyun. Matanya membola tak percaya, tapi mulutnya susah untuk menyusun kata yang koheren untuk diucapkan. Apa, siapa, bagaimana, ia bingung apa yang harus ditanyakan dulu.

Seolah Jaehyun tahu apa yang Johnny pikirkan, ia menjelaskan, "Aku mengikutimu ke sini kemarin. Aku melihat sayapmu."

Mulut Johnny membuka-menutup seperti ikan, tanpa ada kata yang keluar. Ia ingin marah, karena privasinya diganggu, karena rahasia yang harusnya ia sangat jaga kini ketahuan, karena ia terlalu ceroboh. Ia tidak bermaksud cerita secara blak-blakan kalau ia punya sayap pada bocah itu, mungkin memberinya clue sudah cukup. Tapi hancur sudah rencananya.

JohnJae - SERAPHYMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang