21. Maafkan aku

509 81 8
                                    

🙌 Udah 600+ vote, waw.. 🙌 Thank you folks!

   


"Aish," Jaehyun menggertakkan giginya tak suka. Anak panahnya mendarat beberapa inchi dari titik tengah. Biasanya ia bisa mendapat nilai sempurna. Ia menoleh ke samping, melihat rivalnya bermain dengan sangat tenang. Setiap gerakannya terlihat mengagumkan, seolah ia terlahir untuk bermain panahan. Orang itu menoleh, lalu memberikan ekspresi congkaknya pada Jaehyun. "Ah appa~ aku sedang tidak fokus hari ini. Biasanya aku bermain lebih baik," keluhnya pada Siwon, yang dibalas dengan gelengan kepala.

"Janji tetaplah janji, Jae. Kau harus mentraktir makan siang kita." Siwon bersikeras, membuat pemuda di depannya menekuk wajah. "Appa, kalau kau meminta seorang siswa mentraktirmu, itu namanya perampokan-"

Pria paruh baya itu segera berlalu, tak mau tahu dengan alasan Jaehyun. Ia berjalan keluar dari lapangan dibuntuti anak itu, lalu meninggalkan arena pelatihan miliknya untuk makan siang. Bahkan sampai di sana pun mulut Jaehyun masih memprotes.

"Baiklah, baiklah, appa yang akan membayar." serah Siwon pada akhirnya, takut ia tidak bisa makan dengan tenang, karena Jaehyun terus menyumpahinya agar tersedak.

Jaehyun tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit. Kedua lesung pipinya juga muncul, membuat hati Siwon hangat. Beberapa saat kemudian, menu yang mereka pesan datang. Aroma yang keluar dari mangkuk, bersama kepulan asap dari makanan berkuah yang disajikan, membuat mulut mereka berair.

"Jalmeogae sseumnida," seru Jaehyun riang sebelum menyantap makanannya. Ia tak terpikir untuk mengobrol dengan Siwon, terlalu fokus pada makanan hangat itu.

"Jaehyunie," Siwon memandang anak itu tak percaya. "Pelan-pelan saja, appa tidak akan mencuri makananmu." tegurnya setelah melihat Jaehyun makan tanpa jeda.

"Hehe," kekehnya sambil meringis malu. Kini ia melanjutkan santapannya dengan lebih santai.

"Jae-ya, bagaimana Johnny di sekolah? Apa dia sering membuat masalah?" Siwon bertanya. Ia memegang direksi tertinggi di sekolah itu, jadi tak seorangpun berani melaporkan hal-hal buruk yang mungkin dilakukan putranya, meskipun ia sudah memaksa.

"Hmm," Jaehyun bergumam, pura-pura berpikir. Kalau ia berani, sudah ia bongkar semua aib Johnny di depan ayahnya. Tapi sayangnya Jaehyun tidak punya keberanian itu. "Johnny hyung baik-baik saja. Ia jarang membolos, tidak pernah kena detensi, dan nilainya bukan yang paling buruk di kelas."

Siwon mengangkat alisnya, mempertanyakan kebenaran dari perkataan itu, yang ia tahu tidak sepenuhnya jujur. Tapi ia mengangguki pada akhirnya. "Kalian sudah dekat dengan ujian kelulusan, tapi anak itu tidak pernah datang ke tempat les. Nilainya juga tidak berubah, selalu buruk. Jadi appa akan menyuruhnya untuk belajar di rumahmu tiap pulang sekolah." Aku Siwon membuat Jaehyun tersedak.

Jaehyun menepuk-nepuk dadanya dan meminum segelas air, lalu menjawab, "A- appa, aku tidak pandai mengajari orang lain. Lebih baik Johnny hyung belajar di rumah saja, menyewa tutor pribadi." bujuknya setengah memohon. Ia benar-benar tak mau lagi berurusan dengan berandal itu.

"Benarkah?" Pria itu menimbang-nimbang. Menyewa tutor ke rumah juga tidak akan berhasil. Anak itu malah-malah tidak akan pulang. Dan ia sendiri sudah pasrah. "Itu tidak masalah. Eomma-mu kan dulu sempat mengajar SMA beberapa tahun, biar dia yang mengajari." putusnya. Masa depan perusahaannya ada di tangan Johnny. Mau tak mau Siwon harus turun tangan.

Ah sial, batinnya dalam hati. Semakin ia berniat menjauh, takdir seolah malah mendorongnya lebih dekat. Jaehyun tak paham. Hidup memang penuh teka-teki.

Setelah makan siang, Siwon membawa Jaehyun berkendara, kembali ke rumahnya. "Jae, kau tidak merasa ada yang aneh atau berbeda dengan Johnny, kan?" Siwon bertanya lagi dengan penasaran. Ia ingin tahu apakah orang di sekitarnya menyadari perubahan anaknya.

JohnJae - SERAPHYMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang