Edited
"Kim Suho, kau punya pengunjung," seorang sipir berkata. Ia yang sudah hampir lima puluh tahun itu terlihat mungil dibalik seragam biru-hitam yang kebesaran di tubuhnya. Tangan dengan jari-jari pendeknya membuka jeruji besi, yang memisahkan seorang pria dari napi lainnya. Pria di balik jeruji itu menyeringai penuh arti melihat sipir kesukaannya datang, sementara sang sipir gemetar ketakutan.
Kim Suho, pria paruh baya yang telah menempati selnya sejak lima tahun lalu, dan entah akan sampai kapan. Ia menepuk bahu si sipir dua kali, sebelum digiring keluar dan ditempatkan ke salah satu bilik, untuk menemui siapapun yang mengunjunginya.
Di depannya, sebuah kaca membatasi dirinya dan seorang pemuda tampan. Seketika ekspresinya mengeras. Junmyeon mengangkat gagang telepon, "Kau pikir apa yang kau lakukan sekarang?!" desisnya penuh bisa. "Sudah kubilang jangan pernah kembali, jangan pernah datang ke tempat sampah ini!" putus pria itu, membanting gagang telepon kembali ke tempatnya—tapi meleset dan membuat benda itu terbalik di atas meja, sebelum dengan ribut memanggil sipir untuk menjemputnya kembali ke sel.
"Appa!!!" Pemuda itu berteriak sementara pipinya mulai basah oleh air mata. Ia tidak bisa menghentikan raungan tangisnya. Membuat pria di depannya itu seketika diam membisu.
"Aku bukan ayahmu. Aku adalah seorang kriminal, aku tidak memiliki keluarga." Dengan tenang Suho mengatakannya. Ia tahu saat ini akan datang, dan ia sudah mempersiapkan kata-kata itu.
"Ap- Appa.." isaknya mencoba berhenti menangis. Tenggorokannya sakit seolah tengah dicekat seseorang. "Aku- aku akan membala-"
"Jongin!" sela Suho pada anaknya. Matanya menatap setajam belati, memperingatkan pemuda itu. Ia tidak menyesali kejahatan apapun yang membawanya ke tempat ini. Tapi ia tidak pernah mau anak satu-satunya ini berakhir dengan nasib yang sama dengannya. "Pergilah, jangan pernah kembali ke sini."
"Aaaaargh!!"
Jongin menjambak rambutnya dengan frustasi sesampainya di dalam mobil. Sambil menyumpah-serapah ia menghantam setir di depannya beberapa kali dengan tangannya. "Keluarga Seo sialan!" teriaknya sebelum pukulannya berakhir.
Ia mengubur wajahnya di antara kedua lengan yang terlipat di atas setir, menangis tersedu-sedu. Semuanya hancur. Hidupku hancur karena mereka, sesak Jongin dalam hati.
Dengan wajah bengkak dan mata merah karena menangis, serta punggung tangan yang lecet di sana sini, ia menyalakan mobilnya. Di saat seperti ini, hanya ada satu tempat yang akan ia tuju.
♥♥♥
"Myeon-ah, kaja!" Jaehyun menggendong anak anjing putih dan mungil itu di dadanya. Setelah ia rawat beberapa hari, kakinya yang terluka kini semakin membaik. Tapi ia masih belum bisa berjalan dengan benar."Eomma, aku pergi dulu," teriak Jaehyun dari halaman. Kakinya melangkah secepat mungkin, takut eomma-nya mengejar. Barusan ia mencuri tiga rol kimbab yang Jessica siapkan untuk makan malam.
Jaehyun harus dua kali naik bus untuk sampai ke sungai Han. Sudah tiga hari anjing itu terkurung di rumah, jadi ia memutuskan untuk mengajaknya jalan-jalan. "Taraa~" seru Jaehyun mengenalkan tempat kesukaannya pada si puppy.
Cuping telinga Jaehyun sudah semerah cherry. Ia merasa bodoh tidak memakaikan anak anjing itu baju. Meskipun belum turun salju, awal musim dingin di sana terasa menusuk tulang. Meski begitu, sepertinya Myeon menikmati waktunya. Dengan terpincang-pincang ia berlarian kesana-kemari, sementara Jaehyun duduk bersila di bawah pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
JohnJae - SERAPHYM
FanficOriginal story idea is NOT mine. Credits to the rightful owner(s). Hal aneh terjadi pada Seo Johnny. Tanpa ia ketahui, Johnny mewarisi kondisi tertentu dari leluhurnya. 'Sesuatu' ini bisa memberinya kekuatan sekaligus masalah. Ia harus belajar men...