8. Piknik di Sungai Han

720 113 2
                                    

Di ruangan terpisah, Siwon duduk menghadap Yunho dan putranya. Ia menyesap teh di depannya sebelum memulai maksudnya.

Berawal dari hubungan pertemanan Taeyeon dan Jessica, berlanjut ke pekerjaan, ia sudah mengenal Yunho hampir selama dua dekade. Selama itu, tidak pernah ada masalah di antara mereka. Dan ia rasa dua dekade mungkin sudah cukup untuk benar-benar menilai seseorang dan menentukan kepercayaannya.

"Yunho-ya," mulai pria itu. Wajahnya yang biasa rileks saat bersama orang-orang terdekat, kini mengeras tegas. Ada keseriusan dalam nada bicaranya. "Aku ingin mempercayakan sesuatu padamu. Ini masalah kelangsungan hidup keluarga Seo."

Selain saat menangani luka berat, Yunho tidak pernah berada dalam situasi seserius ini. Apalagi dengan pria di depannya ini, yang lebih sering menuturkan candaan saat bersamanya. Ia masih menganggap pembicaraan ini setengah bercanda.

Tapi rautnya berubah saat menoleh, pemuda di sampingnya mengenakan mimik yang sama dengan ayahnya.

"Waeyo, Hyung? Apa maksudmu?"

Siwon ganti menatap Johnny, lalu kembali ke temannya. "Aku ingin kau menjaga putraku. Menjadi dokter pribadinya, dan melaporkan setiap perkembangannya padaku."

Yunho mendesah lega saat mendengar itu. Ia pikir Siwon mau mengumumkan kondisi perang, ternyata bukan. Tapi, "Apa Johnny sakit?" Matanya beralih ke si muda yang dimaksud.

"Yunho." Tegasnya lagi. Rupanya pembicaraan belum selesai. "Setelah mendengar hal ini, kau hanya punya satu pilihan. Yaitu menyetujuinya."

Suara yang berbeda lalu melengkapi. "Kalau kau tidak setuju, tidak akan ada jejak dari orang yang pernah mendengar cerita ini. Kau paham, kan, Yunho appa?"

Pria 39 tahun itu hanya bisa melongo menatap bolak-balik Siwon dan Johnny. Aura di ruangan itu tiba-tiba terasa pekat dan menyesakkan. "Jadi, kalau aku menyetujui, kondisi apapun yang dialami pasien, adalah rahasia?" Yunho mengangguk, lebih terlihat seperti bicara sendiri dibanding bertanya.

×××××

"W- waeyo appa? Apa dia benar-benar terluka? Appa mianhae, aku tidak bermaksud melakukannya." Manik coklat Jaehyun yang sudah membendung, langsung tumpah saat ia menghambur ke pelukan ayahnya. "A- apa Johnny hyung akan mati?"

"Buahahaha," Yunho tergelak mendengar pertanyaan Jaehyun. Anak ini polos sekali, pikirnya. "Ani, tentu saja tidak. Sudah kubilang dia baik-baik saja. Apa kau meragukan kemampuan appa sebagai seorang dokter, hah?"

Jaehyun melepas dekapannya dengan wajah cemberut. Hah, kupikir dia sedang sekarat. Bikin malu saja!

"Jae-ya, appa jadi penasaran. Jadi selama ini, apa kau dan Johnny tidak akur?" selidik Yunho.

Jaehyun membolakan matanya. "Huh? Eum-" ia mencari-cari alasan. "Ten- tentu saja kami berteman. Tapi kadang-kadang Hyung suka mengerjaiku." tutur Jaehyun diakhiri senyum tipis untuk meyakinkan ayahnya.

Di hari Minggu, tiga sekawan itu pergi ke sungai Han untuk piknik.

"Yak, siapa yang mengusulkan ide bodoh ini. A- ah, dingin sekali." Doyoung bersungut-sungut, menggosokkan kedua tangannya untuk menghangatkan diri. Musim dingin sudah semakin dekat, angin yang terus bertiup juga rasanya semakin dingin.

Dan itu adalah ide Jaehyun. Berada di tempat ini adalah waktu healing baginya. Entah hanya melihat orang berlalu lalang, melihat anak kecil berlarian, atau melihat air yang bebas mengalir, membuat suasana hatinya lebih baik.

JohnJae - SERAPHYMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang