4. Rahasia

829 126 2
                                    

Yuta sialan, batin Johnny saat menyetir ke arah apartemennya. Ia masih tidak bisa mengenyahkan pikirannya tentang kejadian tadi siang. Johnny ingat persis bagaimana kata-kata lancang teman Jepangnya itu.

"Yak, Jung Jaehyun, apa kau sedang menembak Johnny sekarang?"

Deg. Jantungnya tersentak dan melaju lebih cepat. Dari segala hal kenapa Yuta harus mengatakan hal semacam itu, hal semustahil itu.

Entah kenapa Johnny tiba-tiba merasa gugup dan panik tadi. Pikirannya segera mencari cara untuk menghentikan topik itu. Dan itu berakhir dengan tidak baik. Sangat tidak baik. Jaehyun pasti terluka.

"Tunggu, apa?" Johnny tiba-tiba bergumam. Ia menyangsikan pikirannya sendiri. "Tidak, tidak. No, no, no. Aku tidak peduli apakah bocah itu sakit hati atau tidak. Sama sekali tidak peduli." lanjutnya lantang.

Kini Audi-nya melambat di belakang zebra cross, menunggu lampu di depan berubah hijau. Lagi-lagi kejadian tadi siang muncul di kepalanya.

"Ck, si Casper itu benar-benar tidak mempedulikan peringatanku." decak Taeil kesal, matanya menyorot sengit saat melihat jaehyun dan seorang pemuda berjalan masuk kantin. Siswa dengan hidung mancung itu merangkul bahu Jaehyun dengan akrab.

"Peringatan apa?" tanya Johnny, 'sedikit' penasaran. Mata tajamnya mengikuti pandangan Taeil.

"Sudah kubilang padanya untuk menjauhi Sichengku, tapi setiap hari mereka selalu muncul bersamaan. Bahkan bergandengan." kesal Taeil sambil menusuk-nusuk sosis di nampan.

"Pfft, mana mau Sicheng dengan kurcaci sepertimu," ledek Yuta yang sejak tadi sibuk menggoda gadis di sebelahnya. Taeil membalasnya dengan acungan jari.

Tatapan Johnny masih tertuju ke tempat Jaehyun dan teman-temannya duduk. Taeyong duduk di sebelah Doyoung, dan mengusilinya seperti biasa. Di depan mereka, Jaehyun dan Winwin sedang mengobrol. Tatapan Sicheng tidak pernah lepas dari Jaehyun.

Johnny tahu Dong Sicheng. Siswa asing itu pindah ke sekolah mereka satu tahun lalu, ke kelas yang sama dengan Jaehyun.

"Yak, Johnny, cepat habiskan makananmu. Jam istirahat sebentar lagi selesai." protes Taeil yang menyadari Johnny tidak menyentuh makanannya sejak ia membawa topik Jaehyun daa Sicheng.

"Aku tidak lapar." balas Johnny pendek. Entah kenapa nafsu makannya menguap tiba-tiba.

"Omoo, anakku, eomma kangen sekali dengamu. Bagaimana kabarmu? Apa kau makan dengan baik? Kenapa kau terlihat kurus?"

Seorang wanita cantik segera menghujani Johnny dengan berbagai pertanyaan saat pemuda itu menjejakkan kakinya ke dalam apartemen. Tangannya menangkup kedua pipi Johnny dengan penuh perhatian.

Johnny hanya memutar matanya malas. "Eomma, aku bukan anak bayi lagi. Berhentilah bersikap seperti ini, ini sangat memalukan." protesnya.

Sang eomma mencembik kesal. Anak ini memang tidak bisa diajak bermanja-manja. "Auh, kau ini memang menyebalkan. Eomma kan kangen sekali denganmu. Yeobo, lihatlah kelakuan anakmu," adunya pada sang suami yang sibuk memeriksa iPad di sofa.

"Johnny jangan menyakiti eomma-mu, atau nanti appa tidak akan beri uang saku lagi."

"Ne, daepyonim." jawab Johnny dengan tegas sambil membungkukkan badan 90 derajat. Hal ini sudah menjadi candaannya dengan sang ayah. Dan ia juga tidak mau uang sakunya hangus.
[Baik, pak CEO.]

"Appa, eomma, mau kumasakkan sesuatu?" Johnny mencari-cari bahan di kulkas setelah berganti baju. Sebenarnya sekarang masih terlalu awal untuk makan malam. Ia hanya menawarkan untuk basa-basi.

JohnJae - SERAPHYMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang