7. Jatuh

745 120 1
                                    

"Yakk!" Nafas Jaehyun yang terengah karena berlari naik ke lantai tiga, tidak menyurutkan niatnya untuk meneriaki manusia di depannya. "Seo Johnny, apa masalahmu?!"

Johnny bahkan hanya menatap Jaehyun sekilas, lalu berlalu. "Yaedeura, ayo ke kantin, aku lapar." Yuta, Lucas, dan Taeil menyeringai melihat Jaehyun yang tertegun saat diabaikan. Mereka lalu mengekor Johnny menuju ke tangga di ujung lorong.

Seolah tak peduli, para siswa yang tadi menonton juga segera bubar. Jaehyun semakin panas dibuatnya. Ia harus menyelesaikan masalah ini sekarang. Ia tidak mau menderita lagi.

"Yak, Seo Johnny!" susul Jaehyun. Yang dipanggil menghentikan langkahnya, lalu berbalik. Ia menatap Jaehyun dengan pandangan bosan. "Katakan, apa salahku? Kenapa kau terus menggangguku?!"

"Cih, kau belum sadar? Di setiap sekolah, pasti ada satu pecundang yang pantas untuk dikerjai. Dan itu adalah kau." Lucas menjawab diiringi kekehan Yuta.

Johnny mengangkat satu tangannya, memberi isyarat bagi teman-temannya untuk tidak ikut campur. "Pergilah dulu, aku akan menyusul."

Yuta berdecak merasa enggan, tapi Taeil segera menarik dua kawannya itu. Menyisakan hanya Johnny, dan Jaehyun yang menatapnya sengit.

"Kau, ingin tahu alasannya?" Johnny memulai. Jaehyun berdiri beberapa langkah di depannya. Kedua tangannya mengepal di samping, dan Johnny bisa tahu kalau anak itu sedang menggertakkan giginya dengan kesal. Johnny maju selangkah, lalu melanjutkan, "Karena itu menyenangkan."

Jaehyun mengeratkan kepalannya. Kalau ini film kartun, ia pasti sudah terlihat seperti teko yang mendidih. Kedua telinganya mengepulkan uap panas. Satu-satunya cara yang ia tahu untuk mendinginkan kepalanya, adalah dengan membalas dendam.

Jaehyun berlari dan ingin mencengkeram kerah pemuda yang lebih tinggi itu. Ia tahu Johnny lebih kuat darinya, tapi saat ini Jaehyun tidak main-main. Ia menggunakan seluruh tekad dan tenaganya.

Johnny yang tidak berekspektasi akan hal ini, berusaha menghindar dan melangkah mundur. Tapi ia lupa, beberapa langkah di belakangnya terbentang tangga ke lantai dua. Saat tangan Jaehyun menyentuh kerahnya, Johnny terhuyung ke belakang.

"Aaaaaargh!"

Jaehyun bahkan belum selesai memproses apa yang terjadi saat Johnny mengerang kesakitan. Kedua tangannya masih terangkat di udara. Ia hanya bisa berdiri tertegun melihat Johnny yang sudah terbaring di lantai bawah. Matanya terpejam dan alisnya berkerut merasa kesakitan.

"Johnny oppa, kau tidak apa-apa?" seorang gadis dari kelas dua berjongkok mendekat. "Hah, piii!" teriak Yeri panik saat mendapati noda merah mulai mewarnai kemeja Johnny di bagian punggung.
[Hah, darah!]

Bersamaan, tiga teman Johnny yang belum jauh mendahului juga datang. "Yak! Apa kau sudah gila Casper?!" Yuta berteriak tak percaya setelah melihat Jaehyun berdiri di atas tangga.

Tentu, dari perspektif manapun Jaehyun akan terlihat bersalah. Tapi sungguh ia tidak bermaksud mendorong Johnny ke tangga. Ia tidak akan pernah melukai Johnny. Ia tidak bersalah. Kan? Pikirannya sendiri meragukan dirinya. Apalagi saat lebih banyak siswa berkumpul di sekitar tangga, dan menatap Jaehyun dengan raut tak percaya.


×××××


Tidak terasa waktu sudah menginjak hari Jumat lagi. Sejak kejadian di hari Senin lalu, Johnny absen sekolah.

"Jaehyun-ah, gwaenchanha. Itu bukan salahmu. Johnny juga baik-baik saja, jadi jangan khawatir." Itu yang appa-nya katakan setelah ia dipanggil ke sekolah atas masalah itu.

Siwon juga dipanggil. Dan menurut Yunho, Siwon tidak marah sama sekali pada Jaehyun. Bahkan Pak Kwon sebagai wali kelas juga sudah menjelaskan kalau itu hanya salah paham. Harusnya Jaehyun sudah merasa tenang. Tapi entah kenapa rasanya masih mengganjal.

"Yak, apa kau mau membakar rumahmu?!" Teriakan Taeyong memutus lamunan Jaehyun. Ia beranjak dari ruang tamu menuju dapur, dimana keributan sedang terjadi.

Pemuda cantik itu tergesa-gesa memadamkan api, sementara si kelinci sudah lari ke ujung dapur menjauhi kompor.

"Apa kau mengelap kompor dengan tisu lagi?" tuduh Taeyong pada Doyoung.

"Hehe, mian. Aku lupa." Doyoung meringis malu. Ini sudah kedua kalinya ia sok-sokan mau memasak, dan hampir membakar dapur.

Jaehyun ikut mendesah melihat kelakuan temannya. Cukup keras, membuat keduanya menoleh. "Eoh, jaehyun-ah, sini kau mau membantu?" tanya Taeyong. Jaehyun mengangkat bahu lesu dan menghampirinya.

Dua teman itu menyadari kalau Jaehyun masih murung. Doyoung mengusulkan ide agar mereka bermalam lagi di rumahnya, dan menghabiskan weekend bersama. Sekaligus membayar janji yang gagal minggu lalu.

"Woah, apa kalian mau berpesta?" Mendengar suara yang tidak asing itu, Jaehyun hampir berlari ingin memeluk orang itu.

"Eits," Doyoung menarik belakang kerah kaos yang Jaehyun pakai. "Yak, geumanhae jom. Jangan mengganggu hyung-ku." Taeyong dan Gongmyung hanya tertawa melihat mereka. Jaehyun memang selalu bertingkah manja kalau ada Gongmyung. Sedangkan Doyoung merasa tidak senang akan hal itu.
[Ya, hentikan.]


Menjelang makan malam, Tuan dan Nyonya Kim tiba di rumah. Mereka makan malam bersama dengan masakan yang dibuat Taeyong. Jaehyun dan Doyoung terlalu ribut untuk membantu tadi.

"Eomeonim, abeonim, kami naik ke atas dulu ya." Jaehyun dan Taeyong pamit, menyusul si pemilik kamar yang sudah naik terlebih dulu.

"Gongmyung hyuuung~" Jaehyun berkata manja saat mendapati kakak Doyoung ikut bergabung ke kamar mereka. Yang dipanggil terkekeh manis, tapi adiknya malah mengerutkan wajah dan membuat suara muntah.

Gongmyung yang penasaran perihal duel antara Jaehyun dan Johnny, menurut cerita Doyoung, membujuk Jaehyun untuk bercerita. Jaehyun bahkan tidak menceritakan kejadian aneh sebenarnya pada dua sahabatnya. Tapi karena Gongmyung yang meminta, ia tidak bisa menolaknya.

Akhirnya malam itu mereka habiskan untuk saling beradu pikiran tentang hal itu. Tapi kebanyakan hanya diisi oleh keluhan Jaehyun yang merasa bersalah pada Johnny, atau kesalnya karena masih merasa kasihan pada orang yang sering mengganggunya.

"Ah, eomma, kenapa aku jahat sekali." keluh Jaehyun sambil menjejak-jejakkan kakinya seperti anak kecil. Lalu detik berikutnya, "Ah, ini semua kan salah Johnny hyung. Dia yang selalu menggangguku!" teriaknya sambil memukul-mukul bantal.

Keesokan pagi, Jaehyun merasa lebih lega. Ia ditemani Taeyong dan Doyoung pergi ke sekolah untuk berlatih basket. Hampir semua orang mengeluh perihal absennya Johnny. "Coach, Johnny adalah pemain andalan kita, bagaimana ini?" Lucas yang pertama menyuarakan.

"Sudah, sudah. Kalian fokus saja berlatih. Johnny sudah menghubungiku, dan ia memastikan kalau ia akan tetap ikut kompetisi. Jadi kalian tidak perlu khawatir."

Jaehyun merasa lebih lega lagi. Ia bahkan sudah bersiap untuk mengundurkan diri kalau anak-anak yang lain masih menyalahkannya. Tapi ia sendiri cukup terkejut karena di hari berikutnya setelah kejadian itu, tidak terlalu banyak orang yang membicarakan dirinya. Tidak seperti yang ia bayangkan.

Ia hanya masih memikirkan pesawat ayahnya beberapa waktu lalu.

"Jae-ya, mulai sekarang kau harus menjaga Johnny, ya. Kalau ada yang aneh atau sesuatu terjadi padanya, langsung hubungi appa atau Siwon appa. Kau paham?" Yunho bertutur pada anaknya.

Jaehyun panik mendengarnya. Ia tahu kalau ayahnya yang menangani Johnny di rumah sakit. Apa Johnny hyung terluka separah itu? " W- waeyo appa? Apa dia benar-benar terluka?"


-------------------------------


😪😪😪😪
Eh kalo ada typo-typo komen aja ya, tar aku perbaiki

JohnJae - SERAPHYMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang