Selamat membaca!
***
Malam itu, Ali dan Kevin berpencar mencari Prilly dengan menggunakan sepeda mereka, seperti biasa.
"Bagaimana? Kau mencari ke arah kiri, aku ke kanan. Setuju?" Kata Kevin.
Ali mengangguk dan membelokkan sepedanya ke kiri.
Cowok itu menolehkan kepala ke sekelilingnya, sambil berharap Prilly akan muncul dari antara kegelapan malam itu.
Ali menghela nafas. "Kau ada dimana?" Gumamnya.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapi Ali sama sekali tidak berniat untuk kembali pulang.
Ia sudah bertekad bahwa hari ini ia akan menemukan Prilly dan membawanya pulang ke apartmentnya.
Sementara itu, Kevin kembali melewati perumahan dimana ia melihat wajah 'Mila'-nya. Cowok itu penasaran.
"Menyelam sambil minum air, kan? Aku bisa mencari keberadaan gadis itu serta gadis-nya Ali." Gumam Kevin. "Ah, aku sangat jenius sekali."
Kevin menolehkan kepalanya ke kiri dan berusaha mengingat-ingat warna pagar rumah 'Mila'-nya.
Dahinya berkerut-kerut. "Tidak biasanya ingatanku seburuk ini." Gumamnya lagi.
Kevin berhenti di depan sebuah rumah berpagar abu-abu. Ia berpikir sebentar.
"Rasanya aku melihat 'Mila' disini,"
Kevin memperhatikan rumah itu selama beberapa saat sebelum mengayuh sepedanya pergi meninggalkan tempat itu.
Beberapa menit sesudahnya, Nayla keluar untuk sekedar mencari angin. Ia duduk di teras dan menatap langit malam.
"Tristan.."
Nayla menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Duh, Nay! Jangan mikirin Tristan terus dong! Ini pasti gara-gara cowok kemarin. Padahal udah lama banget gue nggak mikirin dia." Gumam Nayla.
Ia terdiam di sana selama beberapa saat.
"Harusnya gue mikirin keadaan Prilly, harusnya gue nyariin dia, bukan malah mikirin orang yang udah nggak ada!" Katanya. "Gue yang ngakunya temen malah nggak nyariin dia."
Nayla menghela nafas panjang.
"Prill, lo sebenernya ngilang kemana sih?"
"Nay, masuk! Udah malem!" Terdengar suara Ranti dari dalam, membuat Nayla beranjak masuk kedalam dan mengunci pintu.
***
Ali memberhentikan sepedanya di depan sebuah club malam. Entah apa yang membawanya kesini, Ali turun dari sepeda dan meletakkan sepeda itu di dekat pintu.
Ini adalah club malam yang berbeda dengan club dimana dia bertemu Prilly. Ali menghela nafas panjang.
Untuk apa aku kesini? Batinnya. Tapi pada akhirnya, Ali tetap mendorong pintu itu dan masuk kedalam, tanpa diketahui oleh penjaga club.
Suara musik berdentum-dentum, membuat kepala serta telinga cowok itu menjadi sakit.
"Astaga. Kenapa manusia-manusia di bumi ini tahan dengan hingar bingar musik yang diputar sekarang ini?" Gumam Ali sambil terus berjalan masuk.
Ali melihat pemandangan tidak enak. Cewek-cewek berbaju minim, pasangan yang sedang bercumbu dan masih banyak lagi.
Cowok itu menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love
RandomPrilly Latuconsina. Seorang gadis berwajah barbie. Begitu kata orang-orang yang sering melihatnya. Aliando Syarief. Pria dingin dan misterius tetapi tetap saja, berwajah tampan. Hanya memiliki seorang teman. Mereka dipertemukan dalam kondisi dan kea...