The Real End

15.3K 803 23
                                    

Selamat membaca!

***
Keesokan siangnya, Prilly berjalan menuju ke kantor polisi dengan Nayla di sebelahnya.

Tinggal sebentar lagi.. Tinggal sebentar lagi gue bakalan nyingkap semua kebusukan Verrell dan Tante Felicia. Batinnya.

Nayla menatap langit. "Gue berdoa semoga Verrell dan keluarganya bener-bener ketangkep, Prill."

Prilly mengangguk. "Iya,"

"Setelah mereka ketangkep, apa yang bakalan lo lakuin?" Tanya Nayla.

Prilly menatap langit, seakan-akan ia bisa melihat Ali di sana. "Gue akan jual rumah gue dan isinya, dan gue bakalan pindah ke apartment Ali. Uang hasil gue jual rumah itu bakalan gue simpen." Katanya. "Gue juga akan cari kerja."

Nayla tersenyum. Sahabatnya ini memang sudah berubah dewasa. Pengalaman sedih nan menyakitkan itu telah merubah karakternya.

"Gue salut sama lo, Prill." Kata Nayla.

Prilly tersenyum kecil.

Mereka berdua sudah sampai di kantor polisi itu.

"Selamat siang, pak." Sapa Prilly sambil duduk di depan seorang polisi.

Polisi itu mengangkat kepalanya dan benar-benar kaget ketika melihat Prilly.

"Mb-mbak Prilly anaknya Pak Rama?"

Prilly mengangguk.

"Ada yang bisa saya bantu, mbak?" Tanya polisi itu cepat. Prilly mengeluarkan sebuah kaset dari tasnya dan menyodorkan kaset itu pada polisi tadi.

"Pelaku pembunuhan papa saya ada di dalam sana. Mereka mengambil harta kekayaan papa saya dan mengusir saya dari rumah. Di sana terlihat jelas sekali buktinya."

Polisi itu menerima kaset yang di berikan Prilly dengan ragu-ragu. Raut kaget tercetak jelas di wajahnya.

"Apa mbak Prilly yakin? Kasus yang disampaikan mbak tadi benar-benar harjs di dukung oleh bukti yang kuat."

"Isi kaset itu adalah rekaman CCTV di ruang tamh rumah saya. Apa kurang kuat?"

"Baiklah, akan saya cek dulu."

Polisi itu beranjak dari tempat duduknya dan memasukkan kaset tadi ke dalam VCD Player. Tak lama kemudian, tampaklah sebuah ruang tamu. Di sana terlihat dengan jelas wajah Felicia, Verrell, dan Ghina, serta Prilly di sana.

Jantung Prilly berdegup kencang.

Semoga berhasil... Doanya.

Dan ternyata benar saja, itu adalah video yang merekam mengenai perkataan jahat Felicia.

Setelah menonton video tadi, polisi itu segera menulis di buku catatannya dan menyimpan berkas tadi sebagai barang bukti.

"Hari ini kasusnya akan segera saya laporkam ke pak inspektur. Dan hari ini juga kami akan mengurusnya." Kata polisi itu.

Prilly menghela nafas lega. Begitu pula dengan Nayla.

"Terimakasih, pak." Ucap Prilly sambil tersenyum sumringah.

Mereka berdua beranjak dari sana dan pulang menuju ke rumah Nayla.

Sementara itu, di balik awan-awan sana, Ali menatap kristal berwarna putih nan indah itu. Ia perlahan tersenyum.

Aku ikut bahagia.. Melihat senyum di wajahmu.. Batinnya.

Tapi sejenak ia mengerutkan dahinya. Di sana Prilly terlihat muram saat Nayla tidak melihat.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang