Those Wings

13.9K 734 9
                                    

Selamat membaca!

***

Keesokan paginya, Prilly terbangun dengan punggung yang sakit semua.

"Punggung gue.. Sakit semua." Gumamnya.

Tangan Prilly beranjak mematikan lampu yang terletak di atas nakas. Saat itu, matanya menangkap sebuah kotak beludru biru dengan post-it berwarna pink cerah.

Ia meraih post-it itu dan membacanya. Tulisan tangan Ali. Cewek itu membuka kotak tadi dan menemukan sebuah kalung berbandul kedua sayap.

"Ini beneran Ali yang ngasi?" Gumamnya sambil tersenyum geli. Ada perasaan berbunga-bunga dalam hatinya. Seketika  itu juga, rasa sakit di punggungnya hilang.

"Ternyata dia bisa bersikap manis juga ya, sama cewek." Gumam Prilly lagi. Senyum manis menghiasi wajah sehabis bangun tidurnya itu.

Prilly memakai kalung itu dan segera berjalan ke depan cermin. Ia memperhatikan kalung yang sudah terkalung dengan indah di lehernya.

"Cantik."

Cewek itu menoleh ke arah pintu dan melihat Ali berdiri di sana, sambil melipat kedua lengannya dan bersender pada ambang pintu.

Seketika itu juga, semburat merah terlihat jelas pada pipinya.

"L-lo apaan sih? Pagi-pagi masuk ke kamar gue gapake ketuk pintu pula!" Seru Prilly

"Kamar lo?" Ali menaikkan sebelah alisnya. "Gue ralat, ya. Ini kamar gue."

"Ya intinya gitu!"

"Yaudah, terserah lo." Kata Ali.

"Li," Panggil Prilly sebelum Ali berbalik dan menutup pintu. "Sebenernya kita ini apa sih?"

Ali mengerutkan dahi. "Kenapa lo tiba-tiba nanya gitu?"

"Ya.." Prilly menggigit bibirnya. "Gue nggak mau terlalu berharap aja.."

Ali terdiam.

"Kita.." Wajah Prilly berubah menjadi merah seperti kepiting rebus. "Pasangan?"

Ali menatap Prilly. "Terserah gimana lo nyebutnya."

Jantung Prilly berdegup kencang.

Jadi.. Gue sama Ali.. Pacaran? Batinnya senang.

Ali keluar dan menutup pintu. Seketika itu juga, Prilly meloncat-loncat kegirangan. Ia naik ke atas ranjang dan meloncat-loncat sambil menjerit tertahan.

"Astaga! Gue nggak nyangka!" Katanya.

Prilly meloncat-loncat di atas kasur sambil tersenyum lebar. Setelah itu, ia segera turun dan langsung berlari ke kamar mandi.

Sementara Ali, dengan bantuam telinganya yang tajam itu, ia bisa mendengar suara jeritan tertahan dari Prilly. Cowok itu tersenyum simpul.

Ia berjalan ke sofa dan memakai sepatunya.

"Bukankah aku sudah pernah mengatakan padamu bahwa malaikat tidak boleh jatuh cinta pada manusia?" Suara Kevin dari belakangnya membuat senyum di wajah Ali seketika itu juga lenyap.

Ali menoleh ke belakang. "Aku tahu. Sudahlah. Kau diam saja,"

"Bagaimana aku bisa tinggal diam? Yang ada kau akan melukainya."

Ali terdiam. Hal itu sudah dipikirkannya sejak lama. Bahkan saat ia menyadari perasaannya.

Saat Ali hendak menjawab, pintu kamarnya terbuka. Prilly keluar dengan wajah senang. Ia tidak menyadari bahwa Ali dan Kevin baru saja membicarakannya.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang