Selamat membaca!
***
Tiga minggu kemudian...Hari Sabtu di minggu ini adalah hari pernikahan Rama dan Felicia. Prilly melihat kalender di ponselnya sambil mendengus.
Berarti masih ada tiga hari lagi sebelum hari-H. Batin Prilly.
Kini, Rama dan Felicia sedang sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk hari besar itu. Mulai dari catering, pembawa acara, artis-artis yang akan menyanyi di sana, dan banyak lagi.
Beberapa kali Prilly sempat melihat ada empat wedding organizer yang sedang melakukan pertemuan di ruang tamu.
"Gue gak ngerti," Gumam Prilly. "Kenapa papa harus ketemu terus pacaran sama Tante Felicia gitu. Kan masih banyak wanita cantik yang baik di luar sana. Kenapa mesti Tante Felicia sih?
Tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan ada sebuah panggilan telepon masuk.
Papa is calling....
"Halo," kata Prilly sambil berjalan ke balkonnya.
"Illy, papa sudah siapin designer terkenal buat milihin baju yang kamu pakai buat hari Sabtu nanti,"
Prilly mendengus. "Kayak aku nggak punya baju yang layak pakai aja."
"Jaga-jaga. Siapa tau kamu mau bikin malu papa sama Tante Felicia dengan pakai baju yang nggak sesuai."
"Wah, makasih ya, pa udah ngasih aku ide brilian." Kata Prilly dengan nada sarkastis.
"Papa nggak mau tau, pokoknya kamu harus mau nurut sama papa kali ini."
"Kalo aku nggak mau gimana? Aku bisa kabur dari rumah, loh." Ucapnya.
"Papa sudah siapkan bodyguard buat ngejagain kamu. Mereka sudah berdiri di depan kamar kamu sekarang."
Prilly segera berjalan keluar kamar dan melihat tiga bodyguard yang sedang berdiri di depannya.
"Papa apa-apaan sih?! Aku juga bakalan berangkat sekolah, kan!"
"Sejak kapan kamu rajin sekolah?"
Prilly mendengus kesal. "Tap—"
"Nggak ada tapi-tapian. Papa nggak mau tau. Hari ini kamu nggak boleh keluar rumah barang sekalipun."
Tut. Tut. Tut.
Prilly melempar ponselnya ke atas kasur dan mendengus kesal.
"Papa keterlaluan!" Teriaknya.
Tiba-tiba, pintu kamarnya diketuk.
"Masuk,"
"Nona, designer yang Tuan suruh datang sudah datang. Nona mau turun?" Kata seorang pelayan.
"Iya, bentar. Gue ganti baju dulu." Katanya dengan nada jutek.
"Baik, nona." Pelayan itu menutup pintu kamar Prilly. Cewek itu beranjak mengganti seragam sekolah yang tadi ia pakai dengan baju yang agak santai.
Prilly menolehkan pandangannya ke arah balkon dan ia mendapat ide.
"Kalo gue gak bisa keluar lewat bawah, gue bisa keluar lewat atas," Gumamnya.
Prilly segera meraih sprei kasurnya dan mengikatkan sprei itu pada pegangan balkon. Setelah dirasa kuat, Prilly mulai menuruni sprei itu.
Kalo gue jatuh trus mati, berarti gue emang ditakdirin buat nggak liat papa nikah lagi. Batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love
RandomPrilly Latuconsina. Seorang gadis berwajah barbie. Begitu kata orang-orang yang sering melihatnya. Aliando Syarief. Pria dingin dan misterius tetapi tetap saja, berwajah tampan. Hanya memiliki seorang teman. Mereka dipertemukan dalam kondisi dan kea...