Selamat membaca! Baca informasi di note paling bawah juga ya;)
***
Fajar menyingsing. Ali dan Prilly beranjak berdiri dari tempat mereka semula."Setelah ini, kita pulang ke apartment gue lagi." Ucap Ali.
Prilly langsung menggeleng. "Enggak, terlalu bahaya."
Ali mengerutkan dahinya. "Kenapa?"
"Ternyata selama ini Verrell selalu ngintai gue dari jauh. Dia tau gue tinggal sama siapa. Dia tau lo," Kata Prilly. "Kalo lo mau kembali ke apartment lo.. Silahkan. Tapi gue akan pergi ke tempat yang jauh."
Ali menggeleng. "Gue udah janji kalo gue bakalan jagain lo."
"Tapi lo udah cukup ngejagain gue, Li."
"Nggak. Kita ngelakuin ini sama-sama, kita juga harus mempertahankan ini sama-sama."
Prilly tersenyum haru. Ia memeluk Ali.
"Makasih, Li. Makasih banget." Kata Prilly.
"Inget. Ini kewajiban gue," Katanya.
Kewajiban? Bukan karena lo peduli sama gue, Li? Batin Prilly.
"Gue tau." Sahut Prilly pelan. Ia melepaskan pelukannya dan menatap Ali.
"Setelah ini, kita kemana?" Tanya cowok itu.
Prilly menghela nafas. "Gue nggak tau, dan kita nggak mungkin langsung kasih berkas ini ke polisi." Katanya. "Verrell pasti udah tau apa yang bakalan kita lakuin sekarang."
"Ayo kita cari tempat tinggal dulu," Ali menggandeng Prilly dan mengajaknya pergi dari tempat itu. Mereka berdua berjalan beriringan.
"Li," Panggil Prilly.
"Apa?"
"Lo jujur sama gue. Apa arti tanda sepasang sayap di tangan lo itu?" Tanya Prilly. "Gue yakin itu pasti bukan cuman sekedar tato seperti yang lo bilang, kan?"
Apa aku harus mengatakannya? Batin Ali.
"Li?"
Cowok itu menatap Prilly. "Memang bukan."
"Terus? Itu apa? Kenapa sekarang tanda itu hampir hilang dari tangan lo?"
"Itu penanda buat gue," Ali menatap ke langit. "Supaya gue tau sampai kapan waktu gue di bumi."
"Mak-maksud lo?" Prilly berhenti berjalan.
Ali menoleh ke Prilly. "Suatu saat gue bakalan pergi dari bumi.""Li.. Lo.. Lo gak bercanda, kan?"
"Apa wajah gue keliatan kayak lagi bercanda?"
Prilly diam. Ia tahu Ali sama sekali tidak bercanda. Cowok itu serius dengan perkataannya.
"Dan apa ini juga yang nyebabin lo nggak bisa make kemampuan lo lagi?"
Ali mengangguk singkat.
"Gue nggak mau lo pergi.." Prilly mendekat ke arah cowok itu. "Gue terlalu cinta sama lo."
"Jujur aja, kalo gue bisa milih.. Gue juga nggak pengen pergi dari sini."
"Apa.. Lo nggak bisa jadi manusia, Li?"
Deg. Pilihan itu. Pilihan itu yang selalu membuat Ali bimbang. Bisa saja ia meminta kepada ayahnya untuk menjadi seorang manusia. Tapi....
Ali menggeleng. "Gue nggak sanggup."
"Tapi kenapa?" Tanya Prilly. Matanya sudah berkaca-kaca. "Apa lo nggak cinta sama gue? Apa lo tega ninggalin gue, Li?"
"Udahlah. Gue nggak mau bahas ini." Ali memalingkan wajahnya. Ia tidak bisa melihat wajah Prilly yang berkaca-kaca itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love
RandomPrilly Latuconsina. Seorang gadis berwajah barbie. Begitu kata orang-orang yang sering melihatnya. Aliando Syarief. Pria dingin dan misterius tetapi tetap saja, berwajah tampan. Hanya memiliki seorang teman. Mereka dipertemukan dalam kondisi dan kea...