Tak lama kemudian, pintu gudang itu terbuka dan tampaklah wajah Verrell yang sedang tersenyum miring.
"Wah. Wah. Wah. Gue baru liat si cewek setan ini nangis." Kata Verrell.
Prilly mengangkat kepalanya dan menatap benci ke arah cowok itu.
"Diem lo," Kata Prilly dengan suara bergetar.
Verrell menatap Prilly dengan tatapan tajamnya. "Mulai hari ini lo nggak boleh balik ke tempat itu lagi." Katanya.
Prilly tersentak. Setan satu ini tau? Batin Prilly.
Verrell menatap Prilly dengan sebelah alis dinaikkan dan tersenyum miring.
"Kenapa? Lo kaget? Lo kaget gara-gara gue tau kalo lo selama ini tinggal di rumah cowok itu?"
"D-darimana lo tau?!"
"Dengerin baik-baik, ya. Gue punya anak buah dan kapanpun juga gue bisa nyuruh mereka buat ngintai lo."
Prilly menatap Verrell dengan tatapan tidak percaya.
"Lo gila! Mau lo apaan sih?!" Teriak Prilly.
"Mau gue? Lo nanya mau gue apa?" Kata Verrell.
Prilly menatap Verrell dengan tatapan tajam.
"Mau gue adalah bikin hidup lo sengsara."
Sementara Ali yang tidak bisa tidur semalaman itu kini sedang berjalan mondar mandir di kamarnya. Ia mencari cara agar dirinya bisa membawa Prilly pulang.
Memang ia belum pernah bertemu dengan Felicia ataupun Verrell secara langsung, tetapi cowok itu bisa menarik kesimpulan bahwa kedua orang tersebut tidak akan semudah itu melepaskan Prilly.
Ali mendesah frustasi.
Ia duduk di atas ranjangnya dan menjambakki rambutnya sendiri.
"Bodoh.. Aku merasa gagal dalam menjaganya. Bodoh.." Erang Ali.
Cowok itu memejamkan matanya.
"Kenapa.. Kebahagiaan yang benar-benar kurasakan ini hanya sebentar saja?"
Perlahan, setetes air mata menuruni pipinya. Ali baru pertama kali menangis untuk seseorang. Sebelumnya ia tidak pernah menangis, apalagi untuk seorang gadis.
Cowok itu membuka matanya. Matanya kini berwarna merah.
"Ali,"
Ali menoleh ke belakang dan mendapati Kevin sedang berdiri di sana.
"Ada apa?" Tanya Ali dengan suara serak.
"Kau.. Menangis?"
Ali menggeleng. "Tidak." Ia berbohong.
"Benarkah?"
"Ya. Tadi mataku gatal sekali."
"Baiklah.." Kata Kevin sambil berjalan keluar dari kamar Ali.
Kembali pada Prilly, cewek itu masih berdiri di sana dan menatap Verrel dengan tatapan tajam dengan mata berkaca-kaca.
"Jadi intinya gue tau lo tinggal sama cowok yang namanya Ali dan Kevin," Kata Verrell. "Wah. Wah. Kayak cewek murahan ya lo."
"Diem lo! Lo nggak tau apa-apa tentang hidup gue!" Seru Prilly.
"Terserah," Verrell memasukkan sebelah tangannya ke kantong. "Pokoknya kalo sampe lo kabur dari rumah ini, gue nggak segan-segan bakal ngebunuh Ali. Dan mungkin juga Nayla."
Begitu Verrell menyebutkan ancamannya, hati Prilly langsung mencelos.
"Lo..! Jangan berani-berani!" Serunya, kemudian menghela nafas. "Oke! Gue nggak akan pergi dari sini, tapi lo harus janji nggak bakalan ngapa-ngapain mereka berdua!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love
RandomPrilly Latuconsina. Seorang gadis berwajah barbie. Begitu kata orang-orang yang sering melihatnya. Aliando Syarief. Pria dingin dan misterius tetapi tetap saja, berwajah tampan. Hanya memiliki seorang teman. Mereka dipertemukan dalam kondisi dan kea...