"Aaaaa.. Buka mulutnya.. Aaa..."
"Gue bukan anak kecil, tau."
"Ayo buka mulutnya, pesawatnya mau masuk.. Ngeenggg.."
Ali menghela nafas. "Prill, gue bisa makan sendiri. Dan lagi, gue bukan anak kecil yang harus di gituin waktu makan."
Prilly menurunkan sendok yang di pegangnya. "Yaudah. Makan sendiri sono, kalo udah minum yang banyak." Ia meletakkan tangannya ke dahi Ali. "Biar panasnya turun."
Jantung Ali berdetak dua kali lebih cepat. Ia hanya berharap semoga Prilly tidak mendengarnya.
"Wajah lo merah," Kata Prilly sambil memperhatikan cowok itu.
Detak jantungnya bertambah menjadi tiga kali lebih cepat. Sepertinya sebentar lagi jantungnya akan meloncat keluar.
"Maklum sih, lo kan lagi sakit." Kata Prilly seraya beranjak berdiri. "Gue ke kamar lo dulu ya." Katanya.
Ali mengangguk dan bergumam tidak jelas. Ia menghela nafas lega.
"Apa-apaan sih gue," Gumamnya sambil menyendok bubur tersebut dan memakannya.
Di dalam kamar, Prilly mengeluarkan seragam cleaning service yang baru di dapatnya kemarin siang.
Prilly memperhatikan baju itu dan menghela nafas.
"Gue nggak boleh nyerah. Gue harus kuat."
Ia menolehkan kepalanya ke arah jendela dan tersenyum samar.
Aku selalu inget kata-kata mama waktu aku masih kecil."
"Mama, temen-temen Illy di sekolah udah pada bisa baca semua. Illy diejek gara-gara belum bisa." Prilly kecil mendatangi mamanya yang sedang membaca majalah. Jennifer meletakkan majalah dan mengangkat Prilly ke pangkuannya.
"Sayang, semua itu butuh proses. Tapi Illy harus kuat, nggak boleh putus asa." Kata Jennifer.
"Tapi Illy kesel di ejekin terus!" Seru Prilly tidak terima.
"Illy harus sabar ya," Jennifer mengusap puncak kepala Prilly dan menciumnya.
Sekelebat ingatan masa lalu itu membuat setetes air mata jatuh menuruni pipinya. Tapi Prilly cepat-cepat menghapus air mata itu.
"Semangat, Prill! Hidup lo masih panjang." Katanya sambil menatap ke cermin di kamar Ali itu.
Prilly segera masuk ke dalam kamar mandi dan mengganti bajunya dengan seragam cleaning service itu.
Saat ia keluar dari kamar Ali, Prilly memperhatikan punggung cowok itu dari belakang. Ali masih duduk di sana sambil melahap buburnya.
Jadi.. Dia malaikat, ya? Batin Prilly.
Merasa di perhatikan, Ali menolehkan kepalanya ke arah Prilly. Otomatis, cewek itu langsung membuang pandangannya ke arah lain. Jantungnya berdegup kencang.
"Ngapain lo liatin gue?" Tanya Ali.
"S-siapa y-yang.. Ngeliatin lo?!" Prilly menatap Ali dengan muka yang bersemburat merah.
"Lo, kan. "
"N-ggak!" Seru Prilly.
"Iya."
"Nggak!"
"Iya."
"Gue bilang enggak ya enggak!"
Ali memutar bola matanya. "Terserah," Ia memperhatikan Prilly beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love
RandomPrilly Latuconsina. Seorang gadis berwajah barbie. Begitu kata orang-orang yang sering melihatnya. Aliando Syarief. Pria dingin dan misterius tetapi tetap saja, berwajah tampan. Hanya memiliki seorang teman. Mereka dipertemukan dalam kondisi dan kea...