Selamat membaca!
***
Prilly bergegas menuju ke tempat Ali. Ia benar-benar sudah tidak sabar menceritakan rencanannya.Prilly mengintip dari luar ruangan. Ia melihat Ali sedang duduk di sana dengan wajah yang berkerut-kerut, tanda ia sedang memikirkan sesuatu.
"Ali!" Seru Prilly sambil tersenyum lebar dan langsung duduk di sebelah cowok itu.
Ali diam saja. Ia tidak menanggapi apapun. Prilly mengerutkan dahinya.
"Li? Lo kenapa?" Tanya Prilly.
Ali masih diam.
"Aliii? Ih, kok diem aja sih?"
Lagi-lagi, cowok itu masih diam. Prilly gemas melihat Ali dan meraih kedua pipi cowok itu hingga menatap dirinya.
"Lo kenapa sih? Banyak pikiran? Capek? Ato gimana? Cerita dong sama gue. Gue kan pacar lo." Kata Prilly.
Ali melepaskan tangan Prilly dari pipinya dan tersenyum simpul. "Gue gapapa." Ia menepuk puncak kepala Prilly sekilas.
"Yakin?"
Cowok itu mengangguk. "Lo kenapa? Kok keliatan semangat banget hari ini?"
Prilly tersenyum lebar. "Gue udah nemuin cara supaya gue bisa dapetin rumah ini lagi." Katanya.
Ali mengerutkan dahi. "Oh ya? Emang gimana?"
Prilly mengangguk. "Jadi," Ia merendahkan suaranya dan memastikan di tempat itu tidak ada orang lain selain dirinya dan Ali. "Gue tadi liat ada kamera CCTV di ruang tamu."
Ali diam, menunggu lanjutan dari Prilly.
"Dan gue baru nyadar juga waktu gue diusir dari rumah, gue ada di ruang tamu. Jadi otomatis, pasti kejadian itu direkam, kan?"
Ali mengangguk singkat. Sepertinya ia tahu jalan pikiran cewek di sampingnya itu.
"Nah, gue pengen kita masuk ke ruang CCTV dan ngambil rekaman itu, terus kita kasih ke polisi. Gimana?"
"Hmm.. Ide lo sebenernya bagus, tapi lo inget tanggal berapa lo diusir dari rumah?" Tanya Ali.
Prilly terdiam. Ia berusaha mengingat-ingat.
Sedetik kemudian, wajahnya berubah cerah. "Gue inget!" Katanya. "Gue diusir dari rumah tepat sehari setelah papa meninggal. Gue diusir di hari papa dikubur!" Katanya dengan bersemangat.
"Kalo gitu, gue bisa ngelakuin itu buat lo."
Prilly menggeleng. "Kita lakuin sama-sama, oke?"
Ali menatap cewek di depannya itu. Ia mengangguk dan tersenyum samar.
"Kira-kira, gimana caranya gue bisa kabur dari dalem gudang, ya?" Gumam Prilly.
"Di dalem gudang lo harusnya ada alat untuk ngangkut barang-barang ke bawah. Semacam lift berbentuk persegi gitu. Coba lo cek nanti." Kata Ali.
"Hmm.. Mungkin aja." Prilly mengangguk-angguk. "Nanti gue cek."
"Oke." Sahut Ali.
Sementara itu, Nayla bingung memikirkan Ali dan Prilly yang sama-sama menghilang entah kemana. Sudah di cari kesana kemari tetap saja tidak di temukan.
"Aduh, Prill. Lo tuh apa-apaan sih. Belum juga gue ketemu lo, eh lo nya udah ilang lagi." Gumam Nayla sambil menatap foto yang berada di atas meja belajarnya. Fotonya bersama Prilly saat mereka berdua masih SMP.
Nayla menghela nafas. "Gue ini sahabat macem apa sih," Katanya.
Tiba-tiba, pintu kamarnya dibuka. Ranti masuk sambil membawa nampan berisi segelas susu vanilla kesukaan Nayla.
"Nay, ibu bawain susu buat kamu. Kamu udah belajar, kan?" Tanya Ranti seraya meletakkan nampan itu di sebelah Nayla.
Cewek itu mengangguk. "Udah, bu. Makasih, ya." Ia tersenyum.
Ranti mengangguk. Sebentar lagi murid-murid kelas dua belas akan menghadapi ujian sekolah. Dan seharusnya termasuk Prilly juga.
"Kalo capek, kamu istirahat dulu, ya. Jangan dipaksain." Ranti mencium puncak kepala Nayla. "Ibu keluar dulu."
Nayla tersenyum. "Iya, bu."
Sepeninggal Ranti, Nayla membuka tutup gelas itu dan meneguk isinya. Ia terdiam beberapa saat. Pikirannya kembali melayang kepada Kevin. Entah kenapa akhir-akhir ini cewek itu selalu memikirkan Kevin.
"Duh, Nay! Belajar! Jangan mikirin Kevin!" Katanya sambil kembali mengambil pensil dan belajar.
***
Kevin berdiri di atas balkon apartmentnya. Kemarin, baru saja Kaia mengunjunginya."Kevin."
Kaia turun dari atas dengan sepasang sayap berwarna putih bersih pada punggungnya.
"Kaia? Kau kesini?" Kevin mengerutkan dahinya.
Kaia mengangguk. "Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu. Ini tentang Ali."
"Ada apa?" Tanya pria itu.
"Pertama, kurasa.. Ali telah jatuh cinta pada gadis itu, bukan?" Kata Kaia.
Kevin menghela nafas panjang. "Memang. Dari awal aku juga sudah akan mengira kalau dia akan jatuh cinta pada gadis itu." Kata Kevin. "Maafkan aku yang tidak bisa mencegahnya."
Kaia menggeleng. "Tidak apa-apa. Malaikat tidak bisa mengubah perasaan seseorang, bukan?"
Kevin mengangguk lemah.
"Dan kurasa sebentar lagi kau juga akan terlibat kasus yang sama seperti Ali. Jatuh cinta pada manusia."
Kevin tahu siapa yang di maksudkan Kaia. Dia adalah Nayla.
Kevin menghela nafas. "Apa benar yang di katakan oleh Kaia?" Gumamnya.
***
Note:
Selamat malam!! Maaf ya gue telat nge-update. Gue bener-bener sibuk akhir-akhir in, dan baru sekarang bisa ngelanjutin. Maaf bangetttt._. Dan maaf kalo par ini bener-bener kurang memuaskan. Maaf kalo pendek:(Jangan lupa abis ngebaca tinggalin jejak, ya! Vote dan comments dari kalian semangat gue:3
Jangan lupa juga baca cerpen gue: Valentine Kelabu. Klik profile gue buat baca, ya!
Selamat membaca!
Immafangirlyea xx
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love
RandomPrilly Latuconsina. Seorang gadis berwajah barbie. Begitu kata orang-orang yang sering melihatnya. Aliando Syarief. Pria dingin dan misterius tetapi tetap saja, berwajah tampan. Hanya memiliki seorang teman. Mereka dipertemukan dalam kondisi dan kea...