Searching

14.8K 780 2
                                    

Selamat membaca!

***

Kira-kira sudah dua jam lamanya Kevin dan Ali mencari keberadaan Prilly. Tapi mereka tidak kunjung menemukan cewek itu.

Ali menghela nafas panjang. "Sudah dua jam kita mencari gadis itu dan kita belum menemukannya juga,"

Kevin menatap Ali. "Kita lanjutkan besok saja setelah kau pulang sekolah." Katanya.

Ali mengangguk.

Kau dimana? Tanyanya dalam hati.

Kevin dan Ali mengendarai sepedanya masing-masing dalam diam. Baik Kevin maupun Ali tidak ada yang berusaha membuka pembicaraan.

Saat mereka melewati sebuah komplek perumahan, Kevin memicingkan matanya. Ia merasa seperti pernah melihat cewek itu sebelumnya.

"Ada apa? Kau melihat Prilly?" Tanya Ali dengan sedikit harapan.

Kevin menggeleng. "Bukan. Bukan Prilly. Tapi aku seperti melihat..."

Ali terdia, menunggu lanjutan perkataan Kevin.

"Mila."

Mata Ali sukses membola. "Apa?"

Jangan-jangan, yang dimaksudkan Kevin itu Nayla? Batinnya.

"Iya," Kevin menoleh ke arah Ali. "Mungkin aku salah lihat. Lupakan saja."

"Baiklah, terserah kau saja."

"Omong-omong, aku tadi sempat membaca perasaanmu," Kevin menatap lurus kedepan. "Dan perasaanmu mengatakan kau sedang sangat khawatir dengan gadis itu."

Ali mengangguk singkat.

"Jadi itu benar?" Tanya Kevin.

"Memang kenyataannya seperti itu. Aku memang mengkhawatirkannya."

"Itu berarti kau peduli pada gadis itu,"

"Mungkin,"

Sepuluh menit kemudian, mereka sudah sampai di apartment mereka. Ali dan Kevin masuk kedalam lift dan menekan tombol dua belas.

Sementara menunggu lift itu sampai, Kevin memikirkan cewek yang di lihatnya tadi.

Tidak mungkin aku salah lihat. Meskipun jadi manusia, kemampuanku tidak hilang sepenuhnya, Batinnya.

"Kutebak sekarang pasti kau sedang memikirkan gadis yang kau lihat tadi."

Kevin menoleh kepada Ali. "Bagaimana kau tahu?"

"Kau lupa? Akukan bisa membaca pikiranmu,"

"Hei! Kau dilarang menggunakan kemampuanmu di bumi, kau tahu?" Kevin menggelengkan kepalanya. "Bisa-bisa aku yang akan ditegur oleh Kaia kalau begini caranya."

"Yang ditegur kan kau, bukan aku." Ali mengedikkan bahunya.

"Dasar,"

Ting!

Pintu lift membuka. Ali dan Kevin berjalan keluar dan berbelok masuk kedalam apartmentnya.

Sesampainya di dalam, Ali merebahkan tubuhnya di atas sofa dan memejamkan mata.

Aku harus mencarimu kemana lagi? Batin Ali.

"Kau mau kopi? Aku akan membuatnya."

Ali menggeleng. "Tidak." Ia beranjak dari sofa dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Sementara itu, di rumah Nayla, cewek itu sedang mengerutkan dahinya.

Gak mungkin barusan gue liat Tristan. Nggak mungkin banget. Batinnya.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang