Epilog

28.3K 981 67
                                    

Selamat membaca!

***
Sudah beberapa minggu sejak semuanya berubah. Sejak ingatan Prilly di hapus tanpa sepengetahuannya.

Semuanya berjalan seperti biasa. Cewek itu kini sudah pindah ke apartment di dekat rumah Nayla.

Uang hasil penjualan rumahnya ia tabung. Dan ia tidak mau menggunakan uang itu kalau tidak kepepet.

"Prilly!" Seru Nayla.

Prilly menoleh kebelakang. "Nay!" Ia melambaikan tangannya.

"Gue lulus!"

Prilly tersenyum lebar. "Oh ya? Selamat!!" Ia memeluk sahabatnya itu.

"Gue traktir di depot deket rumah gue yuk!" Ajak Nayla. "Lo belum makan siang kan?"

Prilly menggeleng. "Belum. Dan gue nggak akan nolak ajakan orang yang mau traktir gue. Yuk cabut!"

Sementara itu, di atas sana, jauh di sana, seorang malaikat tengah menatap ke sebuah kristal putih yang berkilauan.

"Aku senang, kalau kau bahagia seperti ini.." Gumamnya.

"Ali,"

Ali menoleh kebelakang. "Kaia, ada apa?"

"Sepertinya kau harus bertemu seorang malaikat.."

Kaia bergeser dari tempatnya berdiri, dan muncullah sosok seorang malaikat dengan sayap putih bersih di sana.

"Sal..sa?" Ali cukup kaget dengan apa yang dilihatnya.

"Ali.." Ucap Salsa sambil tersenyum pelan.

"Bagaimana bisa.. Kau masih hidup?"

"Selama ini memang aku masih hidup, tapi aku hidup di lain tempat. Kemudian, Kevin menemukanku, dan aku dibawanya kembali kesini.."

Ali bergumam. "Kukira selama ini kau sudah mati."

Salsa menggeleng. "Aku tidak akan mati. Aku malaikat, ingat?"

"Aku tahu," Ali tersenyum samar.

Kaia berdeham. "Kalau begitu, kutinggal kalian dulu, ya."

Ali dan Salsa mengangguk bersamaan.

***
"Bang, nasi gorengnya dua, ya." Kata Nayla. "Sama es jeruknya dua."

"Siap! Ditunggu ya, neng." Kata abang penjual tadi.

"Cieee yang udah lulus," Kata Prilly.

Nayla nyengir. "Tapi gue masih bingung mau masuk universitas mana,"

"Katanya lo mau masuk kedokteran di UI?"

"Nah iya, tapi.."

"Tapi apa?"

"Gue gak yakin keterima,"

Prilly berdecak. "Gak mungkin, lah! Gue yakin lo pasti keterima. Lo kan pinter, Nay!"

Abang penjual itu mengantarkan pesanan mereka berdua. "Permisi,"

"Oh iya, bang. Makasih, ya."

Sepeninggal penjual tadi, Nayla menanggapi perkataan Prilly.

"Tapi kalo mau masuk UI saingannya banyak banget, Prill. Ketat lagi,"

"Kalo belum usaha, mana lo bisa tau?"

"Iya juga, sih."

Prilly mengambil sendok garpu dan mulai melahap nasi gorengnya.

"Permisi,"

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang