Akhir akhir ini Seonghwa selalu merasa seseorang sedang mengawasinya meskipun dia berada di kamar, toilet, dan dimanapun dia sendiri seseorang seolah memantaunya.
Entah sejak kapan indranya semakin tajam, mungkin ini adalah berkah dari dia latihan selama berminggu-minggu.
Sudah lama sekali dia tidak melihat kedua orang tuanya, pekerjaan mafia sungguh merepotkan, mereka selalu dikejar oleh kepolisian khusus dan selalu melakukan pekerjaan secara diam diam.
Tapi sepertinya Seonghwa juga semakin penasaran dengan pekerjaan kedua orang tuanya, dan mengapa mereka mengambil profesi yang sudah pasti sangat bahaya untuk mereka.
"Tuan muda, apakah anda akan istirahat?" Tanya pelayan sembari membawa nampan berisi gelas air dingin.
"Tidak, aku akan latihan lagi." Jawab Seonghwa mengisi kembali pistolnya dengan peluru.
"Mohon jangan paksakan diri anda tuan." Ucap pelayannya terlihat khawatir.
Seonghwa tersenyum,
"Tenang saja." Ia kembali membidik pistolnya kearah sasaran.Seonghwa sudah berlatih banyak sekali dari tinju, memanah, berpedang, dan menembak. Dia dilatih menggunakan berbagai macam senjata, tapi hanya satu yang tidak bisa di kuasai. Dia sama sekali tidak bisa menembak.
Dor!
Seonghwa meringis, lagi lagi pelurunya tidak mengenai sasaran, dia pikir memanah dan menembak itu sama nyatanya tidak.
Ketika menarik busur panah hingga meregang secara maksimal, diperlukan tenaga dari tangan yang cukup besar. Secara tidak langsung, busur telah melatih kekuatan otot tangan ketika menarik busur tersebut.
Sedangkan pistol.
Jika dilihat sekilas, memegang pistol dan menembakkannya adalah dua hal yang sangat mudah dilakukan. Nyatanya, tidak demikian. Kamu harus mengetahui cara menggenggam dan membidik serta menembak dengan benar dan tepat sasaran. Selain itu, ketika menekan pelatuk, tangan bagian depan kamu akan terdorong ke belakang dan perlu keseimbangan yang baik untuk bisa menahannya.
Meskipun keduanya terlihat sama, tetapi Seonghwa tetap tidak bisa menguasai keduanya.
"Padahal sudah pas..." Lirihnya murung.
"Tenanglah tuan muda, anda sudah bekerja keras." Ucap pelayannya.
"Tidak! Aku tidak akan bisa menjadi mafia jika tidak bisa menembak." Keluh Seonghwa sembari duduk di tempat yang sudah disiapkan.
"Dengarkanlah tuan, seorang mafia tidak selalu menggunakan senjata mereka tetapi juga ini." Tutur pelayan sembari menunjuk ke dahinya sambil tersenyum.
"Otak? Apa yang bisa otak lakukan?"
"Otak dan mulut bahkan bisa mengalahkan senjata apapun loh tuan." Jelas pelayannya.
"Kukira mafia hanya menggunakan otot mereka." Komentar Seonghwa polos layaknya anak kecil.
Pelayan itu terkekeh, tuan mudanya ini meskipun umurnya sudah terbilang dewasa tapi kelakuannya seperti anak kecil.
"Lebih baik sekarang anda mandi, anda bau keringat." Ujar pelayan tersebut.
"Apakah sopan berkata seperti itu padaku?" Tanya Seonghwa.
Pelayan itu lagi lagi terkekeh,
"Maafkan aku tuan muda."Seonghwa pun berdiri setelah menghabiskan air minumnya dan beranjak pergi mandi.
Didalam kamar mandi dia terdiam, lagi. Dia merasakan sedang diawasi sekarang.
"Siapa disana?!" Serunya menoleh kesana kemari sembari membawa gantungan baju yang memang dekat dengan jangkauannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say My Name [SeongJoong]
Randomiya, ini ff bagi SeongJoong Shipper kalo gak suka gak papa. ok sipp Kim Hongjoong murid bad boy yang di takuti satu sekolah karena dia adalah anak mafia yang terkenal kejamnya, jatuh cinta pada ketua OSIS sekolah yaitu Park Seonghwa. "Say My Name." ...