Part 12

5 3 0
                                    

Sofie PoV.

Nama ku Sofie, sebelumnya aku tinggal di Rusia bersama Harry, pacar ku yang kini menghilang entah ke mana. Aku masuk ke dalam kelompok Viivi, 10K, Alan, dan juga Nial.

Kami berlima berjalan ke arah Timur dan lainnya ke arah berlawanan. Sebenarnya, Harry, Nial, Alan, dan juga aku merupakan satu kelompok di camp Red. Namun camp tersebut sudah hancur sebulan yang lalu. Semua anggota lainnya yang tinggal di sana semuanya menjadi zombie, hanya kami pada saat waktu kejadian berada di tempat lain. Kami bersyukur bisa selamat dari penyerangan camp Red, namun kami juga bersedih atas kehilangan orang-orang yang telah dianggap saudara. Apalagi Ketua camp, malang nasibnya.

"Hei Fie, kenapa kau melamun seperti itu? Awas jangan sampai tersandung." Ungkap 10K dengan terkekeh.

"Ha, aku khawatir dengan Harry. Bagaimana ya keadaan mereka sekarang? Aku merasa kalau mereka dalam bahaya."

"Jangan lesu seperti itu, aku yakin mereka baik-baik saja. Soalnya Louis tidak akan membiarkan temannya dalam bahaya."

Viivi benar, Harry tak mungkin dengan mudah tiada. Semoga saja kalian diberi perlindungan.

Tanpa sadar aku melirik Alan yang berada di samping kiri ku. Sekilas aku melihat dari ujung ekor mata, dia sedang melirik ke arah Viivi yang berada di kanan ku.

Apa aku menghalangi mereka?

Oh ya ampun! Aku tidak peka rupanya!

"Hei 10K, aku ingin berbicara sesuatu padamu." Aku berjalan mendahuli sepasang kekasih masa depan ini. Harusnya kau berterimakasih pada ku Alan, dengan cara memberikan makanan mu pada ku.

"Ada apa?"

Dengan bisik-bisik aku mengucapkan, "Aku rasa Alan menyukai Viivi."

"Apa? Benarkah? Woah kalau begitu dia harus memberikan sebagian makanannya untuk kita. Sebagai perayaan," sahutnya sambil berbisik juga. "Pemikiran kita sama."

"Kalian sedang membisik-kan apa? Jangan-jangan tentang ku ya?" Ah, Nial terlalu percaya diri.

"Tidak, bukan apa-apa kok. Lebih baik kita fokus pada pencarian Louis dan Harry. Dan yang di belakang lebih fokus lagi ya, jangan mencuri pandangan." Aku harap Viivi akan peka pada ucapan ku.

"Hm? Siapa?"

Ya ampun! Ternyata dia lebih tidak peka dari pada aku.

"Ah, sudalah."

Sofie PoV. end.

Kelompok Viivi berjalan semakin jauh dari tempat mereka berkumpul dengan kelompok Edwin sebelumnya. Namun tak ada tanda-tanda keberadaan dua orang yang mereka cari.

Langit malam yang dihiasi ribuan bintang mulai redup, rembulan yang tadinya bersinar terang kini mulai menghilang ditelan awan hitam. Nampaknya sebentar lagi hujan akan mengguyur apa pun di bawahnya.

Louis dan Harry sudah lepas dari pandangan singa itu, mereka berada di dalam gua kecil yang cukup gelap. Berharap tidak ada apa pun di dalam kegelapan itu, tidak ada yang mengintai dan memburu nyawa mereka.

Duduk di dinding batu yang menonjol dari goa, mengambil napas sebanyak-banyaknya untuk memenuhi paru-paru mereka. Helaan napas kasar yang dilakukan Louis, terdengar sangat jelas oleh Harry.

"Kau ... hah ... tidak apa-apa ... hah ... Harry?" tanya Louis.

Harry menggeleng pelan, menelungkupkan kedua tangannya, lantas mengusap keringat yang sendari tadi mengalir deras di wajah tegasnya. Melihat itu, Louis bisa tenang walau mereka berpisah dengan kelompok.

"Keningmu bagaimana? Sepertinya terbentur di setir mobil tadi," tanya Louis lagi.

"Tidak, ini hanya hal sepele, yang menjadi masalahnya adalah ... bagaimana kita menghubungi teman-teman kita? Mungkin, karena kita tiba-tiba menghilang dari kecelakaan yang disebabkan oleh singa mutan tadi, mereka pasti akan mencari kita. Dan kau tau 'kan, kalau di luar sana banyak sekali hewan sejenis singa tadi? Apalagi kekasihku, Sofie, hah ... aku tidak tau harus berbuat apa lagi sekarang." Harry mengacak-acak rambutnya frustasi, dia memikirkan banyak kemungkinan yang didapat jika mereka semua mencari Louis dan dirinya. Apalagi, hewan-hewan yang sudah terkontaminasi virus zombie berubah menjadi hewan parasit.

Asap dari bom nuklir yang mengakibatkan para virus 'Z 001' bermunculan. Apalagi bukan hanya manusia, bahkan hewan pun ikut terinfeksi virus itu. Namun, karena ada beberapa sel darah yang membedakan manusia dan hewan, mengakibatkan wujud mereka berbeda ketika terkena radioaktif dari nuklir.

Zombie memiliki kekurangan, yaitu lari mereka sangatlah lambat. Namun kekuatan mereka jauh lebih besar dari pada hewan mutan. Apalagi zombie besar yang menyerang Edwin dan Liam waktu itu, untungnya Louis berhasil mengalahkannya.

Sedangkan hewan mutasi, mereka bermacam-macam bentuknya. Ada seekor anjing yang seperti parasit, misalnya tubuh mereka bisa terbelah beberapa bagian yang memiliki taring tajam seperti gigi hiu.

"Kau tak perlu khawatir, pasti mereka semua baik-baik saja. Karena ada ... Viivi, yang dulunya dijuluki Leader Dark oleh anak-anak di sekolahnya."

" ... Viivi ... masih anak di bawah umur?" Tanya Harry sambil menoleh ke arah Louis yang mendudukkan bokongnya di tanah. Melihat yang dilakukan Louis, dia juga melakukan hal yang sama.

"Tidak juga, umurnya masih 20 tahun, 11 tahun lebih muda daripada aku."

"Jika Viivi berumur 20, dan selisihnya 11 tahun, maka ... kau berumur ... 31?" tebaknya walau itu sudah jelas.

"Begitulah, kenapa? Kau ingin bilang kalau aku sudah tua?"

"Ti-tidak, malah umur 31 itu masih muda."

"Kau sendiri?"

"Hmm ... kira-kira 25?"

"Jangan bercanda! Melihat dari rupamu sepertinya kau berumur 30 tahunan. Benar?"

"Yah, seperti yang ku bilang tadi. Umurku masih 25 tahun." Harry terkekeh.

"Senang sekali mengerjai ku, sudahlah. Lebih baik kita mencari senjata," Louis mengakhiri percakapan mereka. Dia segera berdiri dari duduknya dan keluar dari goa itu. Harry mengangguk mengerti dan mengikutinya dari belakang.

Sebelum keluar, Louis sempat mengecek keadaan.

Berpindah tempat di mana kelompok Edwin berada. Mereka masih menelusuri hutan yang tidak diketahui namanya. Semak-semak yang mengelilingi mereka membuat pandangan menjadi terhalang. Untuk memudahkan perjalanan, Edwin memotong setiap semak-semak atau dahan yang menghalangi jalan. Cukup sulit, tapi harus dilakukan.

"Ayo kita istirahat terlebih dahulu, kakiku sangat pegal," keluh J dengan ngos-ngosan.

Dia yang posisinya berada di paling belakang, membuat semua anggota menoleh ke belakang. Terutama Edwin yang berada di paling depan.

"Oh, ayolah. Jangan menatap aneh padaku, kalian tau kan dengan tubuh ini aku tak bisa berjalan lebih lama lagi?"

" ... bagaimana menurut kalian?" tanya Edwin.

"Aku setuju, lagi pula pandanganku agak kabur jika berada di tempat gelap seperti ini." Sahut Woti yang mengucek sebelah matanya.

"Hm, baiklah. Kita cari goa atau apalah yang bisa dibuat berteduh. Aku rasa sebentar lagi akan turun hujan," putusnya.

J yang mendengar itu nampak senang, akhirnya ... selama dua jam lebih dia berjalan, sekarang bisa istirahat juga.

Sebetulnya sejak tadi rintik-rintik hujan telah turun. Namun tidak terasa di badan mereka yang sudah berkeringat, Edwin yang oertama menyadarinya.

Mereka semua berjalan, mencari tempat berteduh untuk mengistirahatkan badan yang sudah remuk itu.

'Z' Hunter [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang