Part 04

9 4 0
                                    

Latar berpindah di mana Liam dan Edwin terjebak dengan sekumpulan zombie di dapan sana. Dalam keadaan ini, Edwin selaku penanggung jawab Liam harus membawanya ke bandara Zumbi dos Palmares Internasinal Airport lantas dibawa ke laboratorium di Indonesia. Cukup jauh dan memang memakan banyak waktu dan tenaga, namun sesuai perkataan Dokter Elsy untuk terakhir kalinya, darah Liam harus segera dibuat anti virus. 

"Sudah mualnya?"

"Diam."

"Kalau sudah, kita segera pergi dari sini ... aku takut jika mereka akan menyadari keberadaan kita di sini ... atau hal yang lebih buruk dari ini akan terjadi," ajak Edwin.

"Hmm, aku pun tak mau lama-lama melihat para zombie jelek itu." Liam segera bergegas membereskan barang-barang yang ia bawa. Seperdetik kemudian Edwin menghentikan aktivitasnya itu. "Kau ... mendengar sesuatu?" Tanya Edwin sambil mempertajam pendengarannya.

"Maksudnya?"

"Seperti ada sesuatu yang besar mendekat ke arah sini."

Liam yang tak mengerti maksudnya tak memperdulikan, dia tetap melanjutkan mengemas barang-barang yang sempat terjatuh di bawah dashboard mobil. Dia memungut dan memasuk-kannya ke dalam tas.

Edwin terlihat sedang memantau sekitar, tanpa disadari keduanya, seekor zombie berukuran cukup besar mendekat dari arah belakang. Dia berlari dengan cepat lalu melompat ke atap mobil yang membuat keduanya merasakan guncangan.

Tanpa peringatan apa pun, zombie itu langsung menarik Edwin yang tengah mempersiapkan senjatanya. Dengan cepat juga Liam menarik kaki Edwin agar bisa lolos dari zombie di atas mereka. Sedangkan Edwin meronta-ronta dan sesekali menembak-kan pelurunya, namun tak mempan dan malah memantul ke mana-mana. Bukannya lolos, malah mengundang lebih banyak lagi zombie untuk datang mendekat. Alih-alih bertahan, Liam yang ketakutan sekaligus merasa mual tak sengaja melepaskan kaki Edwin. Sehingga ia berhasil ditarik oleh zombie besar tersebut.

"Bagaimana ini? Bagaimana ini? Arghh! Sial!"

Liam yang masih berada di dalam mobil memanggil-manggil Edwin berharap dirinya menghabisi para zombie yang sudah mengepung mobil mereka. Namun nihil, tak ada yang terjadi dengan para zombie. Mereka semakin ingin memangsa Liam yang sudah pasrah.

Sambil meruntuki dirinya, lama-kelamaan tubuhnya merosot ke bawah dashboard mobil.

Sedangkan di atas dirinya, Edwin yang masih berusaha melepaskan diri dari genggaman zombie besar tersebut, terlihat kesusahan. Peluru sudah ia tembak-kan namun terpental kemana-mana. Saat peluru terakhir ditembak-kan, peluru tersebut bukannya mengenai zombie yang di hadapannya, namun mengenai salah satu kepala zombie yang mengerumuni Liam.

Edwin terus berusaha melawannya dengan menggunakan pisau yang tergantung di pinggangnya. Seperti tembakan peluru, zombie tersebut tak bisa di lukai oleh apa pun. Kecuali di bom.

"Sial! Siapa yang memakaikannya besi seperti ini?! Ugh! Kalau begini terus, aku bisa saja mati! Dan lagi, pecandu rokok itu ketakutan di dalam mobil!"

"Jika senjata tak berhasil, maka kekuatan pasti berhasil!"

Edwin mencoba mendorong zombie berbaju zirah itu berharap ia akan jatuh. Tetapi perbedaan kekuatan mereka sangat lah jauh! Walaupun Edwin telah mendorongnya sekuat tenaga, bagaikan mendorong tembok beton, itu sia-sia.

"Apakah ini akhir hidup ku? Menjadi mangsa zombie keparat ini?" batin Edwin dengan lirih. Dia memasang raut wajah yang amat sedih, bagaimana tidak? Meninggalkan dunia dengan cara dimakan zombie? Oh, itu buruk! Sangat lah buruk dan menjijik-kan!

Saat zombie itu akan mencekik dirinya, Edwin berusaha menghalau serangan itu dengan berbalik mencekik. Walau sudah pasti tak-akan berpengaruh, setidaknya didetik-detik terakhirnya, dia harus berusaha.

'Z' Hunter [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang