Part 15 [End]

8 3 0
                                    

Malam itu, adalah malam yang menyebalkan bagi beberapa orang di dalam hutan ini. Hujan yang berkepanjangan hingga matahari mulai muncul dari ufuk timur, tak kunjung mereda. Untung saja sekitar jam delapan pagi, sisa-sisa awan hitam sedikit demi sedikit menghilang, tandanya air yang turun dari langit akan segera menghentikan serbuan tetesan airnya.

Di sinilah kita berada, di mana keberadaan Louis juga Harry yang belum diketahui oleh dua kelompok yang masing-masing dipimpin oleh Edwin juga Viivi. Keadaan mereka berdua masih tertidur agak berjauhan, entahlah kenapa seperti itu. Nampaknya dari arah depan goa, lebih tepatnya rimbunan semak-semak, seperti ada sesuatu yang akan keluar.  Semakin lama goncangan yang dibuat sesuatu itu semakin keras, sampai membuat bunyi yang mengganggu tidur keduanya.

Beberapa menit kemudian, semak-semak itu berhenti bergoncang, dan saat itu juga Harry terbangun sambil mengucek sebelah matanya. Duduk dengan menyilangkan kaki, muka kusut, juga bekas batu bagian atas yang dia gunakan sebagai bantal di pipi bagian kiri.

"Ah, hujannya sudah reda," ungkapnya dengan suara parau khas bangun tidur. Dia menoleh ke arah belakang, di mana Louis tertidur membelakangi dirinya.

Author said :  kenapa gue nulis bagian Louis ama Harry kek mereka g*y aja, ya? Tapi mereka gak gitu kok'-'

Harry membangunkannya dengan menggoyangkan tubuh pria itu hingga suara erangan terdengar. Louis langsung bangun dari tidurnya dan mengerjap beberapa kali untuk menjernihkan penglihatannya. Setelah itu, tanpa berucap mereka langsung berdiri dan segera pergi dari sana. Tak lupa juga dengan membawa senjata yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Berjalan lurus, berniat memutari jalanan yang telah dilalui kemarin bersama hewan mutan. Kemungkinan jika hewan itu masih menunggu kedua orang itu.

Dan, pada saat itu juga, kelompok Edwin tengah sarapan dengan roti juga snack yang dibawa J. Tanah yang agak becek ditimpal oleh daun yang kemarin mereka gunakan. Duduk memutar dengan makanan di tengah. Mereka menyantapnya dengan lahap, dengan diselangi beberapa pembicaran. Edwin yang memikirkan bagaimana caranya agar darah Liam bisa sampai di Indonesia, kalut dalam pikirannya. Sudah beberapa kali teman-temannya memanggil dirinya, namun tak ada respon. Hingga J melemparinya dengan bungkus roti yang isinya telah habis dimakan. Setelah itu Edwin tersadar.

"Ada apa?"

"Bagaimana kalau kita bergerak sekarang? Aku yakin Louis dan Harry juga mulai bergerak saat ini," ujar J dengan serius.

"Hm ... baiklah, kita akan pergi ke sebelah sana, mungkin kita akan berjumpa dengan mereka nanti."

Mereka semua menengok ke arah yang Edwin tunjuk, jika mereka mengikuti perkataan Edwin, maka mereka akan cepat bertemu dengan Louis dan Harry. Namun, "Kenapa tidak mengikuti jalanan ini  saja? Kenapa harus menikung ke arah sana, kau tau 'kan, bagaimana tubuhku ini?" J menampik perkataan Edwin mentah-mentah.

"Tapi mungkin saja mereka ada di sana, sepertinya di sana aku melihat goa, walau samar-samar tapi sepertinya benar." Bela Hevan yang tengah berdiri sambil menyipitkan matanya untuk memperjelas penglihatan yang ada jauh di depan sana.

"Iya, ikuti saja kata Pak Tentara ini, kalau nanti bertemu dengan hewan mutan atau zombie, biar dia yang melawan, hahahaha!"

"Woi Liam! Pernyataan mu sangat ... benar sekali, hehehe."

"Benarkan Woti? Dia kan aparat negara."

"Diam-diam! Sekarang bukan waktunya bercanda, jadi mau mu apa, J? Kita berjalan mengikuti jalan ini?"

J mengangguk.

"Tapi menurut perkiraan ku, mereka tidak akan berlari sejauh itu, coba kau pikir menggunakan logika. Kau baru saja mengalami kecelakaan, sedangkan di belakang kau sedang dikejar oleh sesuatu, maka kau refleks akan berlari bukan?"

J kembali mengangguk, bukan hanya J, tapi mereka juga.

"Dalam keadaan tubuh yang tidak stabil, apakah mungkin kau akan berlari sejauh tiga ratus km?"

J dan lainnya menggeleng.

"Itulah yang ku maksud, tidak mungkin mereka akan berlari sejauh itu. Jika kita beruntung, maka mereka akan segera ditemukan, kalau sebaliknya, mungkin kita akan bertemu dengan zombie atau hewan mutan. Tapi di hutan tidak ada tempat yang aman 'kan?"

" ... aku setuju, kita pergi ke arah yang ditunjuknya tadi."

"Aku juga."

"Aku pun."

Lalu mereka menoleh ke arah J yang tampak mempertimbangkan perkataan Edwin.

Beberapa detik kemudian, dia mengangguk tanda setuju.

Semuanya tersenyum, begitu juga dengan J, mereka segera membereskan barang bawaan yang dibawa.

Sementara itu kelompok Viivi yang nyawanya terancam, berdiri di sudut gubuk tersebut. Dengan di kelilingi para kera mutan, berjumlah empat ekor. 10K dan Sofie yang ingin menembak mereka, diurungkan karena para kera tersebut mengambil dan membuangnya keluar gubuk. Bagi kelompok itu, sudah tidak ada jalan lain selain menyerang mereka dengan jarak dekat. Untungnya mereka dibekali senjata tajam milik Viivi yang diambilnya dari supermarket saat itu.

Mereka semua bertarung dengan para kera mutan dengan nyawa sebagai taruhannya. Satu ekor telah tiada karena pisau yang digunakan Alan menancap tepat di mata kiri kera itu. Tinggal tiga ekor lagi, nampak Viivi juga 10K bekerja sama dengan target kepala si kera. Karena ekornya yang selalu menghalau serangan mereka berdua, 10K memotong ekor itu dan membuat sang kera menyerangnya dengan brutal. Kesempatan itu tak diabaikan oleh Viivi yang siap menusuk ubun-ubun kera tersebut. Dan berhasil! Tubuh tak utuh itu menindihi tubuh 10K yang bersimbah darah kera tersebut.

Kini tiga kera telah musnah, Nial yang menghabisi satu kera lainnya. Tinggal kera yang ditangani oleh Sofie, sialnya tubuh kera itu dua kali lipat lebih besar dari kera-kera lainnya.

Namun tubuh besar bukan berarti lincah, 'kan? Kelincahan yang dimiliki oleh Sofie dimanfaatkannya untuk menargetkan mata kera itu. Dan, yah, dia berhasil. Empat kera telah dihabisi oleh kelompok Viivi. Karena dirasa tak aman berlama-lama di sana, mereka segera pergi ke arah di mana kelompok Edwin pergi tadi.

Belum setengah perjalanan, mereka dikejutkan dengan isi pistol suar di langit. Hanya satu ... yang terlihat, tandanya salah satu kelompok Edwin dalam masalah. Berlari sekencang-kencangnya ke arah di mana pistol suar itu diluncurkan.

Begitu juga dengan Louis dan Harry, mereka menghampiri asal pistol suar itu.

'Z' Hunter [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang