Dua

75 10 20
                                    

Note yoroboon:
Wae = kenapa
Mianeyo = maaf
Jebal = please (tolonglah)
Nee = iya
Majayo = benar
Hyung = Kakak laki-laki
Harabeoji = Kakek
Ani = enggak/tidak
Saranghae = cinta (ungkap cinta)
Andwe = tidak
____________________________________

Memang tidak bisa menghindar dari Jungwoo. --- Lee Hana.
***

Hanya suara dentingan sendok serta garpu yang beradu dengan piring terdengar di ruang makan tempat Jungwoo saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya suara dentingan sendok serta garpu yang beradu dengan piring terdengar di ruang makan tempat Jungwoo saat ini. Kedua lelaki yang ada di hadapannya tampak tenang menikmati makan malam mereka. Sedari tadi Jungwoo terus berpikir bagaimana cara meminta izin kepada Kakeknya tentang keinginannya mengikuti kelas taekwondo. Makanan yang ada di piring terlihat masih utuh karena sedari tadi Jungwoo hanya mengaduk-aduk nasi serta lauk pauknya.

Setelah beberapa saat mengumpulkan keberanian, akhirnya Jungwoo siap mengatakan keinginannya ini. Lelaki tampan itu menaruh sendok dan garpu yang ada di tangan ke samping kiri dan kanan piring yang masih penuh dengan makanan. Suara dentingan sendok tersebut menarik perhatian dua lelaki yang ada di hadapan Jungwoo, terbukti kedua lelaki itu menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Wae? Kenapa makanan mu tidak dimakan?" Pertanyaan itu terlontar dari pria tua yang Jungwoo sebut Kakek.

"Harabeoji?" panggil Jungwoo pelan.

"Em... Wae? Ada yang ingin kamu katakan?" sahut pria tua itu santai sembari menyuap makanan ke dalam mulutnya.

Jungwoo mengangguk. "Nee... Harabeoji, apa aku boleh mengikuti kelas ekstrakurikuler di sekolahku?"

"Kelas apa? Musik?"

Jungwoo menggeleng pelan. Lelaki itu menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Kakeknya tersebut. Sedangkan satu orang lelaki selain dirinya dan Kakek, yang tidak lain adalah Kakak kandung Jungwoo hanya menyimak perbincangan mereka sembari menyantap makanannya dengan tenang. "Ani... Tapi kelas taekwondo."

Hening.

Bahkan suara kunyahan pun tidak terdengar. Kedua lelaki di hadapan Jungwoo seakan membeku seperti patung. Hal itu membuat Jungwoo harap-harap cemas.

"Apa kamu yakin?" Suara berat pria tua dengan rambut terlihat sudah memutih itu kepada Jungwoo, setelah terjadi keheningan beberapa saat di antara mereka.

Jungwoo mengangguk mantap. "Nee... Aku sangat yakin." Jungwoo tampak bersemangat menjawab pertanyaan itu.

Pria tua itu menghela napas sesaat. Tangan yang sudah terlihat keriput itu melepas kacamata minus yang membingkai kedua matanya. "Tapi, kondisimu..."

"Aku sudah pulih. Harabeoji tidak perlu khawatir dengan kondisiku." Manik mata Jungwoo menatap teduh pada Kakeknya tersebut, seolah tatapan itu memberi keyakinan yang sempat di khawatirkan sang Kakek. "Kejadian itu sudah berlalu beberapa tahun lalu. Aku yakin, kondisiku sudah kembali pulih. Jebal, kali ini percaya padaku." Jungwoo mengetup kedua tangannya di depan dada, berusaha untuk memohon.

JUST KIM JUNGWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang