Sembilan Belas

29 4 5
                                    

Note Yoroboon:

Sajangnim = Boss atau CEO
Gwenchana = Baik-baik saja
saseang = fans fanatik
Nee = Ya atau baik
Andwae = Jangan
Wae = Kenapa
Anyoungaseyo = Halo (kata sapaan)
============================================

Kini aku percaya jika cinta sendirian itu menyakitkan - Kim Doyoung.

***

Doyoung semakin memfokuskan diri dengan berkas yang tengah dibacanya saat ini ketika bodyguard cantiknya menatap lurus ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Doyoung semakin memfokuskan diri dengan berkas yang tengah dibacanya saat ini ketika bodyguard cantiknya menatap lurus ke arahnya. Weekend kali ini Doyoung sengaja menyibukkan diri dengan berkas-berkas pekerjaan kantor dan mengurung diri di ruang kerja. Tentu saja hal itu Doyoung lakukan agar terhindar dari Kara, karena jujur setiap kali mengingat kedekatan Kara dengan Yuta beberapa hari yang lalu, hatinya selalu sukses meradang karena menahan rasa cemburu yang membendung tinggi.

Awalnya Doyoung berniat untuk meliburkan Kara hari ini, namun gadis itu sudah terlebih dahulu datang ke rumahnya dengan senyum mengembang, layaknya tidak terjadi apa-apa. Sebetulnya memang tidak terjadi apa-apa, hanya saja Doyoung yang memang merasa tidak bisa mengontrol diri jika mengingat kedekatan Kara dan Yuta. Buktinya seperti saat ini, tanpa Doyoung sadari jemarinya meremas kuat berkas yang ada di tangannya hingga membentuk gumpalan.

Hal itu tentu saja membuat kening gadis cantik yang ada di hadapannya berkerut bingung. "Sajangnim, gwenchana?"

Doyoung tersadar dan kembali fokus membaca kertas berkas yang sempat diremas olehnya. "Hmm, gwenchana," jawabnya singkat terkesan dingin.

Kara alias Hana perlahan mengangguk paham. Sedari tadi Hana sudah merasakan perubahan sikap Doyoung kepadanya. Hana merasa Doyoung tidak menyukai kehadirannya di ruang kerja lelaki itu, semua itu diperjelas dengan Doyoung yang selalu menghindari bersitatap dengannya.

Hana buru-buru membuang prasangka-prasangka buruk yang hinggap di benaknya. Mungkin saja Doyoung seperti itu memang tengah fokus dengan pekerjaan lelaki itu. Ya, itu wajar karena Doyoung seorang petinggi dari sebuah perusahaan entertainment terkenal. Karena tidak ingin menganggu Doyoung, alhasil Hana melangkahkan kaki menuju pintu keluar. Mungkin saja hari ini Doyoung tidak ingin diganggu oleh siapapun. Pikir Hana mencoba positif thinking.

Pintu ruang kerja Doyoung perlahan terbuka menampilkan wanita paruh baya yang membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air mineral. Wanita itu tampak ragu-ragu masuk ke dalam ruangan, membuat Hana mengurungkan niat untuk keluar dari ruang kerja tersebut.

Dari tatapannya, wanita paruh baya itu seakan meminta Hana untuk mendekat. Hana patuh dan melangkah mendekat. "Nona Kara bisa bantu saya?" tanya wanita itu dengan suara kecil, nyaris berbisik.

"Bantu ap---," ucapan Hana terpotong karena wanita paruh baya itu menyuruh Hana untuk mengecilkan suara, melalui gerakan jari telunjuk yang diletakkan pada bibir.

JUST KIM JUNGWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang