16. Moving

45 7 0
                                    

16 Februari 20xx

***

Pukul 9 pagi.

Matahari sudah menampakkan dirinya terang-terangan. Belum begitu panas sebenarnya, tetapi bagi Mark yang sudah berlari mengelilingi taman sejak pukul 7, rasanya ia ingin cepat-cepat pulang dan minum air es.

Kaosnya basah, terutama di bagian punggung. Keringat bercucuran dari dahinya, turun lewat pelipis hingga menetes dari dagu. Begitu melihat sebuah kursi kosong di tengah-tengah taman tersebut, Mark langsung duduk dengan napas terengah-engah. Untuk pertama kalinya ia berlari lagi setelah sekian lama tidak melakukannya. Terakhir kali dirinya berlari waktu ia dan Dara terlambat pergi ke sekolah-tapi, yah, itu kan bukan olahraga.

Setelah akhirnya berhasil mengatur napasnya yang memburu, Mark bangkit berdiri dan berjalan santai menuju ke apartemennya. Neneknya masih ada di sana dan ia yakin sudah menyiapkan sarapan yang enak. Sayang sekali nanti sore neneknya harus pulang karena harus membuka toko keesokan harinya.

Letak taman itu tidak terlalu jauh dari gedung apartemen Mark. Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh menit ia sudah sampai di lobi. Saat ia sampai di depan lift, matanya memandang seseorang yang cukup tidak asing.

"Oh? Hai," sapa Mark dengan agak kikuk. "Seo Changbin, kan?"

Changbin mengangguk sambil tersenyum kecil. Ia memakai kemeja dan celana jeans hitam, memberikan kesan rapi dan agak formal. Berbanding terbalik dengan Mark yang agak urakan karena memakai setelan olahraga serta rambut lepek karena berkeringat.

"Mau ketemu Lena?" tebak Mark.

Changbin mengangguk sekali lagi. "Iya," jawabnya. "Hari ini, uhm, dia pindahan. Aku mau bantu-bantu sedikit."

Kini Mark tertegun. "Pindah?" ulangnya. "Pindah rumah?"

Belum sempat Changbin menjawab, pintu lift di depan mereka terbuka. Seorang pria berpakaian rapi keluar dari sana dan langsung berjalan melintasi lobi tanpa memperhatikan mereka berdua sama sekali. Mark dan Changbin langsung masuk ke dalam lift kosong tersebut. Mark menekan tombol lift, lalu lift itu langsung naik begitu pintunya tertutup.

"Beneran pindah?" Mark bertanya sekali lagi.

"Iya," jawab Changbin. Kini ia merasa sedikit bingung. "Kukira dia udah ngasih tahu kamu."

"Ah, uh," kali ini Mark yang bingung. Pasalnya, sejak kemarin ia kembali ke apartemennya sesudah sidang putusan, ia sama sekali tidak melihat gadis itu lagi. "Aku nggak ketemu dia sama sekali."

Changbin hanya mengangguk-angguk.

"Omong-omong, pindah ke mana?"

"Daegu."

"Ah, begitu."

Canggung.

"Kamu baik-baik aja, kan?" tiba-tiba Changbin bertanya.

"E-eh?" Mark jadi makin kikuk. "Baik, hehe. Baik-baik aja kok."

Canggung lagi.

Lift terus berjalan ke atas. Mark berdiri diam sambil memandangi angka yang terus naik, sedangkan Changbin kini sedang menatap ponselnya. Begitu lift berhenti melaju dan pintunya terbuka, mereka berdua sama-sama berjalan keluar lalu menyusuri koridor yang sepi itu.

ESCAPE [Mark Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang