11. Revealed

34 9 0
                                    

"Ini rumahnya."

Mark dan Lena berdiri di depan sebuah rumah sederhana yang tidak terlalu besar. Kelihatannya rapi dan cukup terawat, meski tak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali di sana.

Mark menghela napas dalam-dalam, sampai Lena menoleh dan menatapnya bingung.

"Kenapa?" tanya gadis itu.

Tanpa diduga, Mark justru tersenyum kecil. "Nggak apa-apa," jawabnya. "Berdiri di depan sini rasanya kayak nggak nyata."

Lena diam saja, lalu memandang ke sekelilingnya. Lingkungan itu tidak begitu ramai, lagipula jauh dari pusat kota. Ada sederet rumah di hadapannya, dan rumah yang di depannya saat ini berdiri di paling ujung sehingga tak ada rumah lain di samping kirinya. Kalau diperhatikan, rumah di kanannya pun tak berpenghuni. Meski cuaca masih terang, hawa kesepian dan dingin seakan merebak begitu saja.

"Ayo, masuk," ajak Mark.

Mark mendorong gerbang, lalu mereka berdua disambut oleh sebuah halaman kecil. Halaman tersebut tidak begitu rapi, namun juga tidak sangat berantakan. Saat mereka berdua masuk ke dalam rumah, Mark langsung membuka tirai sehingga cahaya matahari menerangi ruangan yang tadinya sedikit remang itu.

"Masih sama ternyata," gumam Mark. Tangannya menelusuri nakas kayu kecil di dekat jendela. Di atas nakas tersebut, terpajang beberapa pigura berisi foto yang sudah agak memudar.

"Ini rumah kamu?" tanya Lena.

Mark hanya menganggukan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa.

"Jadi," ucap Lena lagi, "kita akan bermalam di sini?"

Kali ini Mark menoleh dan menatapnya. "Ya," jawabnya. Untuk sementara, tambahnya di dalam hati.

Lena manggut-manggut. "Aku tidur di ruang tamu aja," katanya.

"Jangan," sela Mark. "Ada kamar kosong di sebelah sana, kamu tidur di sana aja. Biar aku yang di sini."

Lagi-lagi Lena menganggukkan kepalanya. "Yaudah," katanya, lalu sambil membawa tote bag-nya yang berisi pakaian, ia pergi ke kamar yang ditunjuk oleh Mark.

Menurutnya, ruangan itu cukup bersih. Kelihatannya juga tidak berdebu sama sekali. Barang-barangnya tertata rapi dan seakan mengingatkannya pada masa kecil. Hanya saja, ada sesuatu yang membuatnya agak tidak nyaman, namun ia sendiri juga tidak tahu apa itu.

"Aku suka," ucap Lena seraya keluar dari ruangan itu. "Bersih."

"Kamu mau makan apa?" tanya Mark. "Udah lewat jam makan siang, sih. Tapi seenggaknya nggak apa-apa telat daripada nggak sama sekali."

"Apa aja," jawab Lena. "Ah, tadi kita ngelewatin minimarket. Aku beli kimbap sama ramen aja, ya?"

Mark mengangkat alis. "Kamu yang beli?" tanyanya heran.

"Iya."

"Kamu punya uang?"

"Nggak. Minta punyamu."

Kini Mark mengerutkan keningnya. "Nanti nyasar, gimana?"

"Nggak akan."

Sesaat Mark hanya diam saja sambil menatap gadis itu, tetapi kemudian ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan dompet hitamnya.

"Nih," ucapnya sambil menyodorkan sejumlah uang.

"Banyak banget," ucap Lena.

"Terserah mau beli apa," ujar Mark.

Lena hanya mengangkat bahu, lalu pergi ke luar.





















Tetapi bukannya membelok ke arah jalan yang menuju minimarket, Lena malah berjalan ke arah sebaliknya.

ESCAPE [Mark Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang