31 Januari 20xx
***
Awali pagimu dengan omelan Dara."Mark!"
"Jangan karena hari ini kita nggak berangkat bareng, terus kamu seenaknya bolos!"
Mark menggeliat di kasurnya. Salah besar ia mengirim pesan kepada Dara pukul empat pagi bahwa hari ini ia berniat tidak masuk sekolah. Dalam dua menit gadis itu langsung meneleponnya.
Mark tidak sakit, tidak juga punya keperluan mendadak sehingga terpaksa izin tidak masuk. Ia hanya malas keluar rumah.
Bohong. Ia takut.
"Kasih aku alasan kenapa hari ini bener-bener harus ke sekolah," ujar Mark dengan suara parau.
"Harus ngumpulin tugas Mr. Park," jawab Dara cepat.
Benar juga.
Mark mendengus. "Ah, aku lupa kalau hari ini harus dikumpulin," katanya.
Bohong. Padahal ia menyalin jawaban Dara selama empat jam. Mana mungkin ia lupa?
"Cih," sahut Dara. "Yakin kamu masih bisa ikut pelajaran Mr. Park kalau tugas yang ini nggak dikumpulin?"
"Nggak."
"Yaudah, jangan bolos," ujar Dara. "Lagipula hari ini kamu harus balikkin bukuku."
Mark menghela napas panjang. "Sampai ketemu di kantin," ucapnya dengan malas.
Mark melempar ponselnya ke atas bantal, lalu ia bersiap untuk melanjutkan tidurnya. Ia memutar badan, memeluk guling, dan meski ia masih agak mengantuk, matanya tak dapat tertutup. Pikirannya kembali memutar kejadian kemarin malam.
Haruskah ia berpura-pura tidak mengetahui kejadian kemarin?
Tidak. Ada sesuatu yang aneh, dan Mark tidak bisa diam saja. Haruskah ia mencari tahu tentang tetangganya itu? Tetapi, bagaimana? Ia hanyalah seorang bocah SMA yang masih berusia 17 tahun. Apa yang bisa dilakukan oleh remaja sepertinya?
Mark kembali menghela napas. Matanya menatap ke atas nakas di samping tempat tidurnya, memandang sebuah pigura kecil berisi foto lama ayah dan ibunya.
Tak ada yang dapat ia pikirkan selain kenyataan bahwa ia sangat merindukan mereka. Setidaknya untuk saat ini.
***
Sekarang pukul 06.15 pagi, tetapi ada yang aneh—Mark sudah siap untuk berangkat ke sekolah dan sekarang sedang memakai sepatu. Remaja tanggung yang hobinya telat datang ke sekolah itu kini mencoba untuk berangkat pagi-pagi sekali. Sesuatu yang akan membuat Dara terheran-heran.
Bus menuju ke sekolahnya akan datang pukul 06.30, jadi Mark langsung bergegas keluar dari rumah agar tidak ketinggalan bus. Pagi itu suasanya cukup dingin, mungkin karena semalam turun hujan.
Di lift, Mark baru saja hendak menekan tombol lobi saat dilihatnya seorang gadis berlari-lari kecil menuju ke arah lift. Mark buru-buru menahan tombolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE [Mark Lee]
FanfictionBerapa banyak anak yang tinggal sendirian di sebuah apartemen meski masih duduk di bangku SMA? Sepertinya jarang, namun Mark Lee adalah salah satu dari sejumlah orang yang jarang tersebut. Sudah hampir setahun sejak Mark tinggal sendirian di sebuah...