17. A Letter

62 7 0
                                    

08 Februari 20xx
Setahun setelahnya.

***

Riuh rendah suara kelas hari itu. Kelas-kelas lain juga sama ributnya. Namun, yang paling berisik dari semua tempat, tentu saja koridor. Sejumlah besar siswa sedang mengambil foto bersama teman-teman mereka di berbagai tempat. Sebagian besar lagi mengobrol dan bercanda. Beberapa siswa lelaki malah sedang melempar-lempar bola tenis meski kegiatan tersebut dilarang sekolah karena dapat merusak fasilitas. Memecahkan lampu, misalnya. Tetapi tetap saja, siapa yang tidak ingin bersenang-senang di hari terakhir mereka bersekolah?

Lucas duduk di kursinya dengan satu kaki terangkat ke atas meja. Dua siswa lainnya duduk di kiri-kanannya, menyanyi keras-keras sembari Lucas mengiringi mereka dengan petikan gitar. Semua siswi di kelas itu sedang bergerombol di depan kelas, membuat sebuah video pendek sambil tak henti-hentinya saling bercanda. Seola yang biasanya kaku pun kini sedang bersama mereka. Siswa lainnya? Sebagian di koridor, sebagian di salah satu sudut kelas sambil mengobrol keras-keras, sebagian lagi kini mulai bergabung dengan pemain musik andalan kita, Lucas.

Sepertinya .... ada satu orang yang hilang. Ah, betul. Mark Lee.

Mark duduk di kursinya sambil menangkupkan wajahnya ke atas meja. Tanpa merasa terganggu dengan kumpulan penyanyi yang duduk di belakangnya, diam-diam ia tertidur. Sepanjang minggu ujian ini, ia selalu tidur kurang dari lima jam per harinya. Sesuatu yang sebenarnya sangat membebaninya karena biasanya ia lebih memilih untuk tidur daripada belajar.

Ia tertidur cukup pulas dengan sebuah jaket menyelubungi kepalanya. Sejak awal ia memang agak heran mengapa teman-temannya lebih memilih untuk sibuk ke sana-sini daripada beristirahat. Padahal sebentar lagi mereka akan masuk ke universitas, dan itu akan jauh lebih melelahkan ketimbang masa sekolah yang sekarang.





"Han eobsi kkeuroango itdeon, neol nwaya hae Nan amugeotdo haejul su itneun ge eomnende Naega eobseoyaman, haengbokhal neoraseo noha... noha... noha...... Eonjenga useusul itge."






"Mark!"

"Tok tok, Mark Lee~"

"Mark, bangun dong."

Mark mengangkat kepalanya. Pandangannya masih agak buram namun ia tahu kini ia sedang menatap kawan lamanya, Choi Dara. Mark menoleh sebentar. Anak-anak berandalan itu masih bernyanyi keras-keras. Rupanya kini sedang bersedih ria menyanyikan lagu DAY6 berjudul Letting Go.

"Hah, kenapa kamu di sini?" tanya Mark dengan suara serak.

"Bosen," jawab gadis itu. Ia tersenyum kecil mendengarkan siswa-siswa di belakang Mark yang sedang bernyanyi. Lucas, yang sudah menyadari kini ada Dara di situ, diam-diam tak bisa menahan senyumnya. Dipetiknya gitar dengan begitu semangat.

"Ada Lucas, tuh," celetuk Mark sambil kembali merebahkan kepalanya ke atas meja.

"Tahu," jawab Dara.

Mark terkekeh. "Seneng, kan?"

"Apa, sih?" balas Dara. "Temenin aku ke kantin, dong."

"Kamu kayak orang nggak punya temen."

ESCAPE [Mark Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang