02 Februari 20xx
***
Suara ketukan di pintu membuat Mark terbangun dari tidurnya. Ia tidak segera bangun, justru membalikkan tubuhnya sambil mendengus kesal. Tetapi suara ketukan tersebut terus berlanjut sehingga mau tidak mau Mark harus beranjak dari kasurnya. Saat ia membuka pintu, nampak Lena berdiri di hadapannya.
"Kenapa?" tanya Mark.
Lena tampak bingung sesaat. "Kenapa ... apa?" ia balik bertanya.
Mark menghela napas. "Ini masih pagi, kenapa ngetuk-ngetuk pintu kamarku?"
"Ah, oh," ucap Lena. "Cuma mau bilang kalau tadi baru aja nenekmu pergi."
"Huh? Ke mana?" tanya Mark.
"Ke toko," jawab Lena, "dan nggak akan pulang sampai siang."
"Ah, oke," sahut Mark pendek, lalu kembali berbalik masuk ke kamarnya. Ia langsung melempar diri ke atas kasur, tidak sadar bahwa Lena mengikutinya dari belakang.
"Berarti kita nggak perlu bohong, kan?" tanya Lena.
"Hm," jawab Mark singkat.
"Kamu nggak mau bangun?" tanya Lena.
"Nggak," lagi-lagi Mark menjawab dengan tidak acuh.
"Nggak mau sarapan?"
"Nggak."
"Hari ini kita akan pergi ke mana?"
Mark tidak menjawab pertanyaan tersebut, tetapi ia kembali membuka kedua matanya yang tadi sudah ia pejamkan lagi. Tatapannya menuju ke arah langit-langit ruangan, tetapi tetap tak ada jawaban apapun keluar dari mulutnya.
"Jauh," ucap Mark akhirnya.
Lena tidak bertanya apa-apa lagi. Ia sebenarnya tidak begitu peduli tentang ke mana mereka akan pergi, tetapi mendengar jawaban Mark tersebut membuatnya merasa cukup lega.
"Nenekmu udah siapin makanan di meja, aku mau sarapan duluan," ujar Lena. Mark masih tetap dalam lamunannya, mengabaikan ucapan Lena barusan. Tetapi Lena juga tidak begitu peduli dengan hal tersebut sehingga ia sendiri langsung beranjak dan pergi dari kamar tersebut.
Lena duduk di hadapan meja makan dan mulai menyendok nasi ke dalam mangkuk untuk dirinya sendiri. Tetapi baru saja ia mulai makan, Mark datang dan langsung duduk di seberangnya. Mereka makan dalam diam, sama sekali tak berniat memulai percakapan.
Lena yang lebih dulu menyelesaikan makannya. Setelah makan, ia masih tetap duduk di sana, hanya memperhatikan Mark yang makan dengan tenang. Ia mengira ia akan melihat ekspresi cemas di wajah Mark, tetapi yang dilihatnya hanyalah wajah datar seolah-olah tidak sedang memikirkan apapun.
"Kayaknya kamu udah merencanakan semuanya dengan baik," ucap Lena.
Mark mengangkat kepalanya. "Apa?" tanyanya dengan mulut penuh.
"Perjalanan kita," jawab Lena. "Kamu nggak kelihatan cemas."
Mark hanya tertawa hambar tanpa membalas ucapan Lena, lalu mengisi gelasnya dengan air.
"Kamu yakin kita akan baik-baik aja?" tanya Lena lirih.
Mark menatap gadis itu. "Biasanya kamu selalu bilang bahwa semua ini baik-baik aja," ujarnya. "Rasanya aneh mendengar pertanyaan itu dari kamu."
Yah, biasanya memang Lena selalu mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja, kan?
"Aku nggak tahu," ucap Mark lagi. "Aku nggak yakin."
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE [Mark Lee]
FanfictionBerapa banyak anak yang tinggal sendirian di sebuah apartemen meski masih duduk di bangku SMA? Sepertinya jarang, namun Mark Lee adalah salah satu dari sejumlah orang yang jarang tersebut. Sudah hampir setahun sejak Mark tinggal sendirian di sebuah...