23 Desember 20xx
***
Mark menggosok-gosok tangannya. Di hadapannya ada sepotong cheesecake dan segelas latte, hitung-hitung sebagai camilan ringan di sore hari yang bersalju itu. Meski hari itu ia memakai turtleneck dan sebuah mantel tebal berwarna abu-abu gelap, tetap saja ia kedinginan.
Mark duduk di sebuah meja di dekat jendela besar di kafe tersebut. Tidak begitu banyak orang yang berlalu-lalang saat itu, mengingat salju yang turun cukup lebat. Orang-orang pasti lebih memilih untuk berdiam diri di rumah mereka yang hangat. Mark jadi agak khawatir.
Diliriknya jam tangannya. Memang belum tepat pukul 4, tapi Mark sudah gelisah sejak tadi. Ia kira hari itu tidak akan turun salju, namun ternyata ia salah. Ia pergi setengah jam lebih awal dari waktu yang ditentukan, berharap siapa tahu orang yang akan ditemuinya sudah di sana sejak awal karena berusaha menghindari hujan salju. Tetapi tidak, sampai sekarang Mark masih duduk sendirian di sana, kedinginan sambil terus-menerus menatap ke luar jendela.
Tiba-tiba ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari oknum bernama Daramyeon.
Daramyeon: aku udah mau sampai~~
Daramyeon: lagi di rest area sebentar, beli ramenMe: saljunya lebat
Daramyeon: iya
Daramyeon: dingin banget ><Me: nggak usah buru-buru, yang penting selamat
Me: jalanannya licin, kan? pelan-pelan aja bawa mobilnyaDaramyeon: heumm, kamu bawel juga
Daramyeon: oke, aku akan pelan-pelanMe: ㅋㅋㅋㅋㅋㅋ
Me: selamat merayakan natal!Daramyeon: hahahahaha
Daramyeon: selamat natal juga!Mark kembali melirik jam tangannya. Sekarang sudah pukul 4 lewat lima menit. Ia kembali memandang ke luar jendela.
Disesapnya latte yang mulai mendingin tersebut. Masih hangat, sih, namun tidak sepanas tadi. Mark rasa ia akan kembali memesan segelas latte saat yang ini sudah habis.
Saat ia sedang kembali menyesap latte-nya, terdengar bunyi gemerincing bel. Pintu kafe tersebut memang dipasangi sebuah bel kecil, sehingga saat ada yang membuka atau menutup pintu, bel tersebut akan berbunyi. Mark mengangkat kepalanya. Sejak tadi sudah kurang lebih lima kali ia mendengar bel tersebut bergemerincing, namun yang datang bukanlah orang yang ia tunggu-tunggu sejak tadi.
Tetapi, kali ini Mark tertegun dengan sebelah tangannya masih memegang cangkir latte. Ditatapnya orang yang baru saja masuk melalui pintu tersebut. Gadis itu celingukan sebentar sampai akhirnya ia juga menatap ke arah Mark. Ia tersenyum kecil, lalu melangkahkan kakinya ke meja tempat Mark duduk.
"Hai, apa kabar?" sapanya sambil duduk di kursi di hadapan Mark. "Kamu masih tetap sama kayak dulu ternyata."
Mark meletakkan cangkir yang sedang dipegangnya ke atas meja. "Kamu juga," jawabnya pelan, masih menatap gadis itu dengan tertegun. "Kamu juga nggak berubah sama sekali, Kwon Lena."
***
끝
[a.n.] Hello! Ini part terakhir dari cerita ini! Saya sebagai author ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada kalian semua yang sudah membaca cerita ini hingga selesai. Terima kasih karena sudah menunggu saya update, karena seringkali saya update tidak teratur, hehe. Terima kasih sudah mencintai Mark, Lena, dan Dara. Ke depannya, mungkin saya akan menulis cerita lain, meski tidak tahu kapan akan terealisasikan (authornya agak sibuk *uhuk*).
Sekali lagi, terima kasih karena sudah membaca cerita ini hingga saat ini. Dukungan yang kalian berikan sangatlah berarti bagi saya :)
Sampai jumpa di cerita lain! ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE [Mark Lee]
FanfictionBerapa banyak anak yang tinggal sendirian di sebuah apartemen meski masih duduk di bangku SMA? Sepertinya jarang, namun Mark Lee adalah salah satu dari sejumlah orang yang jarang tersebut. Sudah hampir setahun sejak Mark tinggal sendirian di sebuah...