1|| Awal mula segalanya

607 33 3
                                    

Malam sudah menunjukan jam sepuluh lewat tiga puluh lima menit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam sudah menunjukan jam sepuluh lewat tiga puluh lima menit. Ungu baru saja keluar dari tempat kerja part timenya. Ia harus pulang malam karna menggantikan temannya yang sedang sakit. Entah kenapa malam ini terasa sedikit berbeda dari malam sebelumnya. Jika biasanya masih ada kendaraan yang berlalu lalang, namun malam ini kendaraan seolah lenyap, tidak satu pun yang lewat.

Jarak dari tempat kerja dan kosanya memang tidak terlalu jauh. Namun cukup memakan waktu jika berjalan kaki. Tidak memperdulikan keadaan yang tiba-tiba senyap, Ungu masih santai berjalan. Ia seolah menghayati setiap langkah yang ia ambil. Tapi, langkahnya tiba-tiba berhenti. Di depan sana, ia melihat sekumpulan begal tengah merampok sebuah mobil mewah. Beberapa dari mereka juga ada yang membawa senjata tajam. Ungu ingin menolong, tapi ia tidak bisa melawan sekumpulan pria bersenjata, apa lagi dirinya hanya wanita lemah. Tidak memiliki riwayat beladiri satupun.

Ungu semakin panik ketika salah satu perampok melukai seorang wanita paruh baya. Sedangkan pria yang diduga sopirnya tengah di tahan oleh mereka.

"Pikir Ungu. Pikir!" Ungu berpikir dengan otak pas-pasannya. Tiba-tiba ia mendapat pencerahan. Ungu mengotak-atik hanphonenya. Lalu terdengar suara sirine polisi. Para begal itu pun pergi dengan tergesa-gesa.

Ungu mematikan henphonenya dan mendekati korban begal tadi. Disana ia melihat wanita paruh baya itu terluka cukup parah. Lengan nya sobek dan mengeluarkan banyak darah.

"Nyonya!!" sang supir segera berlari mendekati tuanya.

"harus segera di bawa kerumah sakit." Ucap Ungu cemas.

Supir itu mengalihkan pandanganya pada Ungu dan mengangguk.

"Terima kasih sudah menolong kami." Ucapnya.

"Tapi bisakah anda ikut untuk menahan pendarahnya?" Pinta pak sopir lagi. Ungu mengangguk cepat. Dilihat dari pendarahanya, sepertinya luka cukup dalam.

Mereka memasuki mobil. Ungu duduk di belakang dengan wanita paruh baya yang tak ia ketahui namanya tengah berbaring di pangkuanya. Sedangkan ia tak henti-hentinya menahan darah dari luka tersebut. Wanita itu pun sejak tadi tidak membuka matanya. Semoga saja dia tidak mati.

Mobil mereka langsung berhenti di depan pintu rumah sakit. Sudah ada dokter dan beberapa suster yang sudah menunggu. Membuat Ungu heran, namun bukan saatnya untuk memikirkanya. Ia juga ikut berlari menarik brankar itu hingga ke pintu ICU.

"Nona jangan pulang dulu, wali pasien mau berterima kasih pada anda." Ucap pak sopir.

"Gak usah, lagian saya juga kebetulan lewat jadi sudah seharusnya saya menolong," Ungu menolak. Lagian ia rasa ia tidak menolong berlebihan, sehingga keluarga korban tidak perlu repot menemuinya.

Pak sopir tetap bersikeras agar Ungu untuk menunggu. Ungu hanya bisa menghela nafas pelan. Ini sudah sangat malam dan ia bingung nanti mau pulang naik apa. Setelah tiga puluh menit menunggu, seorang dokter keluar dari ruang ICU tempat wanita paruh baya tadi.

Dokter itu melihat sekeliling dan menemukan Ungu yang tengah duduk di kursi tunggu tak jauh dari tempat ia berdiri. Ia melangkah mendekati Ungu duduk dengan kepala menunduk.

"Ekhm, permisi?" Ungu yang melihat ada seseorang tengah berdiri di depanya mengangkat kepelanya. Sejenak ia diam. Apakah ia tengah mimpi atau ia sedang berhalu tiba-tiba ketemu pria tampan. Pria itu memakai jas dokter dan atribut lainnya. Rambut coklat gelap dengan mata tajam, hidung mancung dan jangan lupakan bibir seksinya itu. Uh, Ungu merasa ia tengah berada di dalam salah satu cerita yang ada di wattpad. Bertemu dokter tampan, bukan dosen tampan yang tengah naik daun sekarang.

"Ekhm nona? anda baik-baik saja" deheman dari pria itu mampu menyadarkan Ungu dari keterpurukan halunya.

"Eh, iya dok" Ungu meringis malu.

"Ibu itu baik-baik aja kan dok?" tanya Ungu khawatir.

"Beliau baik-baik saja. Apa anda yang sudah menolong mama saya?"

Ungu mengangguk cepat ia masih memandang dokter tampan itu tanpa berkedip, tapi tiba-tiba matanya membesar seolah baru menyadari sesuatu.

"Mama? dokter? dokter anaknya ibu tadi?" syok Ungu.

Dokter itu tidak merespon apa-apa . Wajahnya masih datar-datar saja sejak tadi.

"kenalkan saya Tian putranya." Tian mengangkat tanganya untuk bersalaman.

"Ungu" ucap Ungu, ia membalas salaman Tian dengan semangat. Kapan lagi bisa bersalaman dengan cogan.

"Terima kasih sudah mau menolong mama saya. Anda bisa memberikan nomor rekening anda, nanti akan saya transfer sebagai ungkapan terima kasih" ujar Tian.

"Eh, gak usah dok. Saya iklas gak perlu sampai segitunya." Ungu melambaikan tangan menolak tawaran Tian.

"Tidak apa-apa saya juga ikhlas." Balas Tian lagi. Ketika Ungu hendak menolak lagi. Ucapanya terpotong ketika Tian memanggil sopir mamanya.

"Pak anterin gadis ini sampai rumahnya." Titah Tian. Bapak sopir itu mengangguk dan menuntun Ungu untuk mengikutinya. Ungu akhirnya mengikuti langkah pak sopir. Tapi sebelum benar-benar jauh ia melihat ke arah belakang sekali lagi. Dan terlihat dokter tampan itu melangkah berlawanan arah darinya.

Ungu tersenyum dengan hati berbunga-bunga. Selama ini ia tidak percaya dengan yang namanya love at first sight, sekarang sepertinya Ungu kena karma.

'my future husband' ucapnya.

Hai-hai hai author kembali dengan new story

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai-hai hai author kembali dengan new story. Semoga suka!

Jangan lupa vote dan comment nya, karna itu semangat yang nyata untuk author pemula seperti diri Thorr ini:)

UNGU [fall in love]ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang