19|| Berkelahi

18 4 0
                                    

Vote dan komen banyak banyak💜

Tandai typo!

_____

Flashback....

Sehari setelah Ungu sadar.

Ungu memasukkan buah jeruk yang sudah dikupas Dian tadi kedalam mulutnya. Matanya yang fokus kearah televisi didepan tak menyulitkan tangannya yang dengan santai masih menyuapi mulutnya sendiri.

Bisa dibilang Ungu adalah pasien dengan tingkah di luar nalar. Baru beberapa hari yang lalu ia koma dan baru saja sadar kemaren tapi ia dengan santainya malah duduk berpangku piring di atas ranjang sambil menikmati drama yang tersaji. Sungguh ajaib bukan.

Sudah dari tadi Ungu menunggu kehadiran Dian yang sedang beli nasi padang pesanannya, Ungu cukup bosan makan makanan hambar itu Dua hari ini. Dan Karna sekarang Tian sedang menjalani operasi jadi tidak akan ada yang memarahinya jika ia memakan nasi bersambal. Lagian itu ide sahabat sengkleknya. Jadi nanti Ungu tinggal jual nama. Dalam hati Ungu tertawa jahat.

Lamunan Ungu buyar ketika ia mendengar suara pintu terbuka. Ia yang tau bahwa itu Dian dengan cepat menyeprotnya dengan kata.

"Kok Lama bange---t sih,,, " suara Ungu memelan di akhir kalimat.

Matanya terbelalak kaget melihat siapa yang tiba-tiba datang.

"Hai, " sapa suara lembut itu.

Ungu menormalkan wajahnya dan sekarang berubah datar.

"Ada apa ya mbak? " tanya sarkas.

Bianca tersenyum sinis mendengarnya. Ia meletakkan buah tangan yang sempat dibelinya keatas meja nakas disana.

" hanya mau lihat kamu. "

Ungu mendengus mendengarnya. Tapi matanya tidak sengaja melihat sesuatu yang ganjil pada tubuh wanita itu. Tepatnya dibagian perutnya sedikit menonjol akibat dres ketat yang wanita itu kenalan.

Bianca yang tau kemana arah pandang Ungu seketika tersenyum senang. Ini sedikit meluruskan rencananya.

Tangan ramping Bianca mengelus perutnya sayang. "Umurnya baru saja tiga bulan. Tapi entah kenapa udah sebesar ini, menurut kamu dia tidak kembar bukan?" Ucap Bianca.

"Entah" jawab Ungu ketus. Mana dia tau, diakan bukan dokter.

"Kamu mau tau siapa ayahnya? " Ungu memandang Bianca lama. Dalam benaknya banyak hal-hal negatif mulai bermunculan, Karna jika tidak ada sesuatu, pasti wanita itu di perlu repot repot menemuinya. Ayolah, kalian juga tidak berpikir jika wanita itu dengan suka rela kesini bukan? Padahal sebelum kecelakaan terjadi wanita itu jelas jelas tengah mengibarkan bendera perang padanya.

Belum sempat Ungu menjawab, Bianca sudah lebih dulu menambahkan.

"Ini anak Bastian. Dan Bastian sungguh senang mengetahui bahwa ia akan segera menjadi seorang ayah. Buktinya yang waktu itu kamu lihat di ruangannya. Karna saking senangnya dia sampai menciumku, dan kamu datang menangacau semuanya. "

Tepat setelah perkataan Bianca selesai, bunyi pecahan kaca terdengar. Ungu dengan nafas memburu membanting piring buah yang berada dipangkuan nya. Ia menatap tajam Bianca yang masih berdiri tak jauh dari ranjangnya. Ungu bukanlah gadis yang mengedepankan emosi, sebar-barnya tingkah dirinya atau secempreng apapun suaranya, Ungu masih bisa mengendalikan emosinya. Tapi kini emosi itu seolah meletus tanpa perkiraan apapun. Ia sudah menahannya selama ini, sejak pertemuan keduanya di cafe waktu itu. Dan sekarang dengan satu kali pancingan saja, DUARRR semua tidak bisa terbendung lagi. Ungu lelah.

UNGU [fall in love]ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang