22|| Pulang 2

16 4 0
                                    

Tandai typo!

______

Bandara internasional Minangkabau

Setelah menempuh sejam perjalanan diudara, kini Ungu dapat menginjak tanah kelahirannya kembali, bersama Tian yang selalu berada disampingnya. Pria itu bahkan membawa satu koper penuh. Entah apa yang dipikirkannya, apakah ia akan lama disini?.

Ungu mengedarkan pandangannya kesekitar melihat mobil yang akan mereka naiki. Memang tidak ada yang menjemput mereka karena Ungu sengaja tidak memberitahu kedua orang tuanya, karna tidak ingin merepotkan dan juga karna Tian alasannya.

"Mobilnya datang, ayo. " Ungu melihat kearah yang ditunjuk Tian. Mobil avanza silver berdiri menunggu di depan sana.

Tian menarik kopernya dan koper Ungu meninggalkan bandara. Mereka menaiki mobil itu.

Bohong jika Tian tidak gugup sekarang, ia akan bertemu kedua orang tua dari wanita yang dicintainya, dan meminang gadis itu. Tian memang sengaja tidak memberitahu niatnya pada Ungu, karna sejak awal gadis itu bangun dari komanya niat Tian memang ingin memperjuangkan hubungan mereka.

Sepanjang perjalanan Tian memandang takjub pemandangan disekitarnya. Dari rumah-rumah, lalu persawahan, kebun dan pantai, semuanya terlihat indah. Padahal dijakarta pun ini semua ada, tapi suasananya yang membuat beda.

Padahal dari jakarta ke sini hanya butuh satu jam perjalanan udara, tapi Tian tidak pernah menginjakkan kakinya ke tanah minang ini. Karna bagi Tian yang ia tau hanya belajar dan belajar. Tian tersentak ketika bahunya terasa berat, disana ternyata kepala Ungu jatuh dibahunya sedangkan gadis itu tertidur pulas.

Tian tersenyum memandang wajah damai Ungu. Ia menarik kepala gadis itu untuk menyamankan posisi mereka.

"Berapa lama lagi pak perjalanan kita? " Tian bertanya pada sang sopir.

"Sekitar dua jam lagi tuan" balasnya.

Tian mengangguk membalasnya. Ia tidak mengantuk jadi Tian memilih melihat-lihat lagi pemandangan sekitarnya.

Sekarang mereka berhenti di sebuah pasar yang berada di kiri kanan jalan untuk makan siang. Tian melihat sekitar, apa tidak bahaya? Pikirnya.

Ungu menggeliat pelan ketika seseorang menepuk pelan pipinya. Matanya mengerjap dan yang pertama ia lihat adalah wajah tampan kekasihnya.

"Ayo bangun, kita makan siang. "

Ungu melihat sekitar dan ia melihat mereka berada di sekitar pasar.

"Masih daerah Pariaman ya mas? " tanya Ungu pelan. Ia mengikuti langkah Tian dibelakang.

"Iya" jawab Tian.

"Huh, aku kira kita udah sampai, aku sengaja tidur biar gak ngerasa perjalanan jauh, eh masih setengah jalan. " gerutu gadis itu.

Tian terkekeh, ia menarik kursi untuk diduduki Ungu dan menarik sebelahnya lagi untuk dirinya sendiri.

"Nanti tidur lagi aja. " kata Tian tersenyum.

Ungu kembali menggerutu dan menceritakan tempat-tempat apa saja yang sudah mereka lalui tanpa gadis itu lihat, karna sepanjang perjalanan Ungu hanya tidur. Tian juga membalas dengan persis seperti apa yang ia lihat juga.

Mendengar respon Tian, Ungu semakin bercerita dengan gelora yang membara sampai pesenan mereka datang.

Ungu terperangah tak percaya melihat semua makanan yang dipesan Tian. Semua sambal dan gulai yang di jual dirumah makan ini, kini tersaji di hadapannya. Padahal mereka hanya berdua, dan supir yang membawa mereka tadi pun tak terlihat dimana pun.

"Mas, ini beneran kamu pesen semuanya? " Tanyanya memastikan.

"Iya." Tian malah menangguk dengan santai.

"Tapi ini banyak banget! "

"Bukannya di setiap restoran padang kayak gini ya mesennya?" Tanyanya heran pada Ungu.

Tian tidak salah kan? Karna setiap dia menemani sang mama makan direstoran padang selalu seperti ini.

Ungu hanya geleng-geleng kepala, seharusnya Ungu tidak heran lagi, karna pria di sampinya ini orang kaya yang setiap makan pasti direstoran-restoran berkelas, jadi dia mana tau cara penyajian di kedai ampera ini.

Kalau kalian bingung apa itu ampera? Jadi ampera itu seperti warteg-warteg yang ada di kota-kota Jawa sana. Ampera itu pun hanya bisa ditemui di daerah-daerah kota sumbar dan sekitarnya.

"Kenapa? Kamu gak suka lauknya? "

"Enggak! Bukan itu mas, "

"Lalu? "

"Gak jadi deh, ayo mas makan, nanti nasinya keburu dingin. " Karna tidak ingin memperpanjang perdebatan mereka, Ungu memilih pasrah. Dia melihat Tian yang mulai makan pun tergiur dan mulai memakan makanannya tanpa memperdulikan orang-orang yang curi-curi pandang melihat mereka. Entah karna sambal yang tersaji secara lengkap di atas meja mereka atau karna mereka tidak pernah lihat wajah setampan kekasihnya.

Mengingat pikiran terakhir nya barusan entah kenapa Ungu sedikit kesal.

********

Setalah menempuh berjam-jam perjalanan akhirnya Ungu sampai dikampung halamannya, mobil yang mereka tumpangi pun sudah berhenti sempurna didepan rumah sederhananya.

Ungu melihat adiknya yang sedang berdiri didepan rumah sambil melihat mobilnya dengan heran. Ungu terkikik geli, dia sengaja tidak langsung turun karna ingin melihat wajah penasaran adiknya.

"Kamu tidak ingin turun? " Ungu refleks menoleh kesumber suara. Ia lupa jika Tian masih bersamanya.

"Mas mau turun juga? " tanyanya, ia melihat Tian yang akan bersiap turun. Dengan refleks Ungu menahannya.

"Mau ngapain? "

Tian menaikan alisnya bingung.

"Mas mau ngapain ikut turun, bukannya mau langsung pergi ya? "

"Kapan mas bilang mau pergi? "

Ungu juga heran, ia memang tidak mendengar jika Tian mengatakan akan mengantarnya pulang lalu pergi setelah itu.

"Eh! Eh! Mas? " karna sibuk melamun Ungu sampai tidak sadar jika Tian telah turun dan bersalaman dengan ayah ibunya. Tunggu, AYAH IBU?

"Alamat akan diinterogasi ini."

________

TBC,,,

UHUYYY MAAP TELAT,,,,

KARNA AUTHOR LIAT-LIAT GAK ADA YANG ANTUSIS BANGET NUNGGUIN UNGU JADI AUTHOR SENGAJA NGARET-NGARETIN UP NYA:V

Tapi tenang aja, Ungu bakalan tamat sebelum akhir tahun ini yeyyyyyyyy🎉

Karna cerita Ungu udah hampir mendekati ending.

UNGU [fall in love]ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang