A-8

6K 1.1K 48
                                    

"Mark hyung lepaskan!" Jeno sedari tadi berusaha melepaskan diri dari Mark tapi entah kenapa kali ini Mark sangat kuat sampai Jeno bahkan tidak bisa melepaskan diri.

Ditarik baju belakangnya otomatis membuat Jeno harus berjalan mundur dan itu tidak mudah. Berkali-kali Jeno tersandung batu tapi Mark tetap saja seolah tidak peduli. Jeno tidak tau Mark akan membawanya kemana tidak mungkin kan Mark akan menyeretnya sampai pack, Tidak Jeno tidak mau.

"Aww"

Mark melepaskan tarikannya setelah mendorong Jeno untuk berdiri berhadapan membuat Jeno sempat oleng beruntung Jeno bisa menguasai diri.

Kejadian barusan mengingatkan Jeno saat mereka masih kecil dimana Jeno akan mengikuti Mark dan membuat Mark kesal karena Jeno tidak mau berhenti. Bedanya dengan sekarang adalah Mark yang dengan senang hati menarik Jeno untuk mengikutinya.

"Apapun yang hyung katakan aku tetap tidak mau pulang"

Mark jengah dengan kebebalan Jeno, tidak dulu tidak sekarang sama saja membuat ia sering emosi. "Setidaknya pikirkan keluargamu, apa kau tau Haechan terus saja menangis sejak kau pergi dari rumah pikirkan bagaimana perasaan saudaramu itu dia menyalahkan dirinya yang tidak bisa membantu apa-apa sampai kau memilih pergi"

Haechan menangis? Jeno sebenarnya tidak percaya tapi ia tau benar bagaimana sifat Haechan. Apa benar Haechan menangisinya? Perasaan Jeno jadi tidak tega, sejak ibunya meninggal Jeno sudah berjanji akan melindungi Haechan. Jeno jadi berpikir kalau ucapan Mark benar kalau ia egois dan kekanakan, tapi tetap saja keadaan yang memaksa untuk bersikap egois.

Tapi kalau Jeno memutuskan pulang ia sekarang punya Renjun yang harus ia jaga tidak mungkin ia tiba-tiba meminta Renjun ikut dengannya, yang ada Jeno akan sendirian lagi dan ia tidak mau. Tanpa alasan apapun Jeno sudah memutuskan akan hidup bersama Renjun dan ia tidak akan mengingkari itu.

"Kau bisa membawa Omegamu ikut pulang, kuberi waktu semalam untuk berpikir" kata Mark saat menyadari kebingungan Jeno sekarang, Mark tau sangat sulit hidup berjauhan dengan mate karena ia merasakannya sekarang. Kalau saja Jeno tidak ada acara kabur dari Pack mungkin Mark sekarang sedang menikmati waktu bersama Haechan dirumah.

"Hyung! Bagaimana bisa aku memikirkannya hanya semalam, belum lagi aku harus membujuk Renjun ikut bersamaku"

"Bukan urusanku, kau saja bisa berpikir hanya semalam untuk kabur jadi kau juga pasti bisa berpikir semalam untuk pulang"

Biar saja Jeno kebingungan dengan syarat yang Mark berikan. Lagipula Mark juga sudah kebingungan mencari keberadaan Jeno sebelumnya, jadi bisa dibilang Mark ingin sedikit balas dendam. Siapa suruh bersifat kekanakan dan menyusahkan banyak orang.

"Baik akan aku pikirkan tapi hyung harus pulang sekarang tidak perlu ikut aku kerumah Renjun lagi. Aku tidak akan kabur, tapi apapun keputusanku hyung harus mengikutinya" Kata Jeno menawari yang sebenarnya bisa beresiko juga untuk dirinya

Mark sebenarnya ingin menolak, apa-apaan perkataan Jeno itu kalau ia pulang duluan yang ada Jeno bisa saja mengingkari perkataannya dan kabur dari hutan ini. Tapi melihat keseriusan dimata adiknya itu membuat Mark memilih menaruh sedikit kepercayaan pada Jeno.

...
..
.

Setelah Jeno dan Mark berpisah tadi, Jeno terus saja memikirkan keputusan yang akan ia ambil perasaannya dilema sekarang ditambah Mark bilang akan menunggu di luar kawasan hutan ini untuk meminta jawaban.

Membuka pintu depan dan langsung masuk seperti dirumah sendiri Jeno disuguhkan dengan bau manis vanila dan juga segar jeruk tercium samar didalam rumah. Aneh setahu Jeno tidak ada bahan tersebut didalam rumah ini jadi dari mana asalnya?

Menuju kearah dapur Jeno menemukan Renjun yang sedang duduk membelakangi dan melakukan sesuatu, berjalan menghampiri untuk melihat lebih dekat Jeno akhirnya mengetahui bahwa bau jeruk itu berasal dari buah yang sedang Renjun makan saat ini.

"Darimana kau dapat buah itu?"

Renjun menoleh dan menemukan Jeno yang sedang berdiri disamping kanannya, terlalu asik makan buah Renjun jadi tidak menyadari keberadaan Jeno.

"Tidak tau, tadi Doyoung hyung datang dengan membawa ini"

Ah benar Doyoung hyung, Jeno sempat lupa kalau hyungnya yang satu itu tadi ada disini. Mengedarkan pandangan keseluruh rumah Jeno tidak menemukan keberadan hyung vampirnya itu.

"Dia sudah pergi, dia titip pesan katanya kau harus pulang karena terlalu jauh kalau harus mengunjungimu kesini"

Jadi Renjun sudah tau kedatangan Mark kesini, Jeno jadi tidak harus bingung menjelaskan lagi.
"Menurutmu aku harus bagaimana? Aku tidak ingin pulang tapi aku tau kalau keputusanku memang egois, ditambah aku tidak mau meninggalkanmu sendirian. Aku harus bagaimana Renjun?"

Renjun mengambil langkah berani dengan menangkup wajah Jeno dengan kedua tangannya, meminta Jeno untuk menatap matanya. Renjun juga tidak tau kenapa ia berani melakukan ini, tapi karena perbuatannya ini ia bisa melihat secara jelas semua kebingungan Jeno dari matanya. Perasaan Jeno yang bimbang harus berbuat apa terpancar jelas tanpa tertutupi sedikitpun.

"Jeno tidak ada alasan yang jelas untuk tetap tinggal bersamaku, kau harus pulang ada keluargamu yang menunggumu dirumah. Kita hanya orang asing yang bertemu secara kebetulan, jangan pikirkan aku"

Jeno menggeleng kuat menolak semua perkataan Renjun barusan. Jeno sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melindungi sosok didepannya ini bagaimana bisa ia tidak memikirkan Renjun dalam keputusannya nanti.

"Ikut denganku Renjun" kalimat permintaan sederhana sebenarnya tapi langsung membuat tangkupan tangan diwajah Jeno langsung terlepas begitu saja.

Renjun diam dengan ekspresi yang tidak dapat Jeno baca. Baru akan bertanya lagi Renjun sudah lebih dulu pergi meninggalkan Jeno dan mengurung diri didalam kamar. Jeno tau ini sangat mendadak tapi itu yang harus ia utarakan sekarang, karena tanpa Renjun maka Jeno juga tidak akan pergi kemanapun. Mungkin suatu hari nanti ia akan pulang dengan Renjun bersamanya.

...
..
.

Semalaman penuh Jeno tidak bisa tidur dengan nyenyak, otaknya dipaksa berpikir dengan keras membuatnya jadi pusing sekarang. Belum lagi ia tidak tau efek dari diamnya Renjun kemarin, ingin rasanya Jeno menghentikan matahari supaya jangan memunculkan diri sebelum ia selesai membuat keputusan.

Memutuskan untuk mencuci wajahnya yang diyakini pasti sangat kusut sekarang dan bersiap dengan hari walaupun niat tidak niat.

Baru saja ingin keluar kamar pintu lebih dulu dibuka Renjun dari luar membuat keduanya kaget dan suasana kembali canggung seperti baru pertama kali bertemu.

"Em, aku ingin mengambil barangku. Kau tidak bersiap?"

"Tidak, aku tidak akan kemanapun"

"Padahal aku sudah menyiapkan barang-barangku untuk ikut tapi dia malah tidak jadi pergi" Renjun bergumam pelan yang sayangnya masih dapat Jeno dengar dengan jelas.

"Kau serius akan ikut kalau aku pergi?!" Tanya Jeno dengan bersemangat, mendengar gumaman Renjun tadi Jeno merasa seperti baru mendapat energi penuh.

"Tadinya aku ikut tapi kau tidak pergi jadi buat apa"

"Aku jadi pergi kalau kau ikut"

Sanking senangnya Jeno langsung memeluk Renjun erat dan menghirup bau feromon Renjun yang entah kenapa sedikit menajam atau memang Jeno yang tidak pernah memperhatikan. Ternyata sia-sia Jeno berpikir sampai pusing semalaman kalau keputusannya hanya dapat dibuat dengan satu jawaban dari Renjun.




Bersambung....

Abu-Abu chapter 8 sudah update, aku mau tanya alurnya ini terlalu lambat ga sih? Apa memang udah sesuai?
Oiya kalau suka chapter ini jangan lupa tinggalkan votenya ya ^^
Terimakasih.....





Abu-Abu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang