Kilatan cahaya dengan kecepatan setara kedipan mata yang disusul suara menggelegar disertai lukisan melintang vertikal abstrak seakan menjadi pemandangan langit terindah bagi Aira. Dirinya bahkan tak segan untuk membuka lebar-lebar jendela kamarnya hanya untuk melihat pemandangan langit itu, meskipun berakhir sebagian baju yang dirinya kenakan sedikit basah akibat air hujan yang mengarah ke arah tubuh ideal berbalut kaos hitam tipis yang bahkan tak dapat menghalau dinginnya angin malam. Tapi siapa peduli? Semua orang akan melakukan apapun untuk hal yang disukai bukan?
Kepulan asap dari secangkir kopi hitam di tangan setidaknya dapat menjadi penghangat kecil, setidaknya dirinya tidak akan demam setelah ini dan berakhir tidak bersekolah. Bodoh memang, sudah tahu jika hari esok bukanlah hari libur, tetapi dengan tak tahu dirinya mengkonsumsi kafein diwaktu tidak tepat. Dan untuk demam, sebenarnya Aira juga bukan remaja ringkih yang akan tumbang hanya karena masuk angin, jadi tenang saja.
Drrtt drrtt
Getaran handphone disertai cahaya layar menandakan sebuah notifikasi masuk menarik perhatian Aira. Dengan langkah pelan dirinya mendekati meja dimana ia meletakkan benda eletronik tersebut. Matanya menyipit saat meraih benda persegi tersebut, karena memang penerangannya saat ini hanya mengandalkan cahaya kilat yang datang beberapa detik sekali membuat cahaya layar sedikit kontras dengan cahaya ruangan sekitar.
Bibirnya tertarik keatas, tersenyum tipis setelah membaca satu kalimat sederhana yang tertera pada bilah notifikasi salah satu aplikasi medsos yang banyak digandrungi anak-anak seusianya.
Kak Aran Aludra
|| Aira besok berangkat bersamaku oke, akan ku jemput di rumah jam 06.30 tidak ada penolakan hehe, maaf menganggumu malam-malam pasti sudah tidur ya? Malam ini dingin sekali hujan turun petir juga gamau kalah jangan takut ya!!bye!!good night!!
Oh lihat? Ternyata bukan satu kalimat, lebih tepatnya satu paragraf. Dan apa tadi? Takut dengan petir? Aira sedikit terkekeh membacanya. Apanya yang takut? Malah dirinya senang. Teramat malah.
Ceraunophile.
Sebuah sebutan untuk orang-orang yang teramat menyukai salah satu bagian dari hujan. Kilat dan guntur.
Bagi sebagian orang kilat itu menakutan, tapi bagi Aira kilat itu cahaya indah lebih dari apapun.
Bagi sebagian orang guntur itu membuat resah, tapi bagi Aira setiap guntur yang dirinya dengar adalah sesuatu yang menenangkan.
Sedikit aneh mungkin, karena memang mayoritas orang menggagap kilat adalah sesuatu hal yang wajar untuk ditakuti. Tetapi bukannya hanya wajar? Bukan wajib kan?
Setiap orang berhak memilih apa yang dirinya mau dengan alasan yang tentunya dirinya juga inginkan. Entah berasal dari apa, entah berawal darimana, dan entah apa tujuannya.
Senyuman getir terbit di bibir manis Aira, ingatannya membawa pada kenangan sebab dan alasan dirinya yang dulu sangat penakut tehadap kilat dan guntur kini malah berbalik rasa.
Semua orang dapat berubah karena keadaan, kini dirinya menatap kembali langit yang masih menampilkan pemandangan yang tak jauh berbeda dari beberapa saat lalu. Aira terdiam cukup lama, kopi hitam yang tinggal setengah, mulai mendingin dengan cangkirnya yang tergeletak pasrah di atas meja bersanding dengan handphone yang masih menunjukkan pesan kakak kelas tampan spesialnya tanpa adanya balasan dari pihak penerima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chronophile × Ceraunophile [On Going]
Teen FictionStart : [05062020] End : - Dimana caramu mencari kebahagiaan, akan membuat mu terluka. Kisah tentang si pecinta waktu dan si pecinta kilat. Aira, anak tengah yang diperlakukan seperti orang asing oleh ibu dan saudara-saudarinya semenjak sang aya...