Sepeninggalnya Aran dan Adara, kini kondisi kantin mulai kembali seperti awal mula. Aira masih berdiri ditempatnya dengan tatapan kosong, hal tersebut membuat Rigel yang berdiri tak jauh darinya sedikit terheran.
"Kenapa lu!? " tanya Rigel dengan intonasi suara naik satu oktaf.
"Gapapa, " sedikit terkejut Aira menjawab.
"Mau langsung ke kelas? Tadi gue abis liat di grup chat, jamkos tanpa tugas katanya. " ucap Rigel sembari memasukkan kembali ponsel ke saku.
"Ga lu duluan aja, mau ke kamar mandi gue, " ucap Aira sembari melangkahkan kakinya keluar area kantin.
Rigel menatap aneh ke arah Aira, sedikit bingung atas sikap Aira barusan. Di sisi lain juga masih belum percaya atas kejadian beberapa menit lalu, seorang Aira yang terkenal acuh dan datar melakukan aksi pembelaan atas kegiatan pembullyan. Ya, meski sikap datar dan acuhnya tetap bertahan saat berbicara tadi, tetapi sungguh hal yang di luar dugaan perempuan tersebut memutuskan untuk ikut andil dalam keributan beberapa saat lalu.
Chronophile × Ceraunophile
Helaian rambut yang terlepas dari ikatan gelang karet tersapu helaian angin. Mendayu-dayu mengikuti irama yang ditimbulkan oleh benda tak kasat mata tersebut. Di bawah pohon dekat lapangan sekolah dengan tubuh ia dudukan pada tanah sepenuhnya tanpa alas apapun, seorang gadis tengah larut dalam dunia fantasinya.
Pandangan sang gadis tertuju pada hamparan lapangan di depannya, namun pikiran melayang ikut terbawa angin.
"Kenapa? Cemburu ya, sama bang Aran? " sang laki-laki ikut duduk di sebelah Aira.
"Ngapain si lo, ngikutin gua mulu! " kepalanya ia tenggelamkan pada lipatan tangan yang bertumpu pada lutut. Dirinya sedang kesal saat ini, dari masalah sang kakak kelas idamannya, ditambah manusia seperti Rigel yang selalu membuntutinya.
"Hehe, gapapa lo tadi bilang mau ke kamar mandi, tapi jalannya ke arah lapangan, yaudah gue ikutin aja, takut lo bundir gara-gara cemburu, biar gua bisa jadi saksi di kantor polisi ntar, jadi ngga jadi misteri kaya di cerita novel, " tangannya ia gunakan untuk menopang badannya dari belakang, berkata tanpa beban sedikitpun membuat sang gadis di sampingnya mencak-mencak.
"Gua ga segoblok itu ya! " kepalanya ia angkat dari lipatan tangan, menatap nyalang pada satu-satunya lawan bicara.
"Ya siapa tau kan, " pandangannya ia larikan pada sang gadis yang masih menatap dirinya nyalang. Sang gadis yang tersadar jika dirinya baru saja melakukan kontak mata langsung membuang muka saat itu juga.
"Huh, lo gatau perasaan gua, emang si kekanak-kanakanan banget ya kesannya, tapi gua kaya ga rela aja Kak Aran perhatian sama orang lain, duh gatau gua ini kenapa sih arhhhh!! " tanpa sadar Aira mulai mengeluh, Rigel disampingnya hanya tersenyum tipis, berhasil memancing Aira untuk bercerita, dirinya tidak menanggapi, total diam karena dia tahu seorang perempuan akan bercerita dengan sendirinya, setelah ada yang bersiap menjadi sandaran. Tersirat memang, terkesan pasif, tapi si gadis tidak akan menyadari.
"Sembilan tahun terakhir gua ngerasa gaada temen, satu-satunya harapan cuma dia, anak laki-laki yang ga sengaja ketemu di awal hidup gua hancur, ya walau ketemu cuma beberapa menit, tapi entah kenapa gua yakin kalo cuma dia yang bakal peduli sama gua setelah kehancuran itu dateng, gua gatau itu cuma pemikiran bocah gua atau emang firasat, tapi saat kak Aran datang, anak kecil itu, setelah sembilan tahun ga pernah ketemu, hidup gua kaya lebih bahagia aja, terus sekarang satu-satunya alasan gua bahagia lebih perhatian sama orang lain. Entah kenapa gua ga terima arghhh, bangsattt lahh, bocah banget guaa, jadi alay kann huweee!! " tangannya bergerak acak mencabuti rumput lapangan di sekitar posisinya duduk, mulutnya sibuk mengoceh dan merengek seperti anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chronophile × Ceraunophile [On Going]
Teen FictionStart : [05062020] End : - Dimana caramu mencari kebahagiaan, akan membuat mu terluka. Kisah tentang si pecinta waktu dan si pecinta kilat. Aira, anak tengah yang diperlakukan seperti orang asing oleh ibu dan saudara-saudarinya semenjak sang aya...