BAB 11

74 11 0
                                    

Seorang perempuan dengan kaos hitam dan celana longgar panjang tengah mengarahkan matanya pada langit malam. Hembusan angin kecil tak ia pedulikan, malam ini cerah, bintang bertebaran dan bulan bersinar terang. Dengan tubuh yang ditopangkan sepenuhnya pada jendela, pikirannya mulai berkelana, mengingat kejadian-kejadian selama sembilan tahun terakhir dirinya hidup dengan penuh kekosongan. Ah, sepertinya bukan waktu yang tepat untuk kembali memikirkan hal tersebut, langit tengah berbaik hati memberi pemandangan indah, ada baiknya untuk menikmati hidupmu untuk sesaat. Lagi pun, tidak sepatutnya kita terus menerus akan bersedih bukan?

Dering telpon mengalihkan atensi si perempuan, melihat nomer tidak dikenal terpampang di layar handphone yang sengaja dirinya letakkan di atas meja dekat jendela yang kini ia singgahi.

"Hallo? " sapa si perempuan.

"K-kak Aira?! Bisa bantu dara? " lirih orang di sebrang sana, sepertinya dia menangis.

"Adara? ada apa? " Aira, si perempuan itu bertanya nampak sedikit khawatir mendengar suara lawan bicaranya.

"Kak Aira tolong ke sini, di h- hotel xxxx b-bantu daraa hiks, " isak Adara.

"Oke tunggu ya! " Aira segera mematikan telponnya dan bergegas bersiapp, lalu kemudian keluar rumah tanpa pamit, ibunya lembur, dan kakak adiknya pasti sudah tidur mengingat hari sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ya walaupun pamit pun juga tidak ada yang peduli bukan?

Setelah Aira berjalan ke arah halte bus tempat biasa ia mengeluarkan handphonenya dan menelepon seseorang.

"Wehh Airaa lu simpen kontak gue ternyata!! Kenapa nih kangenn yaa!! "  Aira memutar matanya malas dengan kelakuan temannya satu ini. Eh teman?

"Gua cari di grup kelas kontak lo gausah pede, eum bisa bantu gue ga, jemput gue di rumah sekarang ntar gue shareloc? " nada bicara Aira kembali khawatir.

"E-eh kenapa, oke gue otw shareloc aja lewat chat, "

Setelah itu tidak ada balasan, telpon dimatikan sepihak oleh Aira, dirinya menunggu dan tak lama sebuah mobil berhenti di depannya.

"Rumah lu halte mbak? " kata orang yang baru saja keluar dari mobilnya, Rigel.

"Apaan si ya bukan lah, udah buruan penting nih! " jawab Aira ketus, dirinya langsung masuk mobil mendahului sang pemilik.

"Eh anjir gaada sopan sopannya untung cinta ehe, " gumam pemuda itu. Untung tidak ada yang dengar karena saking pelannya.

"Gue kira beneran lokasi rumah lu anjer, pantesan kaya gue kenal daerah nya, ternyata lokasi halte, " sembari memasang sabuk pengaman si pemuda mengomel.

"Iya maaf deh, udah buruan ayok ke hotel xxxx penting nih, "

"HAH MAO NGAPAIN KITA HEH KE HOTEL?! GUA BELOM SIAP ANJIR," Rigel berteriak sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, seperti pose melindungi tubuh?

"Goblok lo mah udah cepet! " sumpah ya Aira lelah:)

"Asek banyak ngomong nih mbaknya sama pangeran ahay, " kata si pemuda dan mulai menjalankan mobilnya dengan santainya.

Chronophile × Ceraunophile

Sesampainya di lokasi hotel yang Adara informasikan, pemandangan pertama yang Rigel dan Aira dapatkan adalah padatnya kerumunan orang di halaman hotel. Tanpa pikir panjang Aira bergegas keluar mobil dan disusul Rigel dibelakangnya. Mata Aira menelisik sekitar hingga pandangannya berhenti pada sosok perempuan dalam dekapan seorang laki-laki yang sangat familiar. Langkah yang awalnya menggebu-gebu mendadak terhenti, Aira kenal sosok lelaki itu, Aran. Iya kakak kelas kesukaan Aira.

 Chronophile × Ceraunophile [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang