BAB 17

11 2 0
                                    

Sepasang remaja dengan seragam sekolah yang masih lengkap itu duduk bersebelahan dengan jarak dan keheningan. Hari baru akan beranjak ke tengah hari, namun bukannya berada di lingkungan sekolah, mereka malah memilih mencari danau di pinggir kota yang sepi sejak pagi tadi. Iya, mereka berdua memilih untuk tidak masuk sekolah tanpa ijin.

"Maaf ya Kak, gara-gara aku tadi pagi kita malah jadi bolos begini," Aira memilih untuk mengakhiri keheningan di antara keduanya yang entah sejak kapan  terjadi.

"Gapapa ahh, yang penting kamu udah baikan, makasih ya udah mau cerita," Laki-laki itu, Aran yang tadinya asik bermain dengan batu untuk dilempar ke arah danau menghadap ke lawan bicara sambil tersenyum.

"Harusnya aku yang makasih tau hahaha, kayaknya aku emang lagi over aja makanya kayak tadi pagi, terlalu banyak ngomong ya? " Ada rasa tidak enak bagi Aira untuk bercerita sejauh dan sebanyak itu pada laki-laki di sampingnya.

"Huss, gausah ngomong gitu, harusnya aku yang minta maaf,"

Jawaban Aran mendapat respon raut wajah bingung dari Aira.

"Haha engga papa lupainn, kamu udah hebat Aira, bisa bertahan sejauh ini, aku emang ga ngerasain jadi kamu selama ini, gatau rasanya jadi kamu, seberat apa jadi kamu apalagi di usia kita yang masih muda gini, semoga kamu tetap baik baik aja yaa, dan apapun itu aku harap kamu tetap jadi orang baik." Aran yang dapat membaca dengan cepat raut wajah Aira tadi langsung menjawab, ada perasaan sakit di dada nya saat mengatakan kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya.

"Aku selalu jadiin apa yang aku lalui sebagai hal untuk belajar Kak, jadi bisa dibilang aku oke buat semua ini??"

"Sebenernya aku sendiri juga gatau, bakal ada akibat apa yang bakal terjadi setelah semua ini, aku gatau aku udah cukup dewasa dan benar atau belum buat membuat apa yang aku terima selama ini sebagai hal yang engga bakal ngehancurin aku di kemudian hari." sambung Aira.

"Maksudnya? "

"Mungkin aku oke aja Kak sama semua ini, aku cuma takut kalo masih ada sesuatu yang belum aku terima dengan sepenuhnya, bakal ada sifat ku yang salah akan muncul, kayakk aku ngerasa dengan kejadian selama ini, aku jadi pribadi yang kayaknya di mata orang judes banget, aku sendiri gatau kenapa, rasanya kayak apaa yaa aku sendiri juga bingung, aku gamau punya hubungan buruk sama orang apalagi sama keluarga ku sendiri, tapi apa yang selama ini terjadi, aku sama mereka gaada hal-hal akrab yang tercipta, hahah aku ini masih ga se pro itu menghadapi dunia." Penjelasan panjang itu diakhiri dengan Aira yang menunduk, memainkan jari-jarinya resah, berusaha mengungkapkan apa isi hati sebenarnya, tapi apa daya tidak semudah itu untuk mengucapkan.

"Iya Kakak paham maksudmu kok," Aira mengangkat wajahnya saat balasan singkat dari kakak kelasnya terdengar, jawaban sederhana namun dengan tatapan menenangkan bagi Aira yang melihat langsung di depan mata, sangat menimbulkan rasa damai di hati Aira.

"Makasih Kak, untung kita ketemu lagi, setelah 9 tahun yang lalu itu."

Lalu setelahnya, Aira beranjak dari tempat duduknya terlebih dahulu, berjalan meninggalkan Aran yang masih berdiam diri tanpa mengubah posisi sedikitpun. Hanya memandangi tubuh Aira yang semakin menjauh dengan senyum miris dan pandangan  mata yang tidak bisa diartikan.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 Chronophile × Ceraunophile [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang