BAB 15

51 9 0
                                    

Aku yakin ada yang lupa alurnya:) maap baru up😭




Langit bergemuruh, ditambah awan hitam yang mulai menyusul tanpa di suruh. Udara yang tadinya panas sekarang mulai sedikit menusuk kulit kala angin kecil menghantam tubuh akibat perubahan suhu yang kontras. Aira menatap langit di atasnya dengan senyum tipis yang bahkan tidak dapat dilihat oleh orang lain jika orang itu tidak benar-benar mengamati.

Rintik hujan mulai mengenai wajah ayu nya yang sedikit mendongak, kemudian mengalihkan pandangan ke arah sekitar, banyak siswa-siswi yang berhamburan untuk mencari tempat untuk berteduh. Bel pulang sudah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu. Namun banyak yang memilih untuk berada di sekitar sekolah walau hanya untuk hal-hal sepele dan berakhir terjebak lebih lama karena hujan baru saja turun dengan tiba-tiba.

Kilatan cahaya menyambar disertai gemuruh keras beberapa detik setelahnya, banyak siswa-siswi yang memilih untuk berteduh di koridor ataupun memasuki kelas kembali, menjauhi area outdoor tentunya, apalagi alasan yang tepat kalau bukan kilat dan gemuruh tadi.

Berbeda dengan Aira, gadis satu ini tengah berdiri di samping parkiran membiarkan tubuh berbalut seragam lengkapnya sedikit lembab karena rintik hujan. Ya, Aira tidak berdiri di bawah atap rumah parkir motor, tetapi di bawah langit abu-abu yang kini tengah menjatuhkan airnya. Beberapa murid mungkin memandang aneh tapi apa peduli Aira? Bersikap acuh adalah kata yang sangat menggambarkan dirinya.

Dan untuk alasan dirinya di sini adalah karena menunggu kakak kelas favoritnya yang entah mengapa lama sekali datang.

"Kenapa hujan-hujanan sih?" tangannya ditarik menepi ke bagian dalam parkiran oleh seseorang.

Aira sedikit terkejut, namun langsung tersadar saat mengetahui oknum yang menarik tangannya.

"Loh kok pucet kak?" bukannya menjawab Aira malah melontarkan kalimat tanya, bukannya bagaimana akan tetapi melihat oknum tersangka penarikan tangan tadi dengan kondisi muka pucat dan tubuh lemas membuat Aira khawatir.

"Gapapa masuk angin aja, kan lagi musim pancaroba gini, cuaca nya sering bercanda heheh, eh jawab dulu ngapain tadi ujan-ujanan heh?!"

Aira tersenyum canggung bingung ingin menjawab apa. Aran yang menyadari hal tersebut memutuskan mengalihkan pembicaraan.

"Yaudah gapapa tapi besok jangan lagi-lagi ya, mana tadi ga cuma hujan tapi petir juga, bahaya, "

"Yuk pulang!" lanjut Aran.

"Hujan sama petir itu udah sepaket kak, kalo yang satu dateng terus lainnya absen ga seru, " jawab Aira.

"Iya tapi bahaya Aira sayangggggg," Aran berucap di atas motornya.

"Apaan sihhhh, udah ah mau pulang sendiri,"

"Iya iya maaf yaudah ayo naik, " tangannya sigap menahan Aira sebelum gadis itu mulai menjauh dari jangkauan.

"Yaudah gausah ketawa jugaa?!" Aira sebal melihat respon Aran yang malah terkekeh.

"Kamu lucu kalo lagi marah hahah buruan naik, keburu deres ujannya,"

"Iyaaaa ini udah naik, " jawab Aira saat posisi duduknya sudah pas dan nyaman.

Chronophile × Ceraunophile

"Kakak duduk dulu aja, aku ganti baju sebentar, " Kini keduanya berada di rumah Aira. Terpaksa mengaggalkan rencana ajakan Aran tadi pagi, karena sesampainya mereka di rumah hujan tiba-tiba turun semakin lebat.

Mata tajam dan sehitam arang itu melihat sekitar, mengamati area ruang tamu gadis yang saat ini rumahnya ia singgahi. Semuanya rapi juga bersih walau dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Dinding-dinding bercat biru muda yang dihiasi beberapa foto keluarga sebagai dekorasi tambahan berhasil menarik perhatiannya. Awalnya biasa saja, foto-foto itu tersusun rapi dengan bingkai yang senada dengan warna dinding di belakangnya. Namun, ada satu hal kejanggalan. Mengapa tidak ada foto Aira satupun? Mengapa hanya foto kakak, adik, dan ibunya saja?

Tak lama, Aira turun dari lantai atas dengan kondisi lebih segar, celana hitam longgar selutut juga koas polos biru dongker di tubuhnya tak lupa rambut yang selalu ia kuncir kuda menambah kesan tomboy namun tetap terlihat cantik. Aran yang melihatnya sedikit terpesona dengan kehadiran adik kelasnya itu. Tanpa dirinya sadari sang adik kelas telah berada di hadapannya.

"K-kak?" tanya Aira sambil melambaikan tangan di depan muka Aran

"E-eh maaf, eh kamu bawa apa?" ucap Aran baru menyadari jika Aira membawa suatu benda bening di tangannya.

"Ini kan jas ujan kakak dulu itu pas kita pertama kali ketemu, 9 tahun yang lalu," ucap Aira sedikit bingung, apakah kakak kelasnya ini lupa?

Aran yang mendengar itu sedikit terkejut, seakan tersadar oleh sesuatu.

"O-oh iya kakak inget hehe,"

kok jadi gugup  sih kak Aran- Aira

Aira tersenyum,

"Emang kenapa kok dibawa turun?" tanya Aran.

"E-uum bentar kak, aku lihat sesuatu di sini tadi ada nama pemiliknya, bentar aku cari lagi," kata Aira sambil memilah milah bagian mantol kecil bening tersebut.

Dan entah mengapa Aran kembali gugup, padahal situasai yang dia hadapi biasa saja kan?

"O-oh yaa mana coba liatt?" ucap Aran berusaha menelan rasa gugupnya.

"NAH!! Iniiiii!!" teriak Aira yang berhasil membuat Aran sedikit terkejut, lalu ia alihkan pandangan matanya pada sisi mantel yang Aira tunjukan, terdapat sebuah nama yang terbungkus plastik, sepertinya untuk menjaga nama agar tidak mudah rusak.

"Nah di sini udah ada namanya 'Aran' tapi aku baru tau setelah sekian lama ini astaga, soalnya kecil juga sih tulisannya mana keselip," jelas Aira.

Sore itu ditutup dengan obrolan seru yang mereka bangun, dan tidak ada yang mengetahui jika salah satu dari mereka ada yang bernafas lega entah karena apa.

TBC.

MAAP INI MAH PENDEK BANGET BINGUNG 😭

See you :)



 Chronophile × Ceraunophile [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang