BAB 5

123 14 3
                                    

Masih dihari yang sama.....

"Ehh, tungguin dong. " entah tidak mendengar atau hanya berpura-pura, Aira tetap melanjutkan langkahnya.

"Aira, kamu denger ngga sih, " mau secepat apapun Aira berjalan, Aran tetap berhasil menyusul gadis itu. Mengingat postur tubuh Aran yang tinggi hingga memungkinkan dirinya memiliki langkah kaki yang lebar.

"Maaf kak. " mau tidak mau, Aira menghentikan langkahnya. Meski sebenarnya sedikit terpaksa. Ia tidak mau dicap sombong.

"Pulang bareng mau? "

"Ah, tidak usah, saya naik bus saja. " tolak Aira. Sungguh ia bingung harus bersikap seperti apa, dirinya tidak pernah mempunyai teman sejak di sekolah dasar.

"Ngga usah terlalu formal lah, gapapa bareng aja, hari ini mendung dari pada kamu kehujanan pas nunggu bus. Pakaian mu juga basah, tidak malu duduk di bus dengan baju kotor seperti itu? " tawar pemuda itu tak mudah menyerah.

"Baiklah." Aira menyerah, memilih menerima tawaran itu dari pada harus berfikir mencari alasan lain.

Chronophile × Ceraunophile

Setelah dua puluh menit lamanya mereka menempuh perjalanan, Aira sampai di rumah. Hujan turun saat perjalanan tadi. Membuat pakaian yang mereka kenakan sedikit basah. Berujung tawaran berteduh Aira berikan pada Aran.

"Kau sendiri di rumah? " tanya Aran yang sedang berjalan mengikuti sang tuan rumah memasuki rumah sederhana itu.

"Adikku ada les di sekolah, dan kakakku mungkin masih di sekolah. "

"Ibumu? "

"Bekerja." jawab Aira seadanya.

"Kakak masuk aja di kamar mandi, akan ku pinjamkan bajuku. " beruntung Aira memiliki sifat tomboi, hal itu membuat hampir seluruh bajunya kaos yang berwarna gelap dan jauh dari kesan feminim.

"Ini baju nya kak, masuk aja ke kamar mandi itu. " Aran hanya mengangguk, dirinya masuk ke kamar mandi yang berada di kamar Aira dengan kaos berwarna hitam ditangannya.

Setelah melihat kakak kelasnya memasuki kamar mandi, Aira langsung memilih baju di almari, lalu setelahnya masuk ke kamar mandi bawah untuk mengganti bajunya.

Chronophile × Ceraunophile

Pemandangan pertama ketika Aran membuka pintu hanyalah kamar yang sepi. Kamar yang didominasi warna gelap namun rapi. Matanya menelusuri setiap sudut ruangan tersebut, hingga mata tajamnya berhenti pada sebuah jas hujan transparan yang tergantung rapi di pojok ruangan. Otaknya mengingat sesuatu, kakinya melangkah mendekati jas hujan yang mempunyai ukuran tubuh anak kecil. Tangannya hampir menyentuh barang tersebut sebelum sebuah suara menggagas aksinya.

"Kak? "

"Eh iya? " tubuhnya langsung berbalik menghadap pintu, tempat gadis itu berada.

"Ini teh nya. " tangannya terulur.

"Ah jadi repot gini hehe. " menerima uluran tangan sang gadis dengan senyum tipis, entah mengapa dirinya tiba-tiba canggung.

"Kak boleh tanya? " tanya Aira ragu.

"Boleh." masih dalam keadaan keduanya berdiri, Aran menjawab.

"Kakak baca buku catatan aku tadi? " sungguh sebenarnya Aira tidak enak hati, tapi dirinya penasaran.

"Ah iya sedikit maaf hehe, ternyata kamu anak kecil waktu itu ya? "

"Maksud kakak? " karena terkejut, saat ini kedua pasang mata saling beradu. Banyak dugaan yang muncul di otak Aira saat ini, pasalnya buku itu hanya ada sebuah cerita yang ia tulis, yaitu kisah sembilan tahun yang lalu saat seorang bocah berhasil membuat dirinya tersenyum dalam dukanya.

 Chronophile × Ceraunophile [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang