BAB 12

63 12 3
                                    

Lorong rumah sakit yang sunyi dengan pencahayaan minim, terkesan remang-remang itu memperjelas suara langkah kaki seorang gadis dengan ransel besar di bahunya. Raut wajahnya nampak sedikit panik dengan langkah kaki semakin cepat menuju ruang IGD yang tempatnya sempat ia tanyakan pada bagian resepsionis.

Suara isakan tangis semakin jelas terdengar tatkala dirinya semakin sampai pada pintu ruang IGD. Sebelum membuka pintu kaca transparan tersebut, langkahnya terhenti. Di balik pintu kaca tersebut terlihat sang ayah yang tengah menangis memandangi sesuatu (?) yang tertutup kain putih hingga kepala pada ranjang khusus rumah sakit di depannya.

Bukan, bukan sang ayah yang menjadi perhatian utama sang gadis, tetapi seorang wanita yang ia pastikan tak lagi muda juga menangis sambil memeluk erat sang ayah. Dirinya yakin sosok wanita tersebut bukanlah ibunya. Tiga tahun meninggalkan tanah kelahiran untuk melanjutkan sekolah menengah pertamanya di negara orang tidak membuatnya lupa terhadap postur tubuh sang ibu.

"Maafkan sayaa... " lirih wanita itu dengan nada penuh penyesalan dan masih setia dipelukan sang ayah, dan ya, suara itu masih bisa didengar oleh sang gadis yang masih berdiam diri di luar sana.

"Bukan salahmu, ini sudah takdir, " ucap lelaki yang tengah memeluk wanita itu.

"Ayah..? " panggil gadis itu pelan.

"Sayang... Kau sudah kembali, bagaimana kabarmu? " lelaki yang dipanggil ayah tadi segera melepas pelukannya bersama wanita di sampingnya, beralih pada sang anak dan segera memeluknya, dan tanpa sadar air mata mulai menuruni mata lelaki itu.

"Ayah kenapa? " sang gadis mendongak menatap sang ayah yang kini tengah memeluknya erat sambil menangis.

"I-ibumu....sudah tiada, " sang gadis mematung, apa maksudnya ini? merasa tidak ada respon dari sang anak pelukan itu dieratkan oleh yang lebih tua.

"M-maksud ayah apa haaa?! " dengan air mata mulai menuruni pipi mulusnya ia berteriak dipelukan sang ayah.

"Ayah jawabb!! Bella baru sampai bandara terus ayah nelfon Bella buat ke rumah sakit, terus ayah bilang bunda meninggal?! ayahh jangan bercanda!!! ga gini caranya kalo mau buat kejutan!! ayah mau bales dendam gara-gara Bella bilang mau lanjutin sekolah di sini?! Jawabb yahhh jangan diem ajaa hiks?! " tubuhnya merosot dengan isak tangis semakin menjadi, namun sang ayah masi dapat menahan tubuh sang anak.

"Jangan gini nak hiks, maafin ayah, "

"Ayahh jangan bohong h-hiks, ayah kenapa lagi sama bunda?! Bella tau ya ayah sering berantem sama bunda!! Ayah apain bunda sampai bunda meninggal?! " sang gadis yang mengingat bahwa dulu kedua orang tuanya sering bertengkar, mulai terlempar pikirannya pada masa lalu.

"Engga nak engga, bunda meninggal gara-gara kecelakaan pas mau jemput kamu di bandara, "sang ayah berkata jujur, dan memang hubungannya dengan sang istri sudah tidak seburuk dulu, bahkan bisa dikatakan sangat harmonis. Sayangnya sang anak belum tahu menahu tentang semua itu.

"E-engga... ayah hiks bohong!! " sang gadis meneliti di sekeliling, matanya menangkap sosok wanita tadi yang hanya terdiam sambil sedikit terisak, wanita tadi hanya memperhatikan selama ayah dan anak tersebut berdebat.

"Pasti lo kan yang bikin bunda meninggal?!! Jawab gak, lo mau ngerebut ayah gue dengan cara buat bunda gue meninggal kan?! " tubuhnya terlepas dari pelukan sang ayah, berjalan menghampiri wanita yang dipeluk sang ayah tadi.

 Chronophile × Ceraunophile [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang