... Bagian 10 [Belanja Part Dua]

2 5 0
                                    

Mengawali pagi dengan jamkos merupakan surprise kecil-kecilan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengawali pagi dengan jamkos merupakan surprise kecil-kecilan. Sebelas MIPA satu salah satunya kelas yang mendapatkan surprise. Penghuninya sangat diam, diam yang dimaksud bukan artian taat, melainkan sedang ada pemutaran film.

Ana menyenggol siku Misha, oke Misha masih mengabaikan. Dua kali Misha hanya berdecak kesal. Tiga kali diganggu Misha langsung mencubit lengan Ana.

"Sakit anjir," rintih Ana pelan menggosok-gosok bekas cubitan Misha.

"Lu sih ganggu gue," balas Misha menatap lurus layar proyektor yang tergantung di atas papan tulis.

"Sha, gue pinjem buku catatan lu dong."

"Buku catatan apaan sih, kita ini lagi nonton, lu nikmati aja dah ni film."

Ana tidak akan bisa tenang sebelum menyelesaikan catatan biologi yang akan dikumpulkan next mata pelajaran. Lagi pula Ana udah pernah nonton film tersebut bahkan dua kali.

"Biologi, Sha."

"Ambil sendiri." Misha menggeser duduknya maju.

Ana cukup kesulitan menemukan buku yang dimaksud, bagaimana tidak kesulitan? Semua cover buku di sampul kertas coklat.

Tok...

Tok...

Tok...

Sementara Eko mem-pause film. "Bentar, Guys," katanya mau membuka pintu.

"Ada apa?" tanya Eko tanpa basa-basi.

"Panggilin Ana."

Eko memundurkan langkah, menolehkan kepala ke arah Ana.

"Manis, dicariin orang nih."

Tulisan Ana terhenti ketika Eko memanggil. Ana terpaksa menemui orang yang belum ia tau siapa. Setelah Ana keluar, Eko menutup pintu dan melanjutkan film.

Ana agak kaget, menemui orang yang mencarinya yang ternyata itu Zelvin. Perasaan Ana ga punya urusan sama Zelvin setelah kemarin malam di mall.

"Ada apa, Pin?"

Zelvin tersenyum tipis, udah ada dua orang di kelas sebelas MIPA satu melangsungkan obrolan tanpa basa-basi. Diam-diam Zelvin bertanya, apa murid kelas Ana semua kaya gini?

"Pin, ayolah cepetan mau ngapain cari gue, gue masih ada tugas yang belum kelar ini," desak Ana ketika mendapati Zelvin tak kunjung bersuara.

"Btw, sepatu kita samaan." Balasan yang tidak Ana perlukan.

Tapi bentar, Ana menurunkan pandangan. Benar saja sepatu keduanya sama. Sama-sama converse high hitam putih.

"Yang punya kaya gini ga cuma lu sama gue kali." Sekarang Ana mulai jengah.

ZELVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang