Musik mengalun tenang dalam ruangan mengagumkan tersebut. Akan sangat sulit menemukan dinding tanpa coretan abstrak. Semua sisi terlihat begitu emmph— Ana tidak bisa menjelaskan. Sebab dirinya tau akan banyak anggapan jika orang ditanya mengenai tempat ini.
Menakutkan, full color yang artian menyenangkan, seram, sedikit kumuh, dari sederet kata itu mungkin jadi anggapan orang-orang. Ana pribadi menilai Sabatara sebagai tempat yang menyenangkan dan sedikit... menakutkan.
Info baru Ana peroleh beberapa menit yang lalu berkenaan dengan Sabatara menjadi tempat umum kalau siang hari. Orang bisa mendatangi pada matahari beraktivitas saja. Malam hari tentunya hanya untuk orang-orang yang punya koneksi dengan Sabatara. Maksudnya ada idc untuk gabung jadi member.
"Napa lu diem mulu?" tegur Bima.
Lamunan Ana buyar, ia tertawa dengan pikirannya sendiri. Pikiran mengenai jika dia punya idc Sabatara. Jelas tidak akan bisa, just male. "Gapapa."
"Kok lu ketawa sendiri sih, Na. Serius gapapa?" tanya Bima.
Ana menggeleng. "Kerasukan setan tempat ini kali," candanya.
"Kerasukan kok bilang-bilang." Tawa Ana dan Bima mengudara.
Sudah tau kan kalau Sabatara itu rumah kosong dua lantai dan satu lantai untuk rooftop. Posisi Ana sekarang ada di lantai satu, seriusan, banyak tempat duduk, haha. Random banget ada sofa ada kayu ada besi, tapi kalau meja bahannya kayu semua sih.
"Pin, nanti balik sama Manis ya, naik motornya Gilang."
"Lu mau kemana? Kenapa harus gue?" protes Zelvin. Yang butuh siapa yang ngantar balik siapa, keterlaluan.
"Bim, lu kan yang bawa gue ke sini, kudu anterin balik lah."
Gilang bersuara, "Lu yang minta gue sama Bima buat cari pintu baru, Pin."
Kenapa Zelvin baru mengingatnya. "Oke, ntar lu balik sama gue, An. Gausah panik sans ae."
Dari banyaknya orang yang tadi hadir, tinggal menyisakan empat orang. Bima yang meminta Ana untuk duduk lebih lama karena satu alasan membosankan. Cuman diminta duduk ngelihatin Bima nge-crop bagian video tadi yang dirasa kurang bagus.
"Siapa juga yang panik, gue bisa pesan ojek online mau apa lu? Pasti yang ada ntar lu kesenengan boncengin gue."
Detik pertama Ana menyelesaikan ucapannya, cewek itu dilempar botol plastik kosong. Ia melemaskan jari-jarinya sebelum melepar balik ke Zelvin.
Tlak
Lemparan itu meleset, justru mengenai dinding di belakang Zelvin. Bahkan lelaki itu sedang tersenyum meremehkan.
"Sok-sokan mau balas dendam. Bukannya girang yang ada malu," sindirnya.
Perempuan itu memilih bersikap biasa. "Siapa yang malu, gue ga malu tuh b aja sih." Sedikit malu memang ada, tapi mau gimana lagi, gengsi harus di depankan. Eh ga, cuma bercanda, haha.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZELVINA
Novela Juvenil⚠ CERITA INI BERTABUR GULA, siap-siap diabetes. ⸝⸝⸝ Roseana Dineshcara, gadis belia yang populer di kalangan anak muda. Memulai karier diusia terbilang sangat muda, 14 tahun. Segala hal tentang dunia maya, Ana sangat pandai. Urusan hati, kemungkina...