... Bagian 9 [Pulang, An!]

4 5 0
                                    

Sejak semalam hujan ringan terus mengguyur kota tanpa henti sampai pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak semalam hujan ringan terus mengguyur kota tanpa henti sampai pagi ini. Memicu sebagian banyak orang malas untuk melakukan aktivitas. Baik itu mencari nafkah atau mencari ilmu.

Sudah menunjukkan jarum jam pukul setengah tujuh, Ana masih tetap pada posisinya. Menimbun diri di bawah selimut. Terkadang momen-momen seperti ini banyak dikesali. Kenapa tidak waktu libur aja sih?

Hana yang tidak melihat tanda-tanda putrinya akan berangkat sekolah, lantas pergi ke kamar Ana. Ruangan tersebut berpintu putih dengan gantungan hiasan berbahan dasar kayu bertulisan "Ana's Secret Room".

Lihatlah Hana sudah siap bekerja dengan setelah blazer miliknya, sedangkan anaknya sedang enak-enakan memanfaatkan suasana.

"Eunghh," lirih Ana ketika ibunya menarik selimut.

"Sekolah, An, udah siang nih."

Hana menggoyang-goyangkan lengan Ana, cukup mudah membangunkan Ana.

"Males ah, Ma, masih ujan juga ngapain sekolah?"

"Oke terserah kamu, tapi mama ga nanggung akibatnya."

Ana bersungut-sungut segera masuk ke dalam kamar mandi tatkala Hana mulai memberi kode negatif. Peringatan yang diberikan Hana akan selalu membuat Ana menjadi anak yang nurut.

Lantas Hana bergerak menyiapkan seragam Ana, yang tergantung rapi di gantungan pakaian di dekat pojokan bersama pakaian-pakaian untuk di-endors. Secara otomatis menjadi milik Ana. Juga mempersiapkan kaus kaki yang berada di dalam organizer box di bawah gantungan baju.

"Jangan lama-lama, nanti kamu telat," teriak Hana sebelum meninggalkan kamar Ana.

Lima belas menit setelahnya, Ana sudah siap berangkat sekolah. Pagi ini ia memutuskan membungkus tubuhnya lagi menggunakan sweatshirt broken white. Ana sangat terlihat menawan dengan gaya rambut kuciran kuda nampak tidak monoton dengan imbuhan kepangan pendek di sisi sebeleh kiri.

"Ma, aku ga sarapan aja sampai sekolah pasti udah terlambat, sarapan di sekolah aja ya, Ma."

Hana menarik Ana duduk. "Yaudah makan aja, biar ga nanggung gitu terlambatnya."

Ada benarnya juga perkataan Hana. Masalah hukuman biar nanti ditanggung. Hukuman lari lapangan kelihatannya tidak mungkin, mengingat lagi turun hujan. Setidaknya Ana terhindar dari banjir keringat yang akan membuat make up-nya berantakan.

"Sayang, nanti mama kemungkinan lebur, jadi ga usah cemasin mama."

Ana mengangguk selagi mengunyah makanan.

"Jangan malam-malam, Ma," pesan Ana sewaktu kunyahan makan sudah ditelan.

"Iya."

Ana menghabiskan makanan di piring tanpa sisa. Hasil tangan buatan Mbak Eci sangat cocok di lidahnya. Ana keluar rumah bersama Hana yang kelihatan modis dengan handbag kerja plus setelah blazer.

ZELVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang